Di Gunung Rinjani Saat Gempa Lombok, 13 Pendaki Malaysia Panik Lalu...

Kelompok pendaki Malaysia yang berada di Gunung Rinjani saat gempa Lombok terjadi itu berasal dari grup Pulau Langkawi, Majlis Bandaraya Alor Star dan Grup Kampar.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 29 Jul 2018, 13:14 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2018, 13:14 WIB
Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Sebanyak 13 warga Malaysia dilaporkan tengah berada di Gunung Rinjani saat gempa Lombok terjadi. Mereka dilaporkan selamat setelah lindu berkekuatan 6,4 SR mengguncang tujuan wisata yang populer itu pada hari Minggu.

Wakil Dubes Malaysia Zamshari Shaharan membenarkan keberadaan ketiga pendaki tersebut.

"Kami berhubung dengan Polda Lombok dan juga BNPB. Dari sini kami mendapat info keberadaan warga negara Malaysia yg merupakan parawisata hikers ke Gunung Rinjani," Zamshari saat dihubungi Liputan6.com Minggu (29/7/2018).

Seorang pendaki, Khairul Azim, yang berada di Base Camp Savana ketika gempa Lombok melanda, mengatakan kelompok dari Malaysia itu panik ketika mereka mendengar suara gemuruh keras dan merasakan getaran sekitar pukul 07.00 pagi waktu setempat.

"Bunyi yang keras dan menakutkan terjadi ketika kami sedang sarapan. Muncul kepanikan dan kami semua ketakutan," kata Khairul kepada New Straits Times Press.

Kelompok itu, imbuh Khairul, terdiri dari pendaki Pulau Langkawi, Majlis Bandaraya Alor Star dan Grup Kampar.

"Getaran gempa terus berlangsung selama sekitar lima menit. Untungnya, kami sudah berada di Base Camp Savana dan turun dari gunung," katanya, seraya menambahkan bahwa kelompok dari Malaysia itu tiba di base camp sekitar tengah malam pada hari Minggu setelah mencapai puncak gunung hari sebelumnya.

Khairul mengatakan setelah gempa, base camp tertutup debu dan rumah-rumah di dekatnya mengalami kerusakan berat.

Kelompok itu, lanjutnya, akan pulang ke Malaysia besok, Senin 30 Juli 2018.

"Ini adalah pertama kalinya kami mendaki Gunung Rinjani. Alhamdulillah, kami semua selamat," tutur para pendaki dari Negeri Jiran itu.

Lombok di tenggara Indonesia adalah tujuan wisata yang populer dan terletak sekitar 100 km sebelah timur dari Bali.

Sejauh ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut ada 10 orang tewas setelah gempa Lombok melanda 50 km timur laut dari kota utama Mataram, jauh dari tempat wisata utama di selatan dan barat pulau itu.

Berdasarkan informasi dari Kapolres Lombok Timur AKBP Eka Fathur saat dihubungi di Mataram hari Minggu, jumlah warga Malaysia di Gunung Rinjani ada 18 orang. Sebanyak 6 orang mengalami luka cukup parah. Sedangkan 1 orang meninggal dunia.

 

Saksikan juga video tentang gempa Lombok berikut ini:

Terdeteksi Lembaga Pemantau Asing

Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Getaran gempa Lombok yang terjadi pada 29 Juli 2018 pagi waktu setempat dilaporkan terasa hingga ke berbagai wilayah lain di kawasan kepulauan Sunda Kecil. Menurut laporan, warga Pulau Bali pun ikut merasakannya.

Pihak BMKG mengatakan, episentrum gempa bumi terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada kedalaman 24 km.

Tak hanya BMKG, lembaga pemerintah dari berbagai negara turut memantau aktivitas sesimik tersebut.

Lembaga pemantau gempa independen yang berbasis di Prancis, European-Mediterranean Seismological Centre (EMSC) mencatat "gempa berkekuatan 6,4 SR di Lombok dan sekitarnya" pada 28 Juli 2018 sekitar pukul 05.47 pagi WIB.

EMSC juga mencatat adanya "gempa susulan berkekuatan 5,3 SR di Lombok dan sekitarnya" pada 29 Juli 2018 dini hari, sekitar pukul 07.50 pagi WIB.

Sementara itu, lembaga pemerintah Amerika Serikat, US Geological Survey (USGS) mencatat bahwa gempa tersebut "berkekuatan 6,4 SR dengan titik pusat di Lelongken, Lombok Mataram, Indonesia, pada lokasi 8.332° selatan dan 116.489° timur dengan kedalaman 7,5 Km, sekitar pukul 05.47 pagi WIB."

Getaran gempa Lombok juga diperkirakan mencapai ke Nusa Tenggara Timur dan Bali.

USGS juga mencatat bahwa lindu itu berstatus "hijau" dengan perkiraan kerusakan fasilitas, korban, dan kerugian ekonomi yang minim.

Sementara itu, lembaga pemerintah AS lainnya, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memantau bahwa gempa tersebut tak berpotensi tsunami.

Kendati demikian USGS meminta agar penduduk mewaspadai potensi getaran serta gempa Lomboksusulan dalam hitungan jam, hari, atau pekan usai gempa pertama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya