Liputan6.com, Berlin - Seorang politikus Jerman anggota partai sayap kanan kontroversial--yang pernah memasang slogan "Islam bukanlah bagian dari Jerman"--telah mengundurkan diri dari jabatan keorganisasian usai muncul laporan yang menyebut bahwa ia telah menjadi mualaf.
Media Jerman, Deutsche Welle, melaporkan bahwa Arthur Wagner telah mundur dari jabatannya di Alternative for Germany (AfD). Di sana ia mengisi posisi dewan anggota partai di negara bagian Brandenburg, Jerman timur.
Laporan itu menyebut bahwa Wagner mundur dari jabatannya di AfD karena "alasan pribadi" yang tak disebutkan. Kendati demikian, Wagner masih tetap menjadi anggota partai tersebut, meski tak mengisi jabatan keorganisasian.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, berbicara kepada harian Berliner Zeitung pada hari Selasa, juru bicara AfD Daniel Friese mengklaim bahwa Wagner telah masuk Islam. Dia juga mengatakan bahwa pihak partai "tidak bermasalah dengan keputusan itu." Demikian seperti dikutip dari Newsweek (25/1/2018).
"Wagner mengundurkan diri pada tanggal 11 Januari atas kemauannya sendiri. Baru setelah itu diketahui bahwa dia telah masuk Islam," kata Friese kepada Berliner Zeitung.
Friese melanjutkan bahwa kebebasan beragama adalah hak konstitusional setiap warga negara Jerman, sambil menambahkan, "Wagner bisa memilih agama apa saja."
Sementara itu, harian Jerman Der Tagesspiegel menulis, "Wagner telah mengatakan bahwa apa yang tengah ia hadapi saat ini adalah 'urusan pribadi'. Wagner juga bersikeras bahwa keputusan untuk meninggalkan partai adalah kehendak pribadi, bukan karena desakan dari AfD."
Pria keturunan Jerman-Rusia itu pernah menjadi anggota Partai Demokrat Kristen (CDU), pengusung Kanselir Angela Merkel, sebelum akhirnya bergabung dengan AfD pada 2015. Wagner hengkang dari CDU tepat pada tahun ketika partai tersebut mulai meninggalkan retorika anti-Muslimnya.
Partai yang Pernah Melarang Ibadah di Muka Umum
AfD, yang berpandangan anti-imigrasi, menerima lonjakan dukungan dalam Pemilu Jerman 2017 serta mengamankan 12,6 persen dari total suara.
Usai Pemilu 2017, partai tersebut telah memenangkan 94 kursi di parlemen. Namun, dua dari anggota partai telah meninggalkan kursi parlemen.
Di Bundestag, AfD telah meningkatkan tekanan pada kubu pro pemerintahan Kanselir Angela Merkel yang mendukung kebijakan pengungsi dan pencari suaka.
Bermula dengan nama Eurosceptic yang berdiri sekitar satu dekade lalu, AfD memanfaatkan ketidakpuasan sejumlah besar warga Jerman terhadap kebijakan Merkel mengenai pengungsi, dengan menggunakan retorika anti-Muslim secara terbuka dalam materi kampanyenya.
Sebagai langkah untuk menetralisir terpaan tudingan yang menyebut AfD sebagai anti-Islam, para pejabat partai berdalih bahwa meski menolak multikulturalisme, AfD mendukung kebebasan beragama.
Namun, dalam sebuah manifesto politik pada 2016, AfD menyerukan larangan ibadah dan mengenakan busana cadar di depan umum.
Dalam peta perpolitikan Jerman, AfD berada di tepi batas marjinal konstelasi. Meski demikian, jajak pendapat menunjukkan bahwa AfD menjadi kian populer usai Pemilu Jerman September 2017.
Berdasarkan jajak, AfD meraup tingkat kepopuleran berkisar 14 persen, hanya terpaut empat poin dari partai terbesar kedua di Jerman--Partai Demokrat Sosial, menurut laporan Politico.
Peningkatan kepopuleran AfD terjadi bersamaan ketika Partai CDU yang mengusung Merkel telah gagal mengumpulkan koalisi mayoritas.
Advertisement