Imbas Penarikan AS dari Kesepakatan Nuklir, Raksasa Energi Prancis 'Kabur' dari Iran

Total, menandatangani kontrak pada 2017, untuk mengembangkan fase 11 ladang gas South Pars, dengan investasi awal direncanakan sebesar USD 1 miliar.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 17 Mei 2018, 17:03 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2018, 17:03 WIB
Ilustrasi nuklir Iran
Ilustrasi nuklir Iran (AFP)

Liputan6.com, Teheran - Raksasa energi Prancis, Total, bersiap untuk menarik diri dari proyek gas bernilai miliaran di Iran. Langkah tersebut sebagai respons atas sanksi baru yang dijatuhkan Amerika Serikat pasca-mundur dari kesepakatan nuklir Iran.

Total mengatakan akan menangguhkan operasinya pada November mendatang, kecuali Amerika Serikat mencabut sanksinya atas Iran.

Washington kembali memberlakukan sanksi ketat terhadap Iran, yang sebelumnya dicabut di bawah kesepakatan nuklir untuk mengekang ambisi nuklir negara itu.

Total, menandatangani kontrak pada 2017, untuk mengembangkan fase 11 ladang gas South Pars, dengan investasi awal direncanakan sebesar USD 1 miliar.

"Total tidak akan melanjutkan proyek SP11 (South Pars 11) dan akan menangguhkan seluruh operasi terkait sebelum 4 November 2018, kecuali Total diberikan pengabaian proyek tertentu oleh otoritas Amerika Seirkat dengan dukungan otoritas Prancis dan Eropa," demikian pernyataan raksasa minyak dan gas itu seperti dikutip dari BBC, Kamis (17/5/2018).

Mengikuti perjanjian internasional tiga tahun lalu untuk meringankan embargo terhadap Iran, sejumlah perusahaan mulai menjajaki perdagangan dan investasi dengan Teheran.

Beberapa perusahaan termasuk perusahaan energi, kedirgantaraan, dan kereta api menyetujui kesepakatan awal, namun situasi saat ini dilanda ketidakpastian.

Pada awal bulan ini, Donald Trump mengumumkan penarikan Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir Iran. Ia menyebut pakta nuklir tersebut "rusak dan membusuk" serta "memalukan" baginya sebagai "seorang warga negara."

Trump yang kebijakannya tersebut menentang sekutunya, Uni Eropa, juga menegaskan akan menerapkan kembali sanksi ekonomi yang dicabut ketika kesepakatan itu ditandatangani pada tahun 2015.

Sementara, pemerintah Uni Eropa terus mendukung kesepakatan nuklir Iran, sejumlah perusahaan yang beroperasi secara internasional berisiko terkena imbas, menyusulnya diberlakukannya kembali sanksi terhadap Iran.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

'Situasi Ini Akan Berlalu'

Ilustrasi bendera Iran
Ilustrasi (iStock)

Pengumuman Total datang setelah perusahaan Denmark, Maersk, yang mengoperasikan tanker minyak global mengatakan akan memenuhi komitmennya, namun tidak akan menandatangani kontrak baru.

Operator tanker minyak Denmark lainnya, Torm, mengatakan akan berhenti mengambil pesanan baru di Iran.

Adapun perusahaan asuransi Jerman Allianz menjelaskan bahwa bisnis mereka di Iran "sangat minim". Namun, sementara menunggu arahan dari Uni Eropa dan pemerintah Jerman, mereka akan menangguhkan bisnis apapun di Negeri Para Mullah.

Total mengatakan, sejauh ini pihaknya telah menghabiskan tidak kurang dari USD 47 juta dalam proyek di Iran dan menarik keluar tidak akan memengaruhi target pertumbuhan produksi perusahaan.

Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan pada hari Rabu, Teheran akan mengatasi tekanan yang dihasilkan dari penarikan diri Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir Iran.

"Situasi saat ini akan berlalu dan Iran akan muncul sebagai pemenang," kata kantor berita kementerian minyak SHANA, mengutip Zanganeh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya