Sejumlah Perusahaan Swasta Lirik Peluang Eksplorasi Ruang Angkasa

Minat firma swasta pada ruang angkasa, baik untuk komersil maupun penelitian, semakin berkembang. Orbit Bumi diperkirakan semakin sibuk ke depannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jun 2018, 07:21 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2018, 07:21 WIB
Roket Terkuat di Dunia Milik SpaceX Melesat Menuju Orbit Planet Mars
Roket terkuat di dunia milik SpaceX, Falcon Heavy lepas landas di Kennedy Space Center di Florida (6/2). Roket Falcon Heavy meluncur ke antariksa membawa Tesla Roadster milik bos SpaceX, Elon Musk, menuju orbit terdekat planet Mars.(AP Photo / John Raoux)

Liputan6.com, Washington DC - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tengah mencoba mendorong berbagai perusahaan swasta yang melirik potensi kesempatan untuk mewujudkan ruang angkasa sebagai lahan bisnis lewat misi eksplorasi.

Trump pada Kamis, 31 Mei 2018 menandatangani undang-undang kebijakan ruang angkasa yang ditujukan untuk merampingkan berbagai peraturan tentang pemanfaatan antariksa untuk tujuan komersil.

Presiden Trump menandatangani arahan tersebut hanya dalam hitungan hari setelah firma swasta yang bergerak di bidang eksplorasi angkasa luar, SpaceX meluncurkan satu lagi roket dari California yang mengangkut satelit-satelit ke orbit.

Peluncuran tersebut dan beberapa lainnya yang direncanakan pada bulan Juni adalah contoh dari semakin besarnya minat industri swasta pada ruang angkasa baik untuk tujuan komersil maupun penelitian ilmiah. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (4/6/2018).

"Paduan antara masa kebangkitan yang baru dan perkembangan penjelajahan ruang angkasa tahap selanjutnya. Akhirnya sektor komersil mulai kembali dan berbuat hal-hal yang benar-benar menarik," ujar Will Marshall, salah satu pendiri dan CEO Planet, salah satu perusahaan penyedia data geospasial.

Perusahaan tersebut telah memanfaatkan kurang lebih 200 satelit yang mengambil citra seluruh masa daratan Bumi setiap harinya.

Marshall menyatakan sebelum kehadiran firma Planet, citra satelit hanya diambil setiap tahun atau beberapa tahun. Citra Bumi yang diambil secara teratur dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri.

Jepang meluncurkan satelit militer pertamanya melalui Roket H-IIA di Pulau Tanegashima, Jepang (24/1). Roket H-IIA tersebut membawa satelit militer Jepang. (AP PHOTO/ Yu Nakajima)

"Anda dapat memanfaatkan data yang ada untuk meningkatkan hasil panen dimana petani dapat memutuskan kapan menambah pupuk, kapan menambah pasokan air untuk tanaman, karena kita dapat mengetahui hasil panen dari orbit," lanjut Marshall.

"Atau, data citra satelit itu dapat dimanfaatkan oleh perusahaan pemetaan komersil yang mencoba untuk meningkatkan kualitas peta yang ada lihat dalam jaringan, atau data itu dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk berbagai tujuan dan maksud dari keamanan perbatasan hingga tanggap bencana."

Satelit di ruang angkasa juga dapat mengorbit planet untuk tujuan keamanan nasional.

"Beberapa bulan yang lalu kami baru meluncurkan sebuah satelit seperti ini, namun juga memiliki komunikasi berbasis laser. Kami mampu mengirimkan data berkecepatan tinggi sebesar 200 megabit per detik ke daratan dan kemampuan satelit untuk berkomunikasi satu sama lain," kata Steve Isakowitz, presiden dan CEO dari Aerospace Communication, sebuah organisasi yang bekerjasama dengan AU AS dan komunitas intelijen.

"Satelit-satelit yang sama yang kita luncurkan untuk mengamati Bumi juga akan mampu untuk mengawasi lingkungan di sekitar kita untuk kemaslahatan kesadaran situasional keamanan dan angkasa nasional," tambah Isakowitz.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Orbit Bumi Diperkirakan Semakin Sibuk ke Depannya

Lewat Roket Falcon Heavy, Ini Mobil Listrik Pertama yang ke Luar Angkasa
Mobil Tesla Roadster yang dilengkapi manekin astronot bernama Starman berada di roket Falcon Heavy (6/2). SpaceX melontarkan mobil listrik Tesla Roadster berwarna cherry red ke orbit Mars. (Ho/SpaceX/AFP)

Selain itu yang juga mengorbit Bumi adalah International Space Station (ISS), pos terdepan yang memiliki daya tarik yang besar bagi perusahaan-perusahaan besar dan lembaga penelitian.

Laboratorium Nasional ISS dan astronot yang ada di dalamnya melakukan serangkaian eksperimen dengan lingkup luas yang tidak mungkin dilakukan di Bumi.

"Saat anda menyingkirkan vektor gravitasi dari persamaan yang kita gunakan di sini di Bumi, kita melihat beberapa dampak dan fenomena terkait dengan hal itu, seperti minimnya sedimentasi, konveksi, dan daya apung," ujar Jennifer Lopez, pemimpin teknologi inovasi komersil di Center for the Advancement of Science in Space (CASIS) yang mengelola Laboratorium Nasional ISS.

Stasiun ruang angkasa ISS mengorbit Bumi 16 kali sehari, dengan paparan terhadap suhu ekstrim dan radiasi, yang memungkinkan dilaksanakannya eksperimen dengan lingkungan yang unik.

Kosmonot Rusia Oleg Artemyev (tengah) serta astronot AS Richard Arnold (kanan) dan Andrew Feustel bersiap menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), Kazakhstan, Rabu (21/3). Ketiganya akan dibawa dengan Soyuz MS-08. (AP Photo/Dmitri Lovetsky, pool)

Beberapa dari eksperimen tersebut, termasuk eksperimen yang dipersiapkan untuk membantu orang yang kehilangan atau mengalami cedera tulang, dapat memberi maslahat pada kehidupan di Bumi.

Selain itu, temuan-temuan tersebut juga dapat membantu manusia di masa depan dalam mengeksplorasi ruang angkasa yang jauh.

Lopez mengemukakan ada penelitian yang "mengamati hancurnya tulang dan otot yang tidak dapat dimanfaatkan dengan semestinya dalam lingkungan angkasa luar dan efek dari lingkungan mikro gravitasi terhadap sistem biologis kita."

"Ada begitu banyak peluang saat ini di angkasa luar; Mars adalah salah satu dari peluang itu," ujar Chad Anderson, CEO Space Angels, yang berinvestasi dalam industri ruang angkasa.

Saat NASA berusaha untuk mengirimkan manusia ke bulan dan planet Mars, ruang angkasa di sekitar Bumi dan di luar itu akan jadi lebih sibuk saat berbagai perusahaan mengeksplorasi ujung tapal batas angkasa tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya