Begini Cara Korut Beritakan Pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump

Seperti ini pemberitaan dari negeri paling tertutup di dunia saat melaporkan pertemuan sang pemimpin, Kim Jong-un di Singapura.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 11 Jun 2018, 15:31 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2018, 15:31 WIB
Pembawa Berita Korea Utara-Ri Chun hee
Warga menonton sebuah layar video besar di Mirae Scientists Street di Pyongyang yang menampilkan pembaca berita Ri Chun-Hee saat dia mengumumkan bahwa negara tersebut telah berhasil menguji sebuah bom hidrogen pada Senin (3/9). (AFP Photo/Kim Won-Jin)

Liputan6.com, Pyongyang - Sama seperti media-media dari sejumlah negara di dunia yang datang untuk melaporkan acara pertemuan antara Donald Trump dan Kim Jong-un, jurnalis pemerintah Pyongyang pun hadir pada Senin 11 Juni 2018 untuk meliput kedatangan sang pemimpin di Singapura.

Seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (11/6/2018), liputan kedatangan Kim Jong-un di Singapura dirangkum dalam sebuah Buletin Berita yang dibawakan pembaca berita terkenal Ri Chun-hee.

Dalam laporannya, terlihat Kim memeriksa penjaga di bandara Pyongyang sebelum keberangkatannya ke Singapura pada Minggu 10 Juni.

Foto lain yang terlihat dalam laporan itu menunjukkan Kim Jong-un berjabat tangan dengan pejabat Korea Utara, sementara lainnya menunjukkan dia melambai dari luar pesawat jumbo Air China 747 yang membawanya ke Singapura.

Menurut Jonathan Cheng dari Wall Street Journal, surat kabar utama Korea Utara juga meliput perjalanan sang pemimpin ke Singapura dengan foto halaman depan Kim tengah menaiki pesawat.

Laporan berita lainnya menunjukkan kedatangan Kim di Singapura, saat disambut oleh Menteri Luar Negeri Vivian Balakrishnan, serta rekaman perjalanan konvoinya ke hotel St Regis -- tempatnya menginap selama acara KTT.

Pertemuan Kim Jong-un dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong juga dibahas dalam buletin berita berdurasi tujuh menit itu.

KTT pertama antara kepala negara Korea Utara dan Amerika Serikat akan digelar pada Selasa 12 Juni di Hotel Capella di Pulau Sentosa.

Lebih dari 2.500 wartawan dari seluruh dunia berkumpul di Singapura untuk meliput KTT tersebut.

 

 

Saksikan juga video berikut:

Habiskan Dana Rp 278 Miliar

Donald Trump Terima Jamuan Makan Siang PM Singapura di Istana
Presiden AS Donald Trump (kiri) berjabat tangan dengan PM Singapura Lee Hsien Loong (kanan) saat menerima jamuan makan siang di Istana Negara Singapura, Senin (11/6). Acara makan siang ini adalah agenda pertama Trump di Singapura. (SAUL LOEB/AFP)

Perdana Menteri Lee Hsien Loong menyebut biaya penyelenggaraan pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un mencapai sekitar US$ 20 juta, atau setara Rp 278 miliar.

Biaya sebesar itu, menurut PM Lee, merupakan kontribusi Singapura untuk upaya menegakkan cita-cita perdamaian internasional yang "sangat serius".

Dikutip dari The Straits Times, Senin (11/6/2018), sekitar setengah dari anggaran tersebut digunakan untuk biaya keamanan selama Trump dan Kim Jong-un berada di Singapura.

PM Lee berpendapat bahwa pertemuan bersejarah antara kedua negara memiliki potensi untuk menempatkan perdamaian dalam tingkatan baru di Semenanjung Korea.

"Dari sudut pandang kami, pertemuan itu menetapkan perkembangan isu damai di tahapan baru - yang akan memicu kondusifnya keamanan dan stabilitas kawasan (Semenanjung Korea)," ujar PM Lee.

Pemimpin Singapura itu berbicara di hadapan jurnalis di sela-sela kunjungan ke pusat media internasional di F1 Pit Building.

PM Lee sebelumnya mengunjungi pasukan Angkatan Bersenjata Singapura yang ditempatkan di Palawan Kidz City di Sentosa, dan pos komando Pasukan Nasional.

Ada pun pertemuan puncak antara Trump dan Kim Jong-un akan dilangsungkan di Capella Hotel di Pulau Sentosa.

Ditambahkan oleh PM Lee, bahwa KTT adalah operasi yang sangat besar, karena (antara lain) skala jumlah jurnalis yang datang meliput dan tingkat keamanan yang diperlukan, sangat besar.

"Para perwira telah melakukan pekerjaan yang baik dalam keadaan sangat tertekan," katanya, menunjuk pada pemberitahuan singkat yang diberikan untuk mempersiapkan keamanan KTT.

"Tidak mudah untuk menemukan lokasi yang cocok untuk menjadi tuan rumah pertemuan seperti itu, karena kedua belah pihak harus menyetujui tempat yang memenuhi persyaratan mereka, dan secara politik dan diplomatik dapat diterima satu sama lain," lanjut PM Lee.

"Karena itu, ketika kedua belah pihak meminta kami untuk menjadi tuan rumah pertemuan, kami tidak bisa mengatakan tidak," kata PM Lee.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya