Liputan6.com, Tel Aviv - Sebuah komentar yang dilontarkan oleh Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, memicu kontroversi di tengah memanasnya situasi Timur Tengah akibat konflik di Suriah.
Lieberman mengatakan Israel tidak segan untuk memulai perang jika Iran melakukan serangan terhadap ibu kota Tel Aviv.
Dikutip dari Independent.co.uk pada Jumat (27/4/2018), ancaman Lieberman disebut berisiko memicu Perang Dunia III, karena kedua negara sama-sama memiliki kekuatan militer yang bersaing.
Advertisement
Kepada situs berita milik Arab Saudi yang berbasis di London, Elaph, Lieberman berkata: "Israel tidak menginginkan perang. Namun jika Iran menyerang Tel Aviv, maka kami akan menyerang balik Teheran."
Baca Juga
Tel Aviv sendiri, selain sebagai ibu kota dan pusat ekonomi Israel saat ini, juga menjadi basis terbesar militer negeri yang dipimpin oleh PM Benyamin Netanyahu itu.
Adapun, kisruh antara Israel dan Iran mulai memanas sejak 10 Februari, ketika Tel Aviv menyebut sebuah pesawat tanpa awak (drone) -- yang diduga diterbangkan dari kawasan Suriah -- menembus ruang teritorial udaranya.
Setelah menembak hancur drone tersebut, Lieberman melakukan serangan ke sistem pertahanan udara Suriah, yang kemudian berujung pada jatuhnya salah satu armada jet tempur F-16 milik Israel.
Sebelumnya pada 9 April, Israel melakukan serangan ke Suriah yang menewaskan tujuh orang anggota Korps Garda Revolusi Iran.
Teheran menuduh Israel bersalah atas serangan tersebut, dan mengancam akan melakukan pembalasan, meski belum diketahui pasti seperti apa bentuknya.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Menghambat Pengaruh Iran
Sementara itu, Israel beralasan bahwa serangan tersebut dimaksudkan untuk menahan Iran, agar tidak terlalu jauh memengaruhi pemerintahan Bashar al-Assad dalam memperkuat pertahanan -- yang didukung oleh kelompok Hizbullah di Lebanon.
"Setiap kami melihat Iran terlibat dalam pos-pos militer di Suriah, kami akan hancurkan, tidak peduli berapa harganya," ancam Lieberman.
Di sisi lain, Iran yang tidak mengakui kedaulatan Israel, telah berkali-kali mengeluarkan ancaman untuk menyerang ibu kota Tel Aviv.
Kedua negara telah berselisih salama beberapa dekade, dan mulai menyerang secara proksi satu sama lain sejak pertengahan 2000-an.
Awal tahun ini, Israel untuk pertama kalinya, mengakui serangan bom yang diarahkan ke sebuah reaktor nuklir di Suriah pada 2007.
Menteri Intelijen Israel, Yisrael Katz mengunggah kicauan di Twitter: "Operasi 2007 dan keberhasilannya memperjelas bahwa Israel tidak akan pernah mengizinkan senjata nuklir berada di tangan orang-orang yang mengancam keberadaannya - Suriah saat itu, dan Iran hari ini."
Ketegangan juga kian meningkat sejak terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45. Ia mengancam akan menangguhkan kesepakatan tentang program nuklir Iran, yang dibuat dengan imbalan pencabutan beberapa sanksi ekonomi.
Presiden Trump mengklaim kesepakatan itu terlalu lunak, dan bisa dimanfaatkan oleh Iran untuk menyelewengkan beberapa aspek penting di dalamnya.
Iran dikhawatirkan akan terus mengembangkan teknologi nuklirnya untuk kepentingan senjata militer.
Advertisement