Liputan6.com, Moskow - Philippe Loret mengaku sebagai cucu Adolf Hitler, buah cinta sesaat sang fuhrer dengan seorang perempuan Prancis bernama Charlotte Lobjoie.
Pria 62 tahun yang berprofesi sebagai tukang ledeng itu yakin, neneknya menjalin hubungan cinta dengan Hitler saat bos Nazi tersebut masih jadi serdadu Jerman berpangkat kopral, yang terjun di garis depan dalam Perang Dunia I.
Usianya Hitler baru 28 tahun kala itu. Baru dua dekade kemudian ia menjadi tiran yang membawa Jerman ke pusaran konflik Perang Dunia II.
Advertisement
Baca Juga
Seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (23/4/2018), sebuah lukisan yang dibuat Hitler pada 1916 ia ajukan sebagai bukti. Gambar perempuan muda-- yang mengenakan kemeja dengan kancing terbuka hingga memperlihatkan sebagian payudara, dengan syal merah di kepala, dan membawa garpu rumput -- diaku sebagai neneknya.
Konon, usai menghabiskan malam dengan Adolf Hitler, dalam kondisi mabuk, gadis yang kala itu masih 19 tahun, mengandung. Didera rasa malu, Charlotte meninggalkan anaknya dan lari ke Prancis. Baru beberapa tahun kemudian ia tinggal bersama putranya.
Putra Charlotte, Jean-Marie Loret adalah ayah Philippe Loret.
"Suatu ketika, ayah mengumpulkan kami, tujuh anaknya, dan berkata, "Anak-anak, aku akan memberi tahukan sesuatu pada kalian. Kakekmu adalah Adolf Hitler," kata Philippe Loret mengenang apa yang dikatakan bapaknya.
"Kami hanya bisa terdiam, tak tahu apa yang harus dikatakan. Kami bingung bagaimana untuk meresponsnya."
Philippe Loret mengatakan, ada bukti lain yang mengaitkan ayahnya dengan Hitler: golongan darah mereka sama.
Sebuah catatan harian pada 30 September 1944, oleh insinyur di kemiliteran Inggris, Leonard Wilkes juga dianggap mendukung klaimnya.
Wilkes termasuk regu pertama dalam pendaratan di Normandia yang dilakukan oleh pasukan Sekutu saat Perang Dunia II pada tanggal 6 Juni 1944. Peristiwa itu juga dikenal sebagai D-Day.
"Mengunjungi rumah di mana Hitler tinggal saat masih menjadi kopral di perang sebelumnya (Perang Dunia I), bertemu perempuan yang punya anak dengannya. Ia berkata kepada kami bahwa putranya, seorang putra, kini sedang bertempur dipihak Prancis melawan Jerman," demikian isi cuplikan catatan harian itu.
Â
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Uji DNA
Untuk membuktikan klaimnya itu, Philippe Loret bahkan menjalani tes DNA. Air liur atau salivanya akan dicocokkan dengan material genetika dari potongan tengkorak dan tulang rahang yang diyakini milik sang fuhrer.
Pengujian itu dimungkinkan dengan bantuan pihak Rusia. Saluran televisi Rusia, NTV mengambil sampel DNA miliknya dan membawanya ke Moskow untuk dicocokkan dengan materi genetik milik Hitler yang diyakini diambil tentara Rusia yang menyerbu bunker di Berlin di penghujung Perang Dunia II.
"Di arsip Rusia tersimpan rahang dan serpihan tengkorak Hitler, bahan genetik sempurna untuk tes DNA, yang akhirnya bisa membuktikan bahwa kakek Philippe Loret adalah pembantai yang paling mengerikan dalam sejarah manusia," demikian narasi NTV seperti dikutip dari Daily Mail.
Philippe Loret sebenarnya yakin, dengan atau tanpa DNA, dia adalah cucu Hitler.
"Namun, tes DNA hanya satu-satunya cara yang dapat membuktikan kisah ini. Sampel DNA Philippe Loret sekarang di Moskow. Jawaban atas misteri terakhir tentang Hitler akan segera didapat. Dan ini berarti, sekali lagi, nasib Hitler ada di tangan Rusia," demikian menurut NTV.
Loret mengaku pasrah. "Jika hasil tes DNA negatif, aku harus kembali tahu siapa kakekku sebenarnya. Yang aku inginkan adalah kebenaran. Ini adalah upaya untuk mencari kebenaran," kata dia.
Jejak Darah Hitler
Pada tahun 2010, media Inggris The Sun berhasil melacak jejak salah satu keluarga dekat Sang Fuhrer di sebuah peternakan di bagian Utara Austria.
Gerhard Koppensteiner, yang kala itu berusia 45 tahun, masih terhitung sepupu Hitler. Dari wajahnya sudah terlihat ada hubungan keluarga, dia mirip Hitler saat muda.
Sambil menggiring sapi-sapinya, Gerhard sebenarnya keberatan mengungkit masa lalunya -- terutama hubungan darahnya dengan Hitler yang dikutuk banyak orang.
"Kenyataan ini menghantui keluarga kami sepanjang hayat," kata dia. "Ini beban yang sangat mengerikan. Saya tumbuh dengan mengetahui bahwa saya dan Hitler satu darah. Bayangkan, bisakah Anda mengatasi hal seperti itu?"
Ayah Gerald, Adolf, baru berusia enam tahun saat Hitler dinyatakan tewas di sebuah bunker di tahun 1945. Meski berkaitan darah tak ada kaitan antara ayah Gerald dengan kejahatan Hitler.
Namun, "kutukan ini mengikuti kami seumur hidup," kata Gerald.
Ketertarikan atas keturunan Hitler berkembang setelah peneliti Belgia menggunakan DNA untuk melacak 39 keluarga Hitler.
Untuk menyembunyikan keterkaitannya dengan Hitler, mereka mengubah nama keluarga, menjadi Hüttler, Hietler, Hiedler atau Hütler -- nama keluarga umum yang terdapat dalam buku telepon Austria.
Keluarga Hitler juga ada di Amerika Serikat. Mereka diketahui tinggal di daerah Long Island.Â
Advertisement