Presiden Prancis Berduka Atas Tewasnya Puluhan Warga Palestina di Gaza

Presiden Prancis menyatakan belasungkawa atas kematian lebih dari 50 warga Palestina dalam demonstrasi berdarah di Gaza.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 15 Mei 2018, 17:30 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 17:30 WIB
Anak-anak Palestina jadi Korban saat Bentrok dengan Israel
Petugas medis menggendong seorang anak Palestina yang terkena gas air mata selama protes di dekat Beit Lahiya, Jalur Gaza, Senin (14/5). Tentara Israel menembak dan membunuh puluhan warga Palestina selama protes massal di perbatasan Gaza (AP/Dusan Vranic)

Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengungkapkan belasungkawa atas tewasnya lebih dari 50 warga Palestina dalam demonstrasi berdarah di Jalur Gaza pada Senin, 14 Mei 2018.

Ucapan bela sungkawa itu diutarakan Macron kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas lewat sambungan telepon yang dilakukan pada Senin kemarin. Demikian seperti dikutip dari Wafa Palestinian News & Info Agency (15/5/2018).

Dalam perbincangan via telepon, Macron kembali mengutarakan bahwa Prancis akan terus mendukung rakyat Palestina. Ia juga menegaskan agar demonstrasi harus berlangsung tanpa adanya kekerasan dari kedua belah pihak.

Di sisi lain, Abbas mengatakan bahwa Israel harus menghentikan eskalasi kekerasan, yang telah merenggut nyawa lebih dari 50 warga Palestina sejauh ini dan menyebabkan lebih dari 2.500 orang lainnya terluka.

Lebih lanjut, presiden Palestina itu mengatakan bahwa keputusan Israel untuk menembaki para demonstran yang tidak bersenjata dalam unjuk rasa damai akan menyebabkan lebih banyak ekstremisme dan kekerasan.

Oleh karenanya, Abbas menganjurkan agar Dewan Keamanan PBB segera bersidang dan mengeluarkan resolusi untuk memberikan perlindungan bagi rakyat Palestina.

Abbas juga menyebut bahwa langkah Israel yang membiarkan Amerika Serikat membuka kedutaan besar di Yerusalem adalah sebuah bentuk pelanggaran hukum.

Ia juga menegaskan bahwa setelah AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Washington tidak akan lagi diterima sebagai mediator atau diizinkan untuk menawarkan proposal perdamaian antara Palestina - Israel.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Lebih dari 50 Warga Palestina Tewas

Momen Saat Demonstran Palestina Dihujani Gas Air Mata di Jalur Gaza
Pasukan Israel menembakkan gas air mata ke arah demonstran Palestina selama bentrokan di perbatasan jalur Gaza (11/5). Sejak aksi digelar kembali pada 30 Maret 2018, sekitar 50 warga Palestina telah tewas oleh tembakan Israel. (AFP Photo/Mohammed Abed)

Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Israel resmi pindah dari Tel Aviv ke Yerusalem, Senin 14 Mei 2018. Aksi kontroversial tersebut dilakukan setelah pemerintahan Donald Trump secara sepihak mengakui Al Quds atau Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Upacara peresmian itu diwarnai pertumpahan darah di Gaza. Setidaknya 58 warga Palestina tewas akibat bentrok dengan pasukan Israel. Hal itu berarti, Senin kemarin adalah hari paling mematikan sejak perang di Gaza berakhir 2014 lalu.

Kurang dari 50 mil di mana Ivanka Trump dan sejumlah petinggi AS merayakan peresmian kedutaan di sore yang cerah, perbatasan di Gaza menjelma menjadi zona merah, dengan kobaran api dan situasi penuh kekacauan, saat puluhan ribu demonstran berhadapan dengan para penembak jitu Israel.

Pihak Tel Aviv berdalih, mereka melepaskan tembakan untuk menghalau pihak Hamas, yang menurut mereka menggunakan para demonstran sebagai pengalih, agar bisa menerobos pagar perbatasan dan melakukan serangan ke wilayah Israel.

Otoritas Palestina menuduh Israel telah melakukan "pembantaian yang mengerikan" dan meminta dunia internasional untuk bertindak menghentikannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya