Israel Tembak Mati 3 Warga Palestina

Israel menuding serangkaian aksi protes di Jalur Gaza didorong oleh kelompok Hamas.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 30 Apr 2018, 10:02 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2018, 10:02 WIB
Pemuda Palestina Bagi-Bagi Jus Saat Unjuk Rasa di Gaza
Pemuda Palestina, Mohammad Safy menyapa pengunjuk rasa usai membagikan jus kepada mereka di perbatasan Israel dengan Gaza, Jumat (13/4). (MAHMUD HAMS/AFP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Ratusan warga Palestina berkumpul di pagar perbatasan Jalur Gaza-Israel pada Jumat, 27 April 2018, mencoba menerobos, sebelum berondongan peluru dimuntahkan oleh pasukan Israel.

Insiden tersebut menjadi salah satu yang paling kejam dalam serangkaian aksi protes selama lima minggu terakhir. Tiga orang tewas dan puluhan lainnya dilaporkan terluka.

Dikutip dari Time.com pada Senin (30/4/2018), kekerasan itu terjadi tak lama setelah seorang pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) mendesak Israel, untuk tidak menggunakan kekuatan berlebih dalam menghadapi para pengunjuk rasa.

Setidaknya 38 orang tewas oleh tembakan langsung Israel dan lebih dari 1.600 terluka dalam aksi protes berminggu-minggu, sejak 30 Maret lalu.

Israel telah menolak kritik internasional, berdalih tindakannya bertujuan membela kedaulatan wilayah perbatasan. Sebaliknya, Israel justru menuduh para pemimpin Hamas, sebagai pendorong terjadinya aksi protes tersebut.

Dalam kerusuhan Jumat, kerumunan besar berkumpul beberapa ratus meter dari perbatasan, dengan melakukan aksi lempar batu dan membakar ban, yang terus berulang sejak beberapa minggu sebelumnya.

Menjelang sore, puluhan pemuda bergerak sekitar 200 meter ke selatan, mendekati pagar perbatasan. Massa kemudian mencoba menerobos pagar dengan kait dan pemotong kawat ketika pasukan Israel melepaskan tembakan.

Para saksi mengatakan, tiga pengunjuk rasa dengan cepat menyeberang ke wilayah Israel, dan melakukan aksi pelemparan batu serta bom Molotov ke arah militer yang telah bersiaga.

Ratusan pengunjuk rasa lainnya berlari menyusul ke kawasan perbatasan, dan jumlahnya bertambah dengan cepat menjadi beberapa ribu orang.

Kendaraan lapis baja Israel melaju ke tempat itu, berupaya membubarkan massa dengan rentetan tembakan gas air mata.

Saat tembakan meletus, kerumunan orang bubar. Puluhan ambulans Palestina menyusuri jalan tanah berbatu untuk mengevakuasi korban tewas dan terluka.

Beberapa orang di kerumunan berteriak "syahid" ketika para jenazah dibawa pergi dengan tandu.

Para pejabat kesehatan Palestina melaporkan tiga orang tewas dan 611 orang terluka, termasuk 138 orang yang terkena tembakan dalam insiden di sepanjang perbatasan.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

Israel Klaim 'Gagalkan' Penyusupan

Aksi Terus Berlanjut, Kepulan Asap Hitam Membubung di Perbatasan Israel
Kepulan asap hitam membubung di pagar perbatasan Palestina-Israel di kota Gaza tengah (13/4). Ratusan warga Palestina membakar ban saat melakukan unjuk rasa di perbatasan Palestina-Israel. (AFP/Mohammed Abed)

Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, militer Israel mengatakan telah "menggagalkan" upaya penyusupan oleh para demonstran Palestina. Dikatakan bahwa "ratusan perusuh" mencoba membakar pagar dan memasuki Israel.

Selain itu, juga disebutkan bahwa kerumuman massa melemparkan batu, bom Molotov, dan peledak lainnya, sehingga memicu militer Israel bertahan diri dengan melepaskan tembakan.

Menurut militer Israel, pasukannya melepaskan tembakan "sesuai dengan aturan keterlibatan" untuk menghentikan kerumunan.

Pihak Israel juga merilis video yang menunjukkan seorang pemuda Palestina menempatkan ban terbakar di sepanjang pagar perbatasan, yang dituding sebagai upaya jelas untuk memicu kebakaran yang merusak.

Dalam insiden lain, militer mengatakan kerumunan Palestina menggelindingkan ban yang terbakar, melakukan pelemparan batu, dan menerbangkan layang-layang berisi bahan peledak yang bertujuan merusak pagar dan target Israel lainnya.

Di sisi lain, para tokoh di Gaza mengatakan serangkaian aksi protes tersebut bertujuan mendesak "hak pengembalian" pengungsi dan keturunan mereka, agar kembali ke wilayah yang kini diduduki oleh Israel.

Dua pertiga penduduk Gaza adalah keturunan pengungsi yang melarikan diri -- atau diusir -- dari kampung halaman mereka, setelah konflik dengan Israel mulai meletus sejak 1948 silam.

Protes tersebut akan mencapai puncaknya pada 15 Mei, bertepatan dengan peringatan hari kelahiran Israel.

Hamas Tolak Tudingan Israel

Eksodus warga Palestina dari tanah yang kini menjadi negara Israel
Eksodus warga Palestina dari tanah yang kini menjadi negara Israel (Wikipedia/Public Domain)

Adapun pemerintahan Hamas juga telah membuat pernyataan, yang menolak tudingan Israel bahwa mereka telah merencanakan pelanggaran perbatasan di beberapa titik.

Pemimpin tertinggi Hamas, Ismail Haniyeh, mengunjungi sebuah kamp protes di selatan kota Rafah, untuk menyerukan protes yang lebih besar di Gaza, Tepi Barat, Israel dan di antara pengungsi Palestina di negara-negara lain pada 15 Mei mendatang.

"Orang-orang kami tidak akan memperlambat protes sampai mereka mendapatkan haknya,” katanya.

Di laih pihak, militer Israel telah berulang kali mengatakan tidak akan mengizinkan warga Gaza untuk menerobos pagar perbatasan.

Namun, Israel telah mendapat kecaman internasional karena diduga menggunakan kekuatan yang berlebihan.

Zeid Ra'ad Al Hussein, komisioner tinggi PBB untuk hak asasi manusia, mengatakan pasukan Israel tidak mengindahkan peringatan oleh PBB dan lainnya, berulang kali menggunakan kekuatan mematikan terhadap demonstran yang tidak bersenjata dalam sebulan terakhir.

Para pejabat kesehatan Gaza mengatakan bahwa empat anak di bawah umur, termasuk seorang anak lelaki berusia 14 tahun, telah menjadi korban tewas.

"Kehilangan nyawa sangat menyedihkan, dan jumlah luka yang mengejutkan yang disebabkan oleh serangan amunisi menegaskan, bahwa kekuatan yang berlebihan telah digunakan terhadap demonstran - tidak hanya sekali, tidak dua kali, tetapi berulang kali," kata Al Hussein.

Kritik tersebut langsung ditanggapi oleh Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, yang mengatakan Israel "dengan tekun membela kedaulatannya". Ia justru menuduh Al Hussein mendorong "eksploitasi penduduk sipil" Hamas.

Danon mengatakan komisaris "tidak fokus pada hak asasi manusia, tetapi hanya dengan mengkritik Israel secara obsesif."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya