Pengalaman Pertama Menlu Retno Cicipi Seblak Bandung

Dalam acara bincang santai di Museum KAA, ratusan mahasiswa Bandung diberi tahu bahwa Menlu Retno baru pertama kali mencoba makanan khas setempat yaitu seblak.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 15 Jul 2018, 08:31 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2018, 08:31 WIB
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Markas PBB New York, Amerika Serikat (4/6) (Kementerian Luar Negeri RI)
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Markas PBB New York, Amerika Serikat (4/6) (Kementerian Luar Negeri RI)

Liputan6.com, Bandung - Dalam kunjungannya ke Bandung, Jawa Barat, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mendapat pengalaman yang baru pertama kali ia rasakan.

Dalam acara bincang santai di Museum KAA, ratusan mahasiswa Bandung mendengar bahwa Menlu Retno  Marsudi baru pertama kali mencoba makanan khas setempat yaitu seblak.

"Percaya atau tidak adik-adik, ini adalah kali pertama saya makan seblak," ujar Menlu Retno Marsudi yang disambut tepuk tangan dan tawa mahasiswa pada Sabtu, (14/7/2018) pagi.

"Rasanya pedas sekali dan saya pesan yang sedang-sedang saja," tambahnya.

Pengalaman baru ini dialami oleh Menlu Retno saat sarapan di salah satu hotel di kawasan Dago Pakar Bandung.

"Saya juga sempat bertanya pada chef yang masak seblak, Pak, itu apa ya?"

"Kerupuk Bu," jawab sang juru masak.

"Kok itu kerupuk dimasak, Pak, bukannya digoreng," kata Menlu Retno.

“Iya dimasak, Bu,” timpal chef.

Kisah sang Menteri Luar negeri ini mengundang tawa para peserta sebab pengalaman ini dianggap lucu bagi mereka.

Pada kesempatan tersebut, Menlu Retno juga menyampaikan sejumlah kinerja para diplomat di Kementerian Luar Negeri. Salah satunya adalah perjuangan untuk mendapatkan kursi sebagai anggota tidak tetap DK PBB.

Pada 8 Juni lalu, Indonesia terpilih menjadi anggota tidak terap DK PBB dengan perolehan suara sebanyak 144 dari 190 negara.

Keberhasilan Indonesia menjadi anggota tidak terap DK PBB dikatakan oleh Menlu Retno berkat rapor hijau yang dimiliki oleh Indonesia.

"Indonesia dapat diterima oleh dunia karena rapor hijau yang kita miliki selama ini. Saat mengajukan diri menjadi anggota tidak tetap DK PBB rekam jejak negara kita selalu dibuka," ujar Menlu Retno.

"Salah satunya adalah penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 di Bandung," tambahnya.

"Penyelenggaraan KAA pada tahun 1955 adalah bukti bahwa Indonesia siap menjadi tuan rumah bagi negara-negara di Asia dan Afrika. Padahal, Indonesia baru merdeka 10 tahun saat itu tetapi sudah dapat menjadi pelopor perjuangan bangsa-bangsa di dua benua."

Pada kesempatan tersebut Menlu Retno juga menceritakan perjuangan Indonesia untuk mendapatkan kursi tersebut.

"Adik-adik sekalian, untuk menjadi anggota tidak tetap DK PBB perjuangannya keras sekali. Perlu waktu dua tahun bagi para diplomat untuk melakukan kampanye," kata Menlu.

Dalam acara bincang santai bersama Menlu Retno, sejumlah mahasiswa juga berkesempatan untuk menyampaikan pertanyaan.

Seorang mahasiswa bertanya seputar peluang bekerja untuk menjadi diplomat. Menlu Retno Marsudi pun mengatakan, bahwa peluang untuk menjadi diplomat sangat terbuka bagi anak muda.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Kunjungan Menlu Retno Marsudi ke Garut

Menlu Retno Marsudi meresmikan Jembatan Diplomasi yang menghubungkan Desa Cibunar, Kecamatan Tarogong Kidul dan Desa Mangku Rakyat Kecamatan Cilawu, Garut, Jawa Barat pada Jumat (13/7/2018). (Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty)
Menlu Retno Marsudi meresmikan Jembatan Diplomasi yang menghubungkan Desa Cibunar, Kecamatan Tarogong Kidul dan Desa Mangku Rakyat Kecamatan Cilawu, Garut, Jawa Barat pada Jumat (13/7/2018). (Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty)

Di hari sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi meresmikan Jembatan Diplomasi yang menghubungkan desa Cibunar kecamatan Tarogong Kidul dan desa Mangku Rakyat kecamatan Cilawu, Garut, Jawa Barat pada Jumat, (13/7/2018).

Jembatan Diplomasi yang dibangun di atas sungai Cimanuk ini merupakan bentuk sokongan dari ASEAN Charity Golf - Jakarta Ambassador Golf Association (JAGA) yang diketuai langsung oleh Wamenlu RI.

Sebelumnya, sudah ada dua jembatan yang berdiri di desa tersebut. Namun, banjir bandang dua tahun lalu yang menghantam desa ini dan membuat kondisi jembatan hancur.

Di hadapan warga setempat, Menlu Retno menyampaikan tujuan dibuatnya Jembatan Diplomasi. Menurutnya meski ia dan rombongan berprofesi sebagai diplomat, misi kemanusiaan harus tetap dilakukan.

“Jembatan Diplomasi ini adalah bentuk nyata bahwa Diplomat peduli dengan masyarakat setempat,” ujar Menlu Retno.

“Diplomat bukan saja hanya bersidang di luar negeri, berunding dengan negara lain atau ngurus perdamaian dunia. Namun, diplomat juga harus memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar,” tambahnya.

Lewat peresmian Jembatan Diplomasi ini, Menlu Retno juga berharap agar masyarakat dapat memahami arti dari kata diplomasi itu sebenarnya.

“Jika selama ini bapak dan ibu harus berjalan selama dua jam untuk mengitari sungai dan tiba di lokasi tujuan, maka kini semua bisa dilakukan secara cepat. Sehingga silahturahmi antar sesama akan tetap terjaga,” kata Menlu Retno.

“Selama ini tugas diplomat itu seperti jembatan bapak dan ibu. Dengan kata lain, kami membantu untuk menjebatani dua buah negara atau lebih agar terus hidup secara damai dan tidak ada perpecahan yang terjadi,” jelasnya.

“Saat ini, kami telah membangun jembatan yang sebenarnya. Ada fisiknya dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Lewat nama Jembatan diplomasi ini pula daya berharap agar setiap warga bisa saling hidup dalam kedamaian dan toleransi.”

Pada sambutannya, Menlu Retno juga menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat dihormati oleh masyarakat dunia. Hal ini terjadi lantaran Indonesia adalah negara yang majemuk dan dapat hidup secara berdampingan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya