Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengungkapkan belasungkawa atas tewasnya lebih dari 50 warga Palestina dalam demonstrasi berdarah di Jalur Gaza pada Senin, 14 Mei 2018.
Ucapan bela sungkawa itu diutarakan Macron kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas lewat sambungan telepon yang dilakukan pada Senin kemarin. Demikian seperti dikutip dari Wafa Palestinian News & Info Agency (15/5/2018).
Dalam perbincangan via telepon, Macron kembali mengutarakan bahwa Prancis akan terus mendukung rakyat Palestina. Ia juga menegaskan agar demonstrasi harus berlangsung tanpa adanya kekerasan dari kedua belah pihak.
Advertisement
Baca Juga
Di sisi lain, Abbas mengatakan bahwa Israel harus menghentikan eskalasi kekerasan, yang telah merenggut nyawa lebih dari 50 warga Palestina sejauh ini dan menyebabkan lebih dari 2.500 orang lainnya terluka.
Lebih lanjut, presiden Palestina itu mengatakan bahwa keputusan Israel untuk menembaki para demonstran yang tidak bersenjata dalam unjuk rasa damai akan menyebabkan lebih banyak ekstremisme dan kekerasan.
Oleh karenanya, Abbas menganjurkan agar Dewan Keamanan PBB segera bersidang dan mengeluarkan resolusi untuk memberikan perlindungan bagi rakyat Palestina.
Abbas juga menyebut bahwa langkah Israel yang membiarkan Amerika Serikat membuka kedutaan besar di Yerusalem adalah sebuah bentuk pelanggaran hukum.
Ia juga menegaskan bahwa setelah AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Washington tidak akan lagi diterima sebagai mediator atau diizinkan untuk menawarkan proposal perdamaian antara Palestina - Israel.
Â
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Lebih dari 50 Warga Palestina Tewas
Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Israel resmi pindah dari Tel Aviv ke Yerusalem, Senin 14 Mei 2018. Aksi kontroversial tersebut dilakukan setelah pemerintahan Donald Trump secara sepihak mengakui Al Quds atau Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Upacara peresmian itu diwarnai pertumpahan darah di Gaza. Setidaknya 58 warga Palestina tewas akibat bentrok dengan pasukan Israel. Hal itu berarti, Senin kemarin adalah hari paling mematikan sejak perang di Gaza berakhir 2014 lalu.
Kurang dari 50 mil di mana Ivanka Trump dan sejumlah petinggi AS merayakan peresmian kedutaan di sore yang cerah, perbatasan di Gaza menjelma menjadi zona merah, dengan kobaran api dan situasi penuh kekacauan, saat puluhan ribu demonstran berhadapan dengan para penembak jitu Israel.
Pihak Tel Aviv berdalih, mereka melepaskan tembakan untuk menghalau pihak Hamas, yang menurut mereka menggunakan para demonstran sebagai pengalih, agar bisa menerobos pagar perbatasan dan melakukan serangan ke wilayah Israel.
Otoritas Palestina menuduh Israel telah melakukan "pembantaian yang mengerikan" dan meminta dunia internasional untuk bertindak menghentikannya.
Advertisement