Komentar Menteri Pertahanan Israel Berisiko Memicu Perang Dunia III

Israel tidak segan berperang dengan siapapun yang berniat menyerang ibu kota Tel Aviv.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 27 Apr 2018, 15:30 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2018, 15:30 WIB
Israel Tunjuk Menhan Baru yang Penuh Kontroversi
Lieberman yang tinggal di salah satu kawasan pemukiman di Tepi Barat, dilaporkan skeptis terhadap upaya perdamaian dengan Palestina. (AFP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Sebuah komentar yang dilontarkan oleh Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, memicu kontroversi di tengah memanasnya situasi Timur Tengah akibat konflik di Suriah.

Lieberman mengatakan Israel tidak segan untuk memulai perang jika Iran melakukan serangan terhadap ibu kota Tel Aviv.

Dikutip dari Independent.co.uk pada Jumat (27/4/2018), ancaman Lieberman disebut berisiko memicu Perang Dunia III, karena kedua negara sama-sama memiliki kekuatan militer yang bersaing.

Kepada situs berita milik Arab Saudi yang berbasis di London, Elaph, Lieberman berkata: "Israel tidak menginginkan perang. Namun jika Iran menyerang Tel Aviv, maka kami akan menyerang balik Teheran."

Tel Aviv sendiri, selain sebagai ibu kota dan pusat ekonomi Israel saat ini, juga menjadi basis terbesar militer negeri yang dipimpin oleh PM Benyamin Netanyahu itu.

Adapun, kisruh antara Israel dan Iran mulai memanas sejak 10 Februari, ketika Tel Aviv menyebut sebuah pesawat tanpa awak (drone) -- yang diduga diterbangkan dari kawasan Suriah -- menembus ruang teritorial udaranya.

Setelah menembak hancur drone tersebut, Lieberman melakukan serangan ke sistem pertahanan udara Suriah, yang kemudian berujung pada jatuhnya salah satu armada jet tempur F-16 milik Israel.

Sebelumnya pada 9 April, Israel melakukan serangan ke Suriah yang menewaskan tujuh orang anggota Korps Garda Revolusi Iran.

Teheran menuduh Israel bersalah atas serangan tersebut, dan mengancam akan melakukan pembalasan, meski belum diketahui pasti seperti apa bentuknya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

Menghambat Pengaruh Iran

Keakraban Erdogan, Putin, Rouhani Saat Bahas Perdamaian Suriah
Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara dalam pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait perdamaian Suriah di Ankara, Turki, Rabu (4/4). (AFP PHOTO/ADEM ALTAN)

Sementara itu, Israel beralasan bahwa serangan tersebut dimaksudkan untuk menahan Iran, agar tidak terlalu jauh memengaruhi pemerintahan Bashar al-Assad dalam memperkuat pertahanan -- yang didukung oleh kelompok Hizbullah di Lebanon.

"Setiap kami melihat Iran terlibat dalam pos-pos militer di Suriah, kami akan hancurkan, tidak peduli berapa harganya," ancam Lieberman.

Di sisi lain, Iran yang tidak mengakui kedaulatan Israel, telah berkali-kali mengeluarkan ancaman untuk menyerang ibu kota Tel Aviv.

Kedua negara telah berselisih salama beberapa dekade, dan mulai menyerang secara proksi satu sama lain sejak pertengahan 2000-an.

Awal tahun ini, Israel untuk pertama kalinya, mengakui serangan bom yang diarahkan ke sebuah reaktor nuklir di Suriah pada 2007.

Menteri Intelijen Israel, Yisrael Katz mengunggah kicauan di Twitter: "Operasi 2007 dan keberhasilannya memperjelas bahwa Israel tidak akan pernah mengizinkan senjata nuklir berada di tangan orang-orang yang mengancam keberadaannya - Suriah saat itu, dan Iran hari ini."

Ketegangan juga kian meningkat sejak terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45. Ia mengancam akan menangguhkan kesepakatan tentang program nuklir Iran, yang dibuat dengan imbalan pencabutan beberapa sanksi ekonomi.

Presiden Trump mengklaim kesepakatan itu terlalu lunak, dan bisa dimanfaatkan oleh Iran untuk menyelewengkan beberapa aspek penting di dalamnya.

Iran dikhawatirkan akan terus mengembangkan teknologi nuklirnya untuk kepentingan senjata militer.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya