Belasungkawa Ratu Elizabeth II Atas Bencana Gempa-Tsunami Palu

Ratu Elizabeth II dari Kerajaan Inggris turut mengutarakan belasungkawa atas bencana gempa-tsunami di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 05 Okt 2018, 11:30 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2018, 11:30 WIB
Pandangan Udara Kota Palu Usai Dilanda Gempa dan Tsunami
Pandangan udara memperlihatkan sejumlah bangunan rusak usai dilanda gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). Gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo disusul tsunami melanda Palu dan Donggala pada 28 September 2018. (JEWEL SAMAD/AFP)

Liputan6.com, London - Bencana gempa-tsunami yang melanda Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah, pada 28 September 2018 lalu menyisakan duka mendalam, tidak terkecuali oleh khalayak dunia.

Menyusul beberapa figur dunia yang telah menyampaikan keprihatinannya sejak beberapa hari terakhir, Pemimpin Monarki Bersatu Britania Raya, Irlandia Utara dan 16 Persemakmuran, Ratu Elizabeth II, turut mengutarakan belasungkawa atas bencana tersebut.

Seperti dikutip dari laman resmi www.Royal.uk (5/10/2018), Ratu Elizabeth II menyampaikan keprihatinannya kepada Presiden RI Joko Widodo pada 3 Oktober 2018.

"Saya sangat prihatin mendengar kabar gempa dan tsunami yang dahsyat di Sulawesi pada akhir pekan lalu, terlebih, itu terjadi dalam waktu yang berdekatan dengan gempa terakhir di Lombok."

"Pangeran Philip dan Saya menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada mereka yang terdampak bencana dan para keluarga mereka --Elizabeth R."

Tentang hal yang sama, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik menjelaskan, "Ratu Elizabeth II juga mengatakan kepada Presiden Jokowi bahwa seluruh warga Inggris merasakan duka yang mendalam atas terjadinya gempa dan tsunami di Sulawesi," dikutip dari keterangan resmi Kedutaan Inggris di Jakarta yang diterima Liputan6.com, Jumat 5 Oktober 2018.

"Tidak ada satu orangpun di Inggris yang tidak bergeming oleh kejadian ini. Doa kami menyertai mereka yang menjadi korban," lanjut Moazzam mengutip perkataan Ratu Elizabeth II.

 

Simak video pilihan berikut:

 

Pemerintah Inggris Tambah Bantuan

Korban Gempa Palu Dirawat Seadanya di Halaman RS Undata
Puluhan pasien korban gempa bumi dan tsunami Palu dirawat di halaman Rumah Sakit Undata, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10). Korban yang menderita luka akibat gempa dirawat dengan tenda terbuka. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Pada kesempatan terpisah, pemerintah Inggris mengumumkan bantuan tambahan senilai 1 juta pound-sterling (sekitar Rp 19 miliar) untuk mendukung upaya penanganan bencana gempa-tsunami di Sulawesi Tengah, menurut keterangan dari Kepala Departemen Pembangunan Internasional Inggris (DfID) Penny Mordaunt.

Lembaga itu juga tengah menerbangkan suplai kemanusiaan berupa ribuan tenda penampungan pengungsi, alat penjernih air, dan alat penerangan darurat bertenaga surya untuk membantu para korban dan proses penanganan bencana di lokasi.

Suplai bantuan kemanusiaan itu diberangkatkan dari Doncaster Sheffield Airport pada Kamis 4 Oktober 2018 pagi waktu setempat untuk menuju ke Indonesia, demikian seperti dikutip dari laman resmi pemerintah Inggris www.Gov.uk, Kamis 4 Oktober 2018.

Saat ini ada lebih dari 70.000 orang yang menjadi tunawisma akibat gempa-tsunami yang menghantam pada 28 September 2018 lalu. Oleh karenanya, suplai itu diharapkan mampu melindungi ribuan keluarga yang terlantar.

Sebelumnya, Britania Raya telah mengumumkan kesiapannya untuk memberikan dukungan langsung senilai 2 juta pound-sterling (sekitar Rp 39 miliar) kepada Indonesia. Sehingga, total bantuan saat ini dari Inggris untuk penanganan bencana gempa-tsunami di Sulawesi Tengah telah mencapai 3 juta pound-sterling.

Dukungan terbaru dari Inggris tidak termasuk paket bantuan kemanusiaan yang secara terpisah juga tengah disalurkan oleh Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah (IFRC), European Civil Protection and Humanitarian Aid Operations (ECHO) dan UN Central Emergency Response Fund (CERF) --di mana London turut memberikan pendanaan kepada organisasi-organisasi tersebut.

Inggris, melalui DfID, pada awalnya diharapkan untuk mengirim:

  1. 1.300 tempat penampungan kit, yang dapat menampung lima orang masing-masing
  2. 2,300 pemurni air, dengan masing-masing mampu memurnikan hingga 5.000 liter air minum yang aman selama masa hidup mereka
  3. 1.000 lampu tenaga surya untuk memberikan cahaya di daerah-daerah tanpa listrik dan listrik

Selain uang bantuan Inggris yang baru, UN Central Emergency Response Fund (CERF) yang didukung oleh DfID telah mengalokasikan US$ 15 juta untuk merespons bencana tersebut.

Dana US$ 15 juta itu akan memungkinkan badan-badan PBB dan organisasi-organisasi kemanusiaan untuk mempercepat operasi bantuan berupa menyediakan tempat perlindungan, air bersih dan kesehatan.

Sebuah tim yang terdiri dari lima ahli kemanusiaan Inggris dilaporkan tengah membantu mengoordinasikan respons kemanusiaan di lokasi bencana.

Anggota tim tambahan dikabarkan tiba hari ini 4 Oktober, dan Inggris akan tetap mendukung aktivitas mereka di bawah peninjauan konstan dari pemerintah Indonesia.

Pemerintah Indonesia telah mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Inggris untuk tawaran itu.

Lebih lanjut, Dubes Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik mengatakan bahwa tim dari pemerintah Inggris, yang meliputi para ahli bantuan kemanusiaan, telah berkordinasi dan memastikan bantuan ini menjangkau mereka yang paling membutuhkan.

"Inggris akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu, bekerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk menentukan fokus kebutuhan di lapangan," tambah Moazzam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya