Liputan6.com, Lima - Seorang pria Kanada dihukum mati di pinggiran hutan hujan Amazon di Peru, setelah sehari sebelumnya, penduduk desa terpencil menuduhnya terlibat pembunuhan seorang wanita berusia 81, demikian pernyataan dari kantor pengadilan tinggi setempat.
Olivia Arevalo Lomas, seorang tabib tradisional suku Shipibo-Conibo, ditembak dua kali hingga tewas pada Kamis, 19 April 2018, di dekat rumahnya di Distrik Ucayali, di bagian tengah Peru.
Sebastian Paul Woodroffe (41), seorang pria berkewarganegaraan Kanada yang tinggal di wilayah itu, disalahkan oleh penduduk desa atas pembunuhan Arevalo Lomas, demikian dikutip dari South China Morning Post, Senin (23/4/2018).
Advertisement
Baca Juga
Menurut jaksa penuntut umum utama, Ricardo Palma Jimenez -- yang pernah menangani isu perdata Woodroffe, tuduhan warga tidak bisa dielak sehingga berujung pada aksi hukuman gantung.
Polisi menemukan jasad Woodroffe terkubur sekitar satu kilometer dari rumah Arevalo Lomas di Ucayali pada Sabtu, 21 April 2018, setelah tersebarnya rekaman video hukuman gantung itu sejak sehari sebelumnya.
Video itu memperlihatkan seorang pria mengerang di genangan dekat struktur atap jerami, ketika beberapa orang di sekitarnya mengikat tali di lehernya, untuk kemudian diseret beberapa meter.
Jimenez mengatakan pihaknya sedang menyelidiki beberapa hipotesis yang terkait dengan pembunuhan tabib Arevalo Lomas, dan terlalu dini untuk menyebut para tersangka dalam kasus tersebut.
"Tidak ada penangkapan yang dilakukan terkait dengan kematian Woodroffe," ujar Jimenez.
"Kami tidak akan berhenti (menyelidiki) hingga kedua kasus pembunuhan, wanita lokal dan pria Kanada, terpecahkan," ia menegaskan.
Simak video pilihan berikut:
Memicu Kemarahan Besar di Peru
Sementara itu, Jimenez menegaskan bahwa pria dalam rekaman video keji itu adalah Woodroffe.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil autopsi, yang menunjukkan bahwa adanya tanda meninggal karena dicekik di leher, dan beberapa lebam akibat pukulan di sekujur tubuhnya.
Pembunuhan Arevalo Lomas memicu kemarahan besar di Peru, karena sang tabib dikenal juga sebagai aktivis lingkungan yang mengecam keras pengalihan fungsi hutan hujan Amazon untuk industri.
Sebelumnya, beberapa aktivis lingkungan setempat juga menerima teror yang tidak kalah mengerikan -- meski tidak sampai meninggal -- karena menolak imbauan meninggalkan tanah leluhurnya.
Imbauan alih fungsi lahan di banyak wilayah terpencil di Pegunungan Andes dan lembah Sungai Amazon kerap memicu konflik dengan penduduk setempat.
Beberapa kali juga tercatat orang luar yang dianggap mengganggu, dihukum sepihak oleh penduduk lokal sesuai dengan keputusan adat.
Adapun pemerintah Kanada, baik melalui Kementerian Luar Negeri maupun Kedutaan Besar di Lima, belum memberi keterangan apa pun terkait insiden tersebut.
Advertisement