Ratusan Pemberontak Suriah Angkat Kaki dari Wilayah Pertahanan Terakhir

Gelombang migrasi para pemberontaj dilakukan selama dua hari, menuju wilayah yang dikuasai oposisi di wilayah utara Suriah.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 08 Mei 2018, 10:02 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2018, 10:02 WIB
Wajah Polos Bocah Suriah Saat Ikut Evakuasi-AFP-20170421
Seorang lelaki memeluk bocah saat berada di sebuah tempat penampungan sementara di Jibrin di pinggiran timur Aleppo, Jumat (21/4). Pengungsi adalah warga dari kota Fuaa dan Kafraya. (AFP PHOTO / George OURFALIAN)

Liputan6.com, Damaskus - Sekumpulan besar pemberontah Suriah dilaporkan menarik diri dari kantong pertahanan terakhir mereka. Ratusan orang militan telah naik bus bersama dengan keluarga mereka, meninggalkan basis perjuangan di bagian tengah Suriah, antara distrik Homs dan Hama.

Melalui kesepakatan dengan pemerintah yang didukung oleh Rusia, para militan telah diberi akses yang aman ke wilayah yang dikuasai oposisi di Suriah utara.

Dikutip dari BBC pada Selasa (8/5/2018), para militan sepakat untuk berkompromi dengan pemerintah, setelah pengepungan panjang salama berbulan-bulan.

Satu-satunya wilayah Suriah yang masih berada di tangan pemberontak terletak di sepanjang area pebatasan di ujung utara dan selatan negara itu.

Ketentuan itu disepakati setelah pembicaraan maraton antara faksi-faksi Tentara Pembebasan Suriah dan para jenderal Rusia di distrik Homs pada Rabu, 2 Mei 2018.

Senjata berat milik pemberontak telah diserahkan ke pemerintah, dan mereka dibiarkan pergi dengan bus menuju provinsi Idlib yang dikuasai pihak oposisi di wilayah timur laut.

Adapun pengawalan polisi militer Rusia dimaksudkan untuk menjaga bus, dan melindungi warga sipil Muslim Sunni yang tinggal di bekas daerah kantong pemberontak, dari serangan balas dendam sektarian oleh Alawit yang tinggal di dekatnya.

Menurut kesaksian masyarakat setempat, wilayah kantong pemberontak itu, yang mencakup kota Rastan, dijatuhi bom berat oleh pesawat Rusia sebelum kesepakatan terkait disetujui.

"Mereka meninggalkan pemberontak tanpa opsi setelah membom warga sipil, dan tidak memberi pilihan untuk menyerahkan atau melenyapkan daerah mereka," kata Abul Aziz al Barazi, salah seorang perunding oposisi sipil.

Migrasi para pemberontak Suriah itu diperkirakan akan memakan waktu dua hari, dengan jumlah ribuan orang yang diangkut bergantian menggunakan bus dari Rastan sejak Senin, 7 Mei 2018.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jalan Nasional M5 Kembali Dibuka

Konvoi Truk Bantuan PBB Masuki Ghouta Timur
Konvoi truk bantuan memasuki kantung pemberontak di Douma, Ghouta Timur, Damaskus, Suriah, Senin (5/3). Konvoi tersebut adalah operasi gabungan antara ICRC, Palang Merah Suriah, dan PBB. (AFP PHOTO/HAMZA AL-AJWEH)

Setelah tujuh tahun perang, pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, yang didukung oleh militer Rusia dan Iran, kembali menguasai sebagian besar wilayah tengah Suriah, termasuk kota kedua terbesar, Aleppo.

Jatuhnya wilayah pertahanan pemberontak antara Homs dan Hama, juga berarti mengamankan kembali akses jalan nasional M5 -- menghubungkan Aleppo dan Damaskus melalui Homs -- yang telah lama ditutup akibat perang.  

Pasukan pemberontak sekarang terkonsentrasi di provinsi Idlib, di mana puluhan ribu pejuang dan keluarga mereka tiba dari bekas wilayah pertananan Ghouta Timur bulan lalu.

Di saat bersamaan, para pemberontak juga masih menguasai sebagian provinsi Deraa di ujung barat daya.

Di tempat lain di negara itu, Turki, khawatir dengan pertumbuhan pengaruh Kurdi di Suriah, di mana baru-baru ini merebut wilayah Afrin yang dikendalikan oleh milisi Kurdi YPG Suriah.

Di dekatnya, Amerika Serikat terus mendukung pasukan Demokrat Suriah yang didominasi Kurdi, dalam operasi mereka yang berkelanjutan terhadap kelompok Negara Islam.

Sementara itu, menurut Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia, selama tujuh tahun perang, lebih dari 400.000 orang telah tewas atau dilaporkan hilang,

Lebih dari setengah populasi yang berjumlah 22 juta jiwa, telah diusir dari rumah mereka dengan sedikitnya 6,1 juta warga Suriah terlantar, dan 5,6 juta lainnya mengungsi ke luar negeri, seperti salah satunya di Lebanon.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya