Perkuat Amunisi, Rusia Miliki Proyektil Seberat 370 Kg

Amunisi usang militer Rusia akan diganti dengan proyektil canggih baru yang berisi bahan peledak 370 kilogram.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jan 2018, 08:15 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2018, 08:15 WIB
Paramiliter Rusia
Kelompok paramiliter 'Partisan' di Rusia (2015). Kelompok di St. Peterburg itu memberikan pelatihan penggunaan senjata dan pembuatan bom. (Sumber Anton Shekhovtsov)

Liputan6.com, Moskow - Militer Rusia pertama kali menggagaskan untuk menciptakan hulu ledak baru pada awal abad ini.

Sekarang, pada 2018, senjata mematikan ini diciptakan untuk memperkuat persenjataan negara Rusia.

Di dalamnya disematkan Global Navigation Satellite System (GLONASS), yang merupakan sistem navigasi satelit yang dioperasikan oleh Angkatan Pertahanan Luar Angkasa Rusia.

Lalu, mengapa senjata ini dibutuhkan?

Dikutip dari RBTH, Jumat (26/1/2018), selama kampanye di Suriah, Rusia sering menggunakan bom FAB-500, yang dirancang setengah abad yang lalu. Secara teknis, senjata ini adalah amunisi yang 'kuno'.

Namun di Timur Tengah, masing-masing senjata itu dilengkapi dengan sistem penargetan agar tidak meleset dari sasaran.

Senjata yang dimodifikasi tersebut punya pengaruh besar bagi Angkatan Udara Rusia dalam menumpas ISIS.

Namun begitu, bom FAB-500 tidak akan efektif dalam melawan musuh yang lebih canggih dan dapat ditembak jatuh dengan mudah oleh sistem pertahanan udara musuh -- bom tersebut memancarkan radar yang mudah dideteksi.

Ini mengancam kehidupan pilot dan keberhasilan operasi.

Senjata yang Akurat

Militer Rusia
Militer Rusia akan menggunakan bom baru pada 2018. (Dmitry Reshetnikov/TASS/RBTH)

FAB-500 yang tak berpandu akan diganti dengan drill atau Drel.

Ini adalah bom cluster atau klaster dengan 15 elemen berbeda yang mampu terbang ke arah-arah berbeda dengan kecepatan 3 kilometer per detik. Selain itu, bom bisa menembus kendaraan lapis baja apa pun milik musuh.

Bom tak berpandu dan jarak jauh ini lebih murah bagi pemerintah daripada yang berpresisi tinggi, terutama karena mereka tak ada mesin misil reaktif.

Juga, bahan peledak dari bom seperti Drel berbobot 500 kilogram atau 70 persen dari berat totalnya. Dengan kata lain, satu hulu ledak mengandung lebih dari 370 kilogram bahan peledak.

Bom baru tersebut dapat dijatuhkan pada musuh dari jarak 30 kilometer dan berkat sistem Glonass, ia akan dapat menyerang target dengan akurat (tidak seperti bom tak berpandu yang sudah kuno).

Di masa depan, industri pertahanan berencana untuk melengkapi Drel dengan mesin berenergi tinggi, yang secara drastis akan meningkatkan jangkauan bom tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya