Pesan Terakhir Siti Nur Iesmawida Ismail, Pendaki Malaysia yang Tewas Saat Gempa Lombok

Perempuan berusia 30 tahun asal Malaka, Malaysia, itu mengunggah sebuah foto di akun Facebook-nya dengan pose memegang papan bertuliskan 'Mt. Rinjani 3726 mpdl'.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 30 Jul 2018, 12:56 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2018, 12:56 WIB
Unggahan foto Siti Nur Iesmawida Ismail saat mencapai puncak Gunung Rinjani (Facebook/Siti Nur Iesmawida Ismail)
Unggahan foto Siti Nur Iesmawida Ismail saat mencapai puncak Gunung Rinjani (Facebook/Siti Nur Iesmawida Ismail)

Liputan6.com, Lombok - Beberapa jam sebelum Siti Nur Iesmawida Ismail tewas secara tragis dalam gempa yang melanda Lombok, aktivis Malaysia itu telah berhasil mendaki puncak Gunung Rinjani.

Wanita berusia 30 tahun asal Malaka itu mengunggah sebuah foto di akun Facebook-nya dengan pose memegang papan bertuliskan 'Mt. Rinjani 3726 mpdl' sebagai tanda keberhasilan menaklukkan salah puncak gunung berapi di Indonesia tersebut.

Tak hanya itu, Siti Nur Iesmawida Ismail juga menuliskan pesan terakhir sebelum menemui ajal. Pada foto itu ia menulis sebuah kalimat bermakna.

"I DID IT," tulis Siti Nur Iesmawida Ismail dalam sebuah unggahan di Facebook.

Sambil mengenakan jaket merah, Siti Nur Iesmawida Ismail juga menggunakan atribut lain yang menunjukkan rasa gembiranya karena berhasil menaklukkan Gunung Rinjani, demikian dikutip dari laman Straits Times, Senin (30/7/2018).

Di bahunya tersematkan sebuah selempang dengan tulisan "Malaysia Tumpah Darahku".

Sebanyak 13 warga Malaysia dilaporkan tengah berada di Gunung Rinjani saat gempa Lombok terjadi. Mereka dilaporkan selamat setelah lindu berkekuatan 6,4 SR mengguncang tujuan wisata yang populer itu pada hari Minggu.

Wakil Dubes Malaysia Zamshari Shaharan membenarkan keberadaan ketiga pendaki tersebut.

"Kami berhubung dengan Polda Lombok dan juga BNPB. Dari sini kami mendapat info keberadaan warga negara Malaysia yg merupakan parawisata hikers ke Gunung Rinjani," Zamshari saat dihubungi Liputan6.com Minggu kemarin.

Seorang pendaki, Khairul Azim, yang berada di Base Camp Savana ketika gempa Lombok melanda, mengatakan kelompok dari Malaysia itu panik ketika mereka mendengar suara gemuruh keras dan merasakan getaran sekitar pukul 07.00 pagi waktu setempat.

"Bunyi yang keras dan menakutkan terjadi ketika kami sedang sarapan. Muncul kepanikan dan kami semua ketakutan," kata Khairul kepada New Straits Times Press.

Kelompok itu, ucap Khairul, terdiri dari pendaki asal Pulau Langkawi, Majlis Bandaraya Alor Star dan Grup Kampar.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Terdeteksi Lembaga Pemantau Asing

lombok
Korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu (29/7/2018). (Istimewa)

Getaran gempa Lombok yang terjadi pada 29 Juli 2018 waktu setempat dilaporkan terasa hingga ke berbagai wilayah lain di kawasan kepulauan Sunda Kecil. Menurut laporan, warga Pulau Bali pun ikut merasakannya.

Pihak BMKG mengatakan, episentrum gempa bumi terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 47 kilometer arah timur laut Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada kedalaman 24 kilometer.

Tak hanya BMKG, lembaga pemerintah dari berbagai negara turut memantau aktivitas sesimik tersebut.

Lembaga pemantau gempa independen yang berbasis di Prancis, European-Mediterranean Seismological Centre (EMSC) mencatat "gempa berkekuatan 6,4 SR di Lombok dan sekitarnya" pada 28 Juli 2018 sekitar pukul 05.47 pagi WIB.

EMSC juga mencatat adanya "gempa susulan berkekuatan 5,3 SR di Lombok dan sekitarnya" pada 29 Juli 2018 dini hari, sekitar pukul 07.50 pagi WIB.

Sementara itu, lembaga pemerintah Amerika Serikat, US Geological Survey (USGS) mencatat bahwa gempa tersebut "berkekuatan 6,4 SR dengan titik pusat di Lelongken, Lombok Mataram, Indonesia, pada lokasi 8.332° selatan dan 116.489° timur dengan kedalaman 7,5 km, sekitar pukul 05.47 pagi WIB."

Getaran gempa Lombok juga diperkirakan mencapai ke Nusa Tenggara Timur dan Bali.

USGS juga mencatat bahwa lindu itu berstatus "hijau" dengan perkiraan kerusakan fasilitas, korban, dan kerugian ekonomi yang minim.

Sementara itu, lembaga pemerintah AS lainnya, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memantau bahwa gempa tersebut tak berpotensi tsunami.

Kendati demikian USGS meminta agar penduduk mewaspadai potensi getaran serta gempa Lomboksusulan dalam hitungan jam, hari, atau pekan usai gempa pertama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya