UNICEF: Jutaan Anak-Anak dan Keluarga di Yaman Hidup Tanpa Makanan

UNICEF menyatakan layanan air dan pembuangan limbah terancam hancur karena membubungnya harga BBM akibat merosotnya nilai mata uang negara itu.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Okt 2018, 11:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2018, 11:00 WIB
Jadi Pekerja Kasar, Begini Potret Anak-Anak di Yaman
Seorang anak mengisi bahhan bakar di distrik Abs utara, Yaman, (8/5). Perwakilan UNICEF di Yaman, Meritxell Relano mengatakan generasi anak-anak di Yaman menghadapi masa depan yang suram karena tidak ada akses ke pendidikan." (AFP Photo/Essa Ahmed)

Liputan6.com, Sanaa - Badan Anak-Anak PBB UNICEF menyatakan krisis ekonomi Yaman telah memicu kekacauan.

Kekerasan yang tak henti-hentinya terjadi di sebuah kota pelabuhan penting di Laut Merah, berisiko menyebabkan jutaan anak-anak di Yaman dan keluarga hidup tanpa makanan, air bersih dan sanitasi.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (20/10/2018), UNICEF menyatakan layanan air dan pembuangan limbah terancam hancur karena membubungnya harga BBM akibat merosotnya nilai mata uang negara itu.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Kamis (18/10), UNICEF memperingatkan bahwa banyak keluarga yang tidak mampu membeli bahan pangan pokok.

Jumlah warga yang tidak mendapatkan sumber makanan, kini mencapai 18,5 juta orang dan kemungkinan akan melonjak drastis.

Badan PBB tersebut juga menyatakan, kekerasan di kota pelabuhan Hodeida mengancam terhentinya bantuan kemanusiaan.

Perang di Yaman telah berkecamuk lebih dari tiga tahun, mengakibatkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2017 Jadi Tahun yang Buruk Bagi Anak-Anak di Yaman

Jadi Pekerja Kasar, Begini Potret Anak-Anak di Yaman
Seorang anak mengisi bahhan bakar di distrik Abs utara, Yaman, (8/5). UNICEF mengatakan hampir setengah juta anak Yaman putus sekolah sejak 2015, ketika Arab Saudi ikut campur dalam perang sipil negara itu. (AFP Photo/Essa Ahmed)

Memasuki pengujung 2017, Badan PBB Urusan Kesejahteraan Anak (UNICEF) menilai bahwa tahun ini menjadi tahun terburuk bagi anak-anak Yaman.

Penilaian itu muncul di tengah Perang Saudara yang masih berkecamuk, wabah kolera yang mengganas dan krisis kemanusiaan yang kian merebak di negara beribu kota Sana'a tersebut.

"Tahun 2017 menjadi masa yang terburuk bagi anak-anak Yaman. Per bulan Desember saja, lebih dari 80 anak tewas atau terluka," kata Perwakilan UNICEF di Yaman, Meritxell Relano seperti dikutip dari UN.org.

Kondisi itu kian diperparah oleh jutaan kasus pasien epidemi kolera, bencana kelaparan, gangguan sistem pelayanan kesehatan, serta perang di Yaman.

Atas fakta kondisi tersebut, Relano mendesak agar masalah di Yaman harus diselesaikan melalui solusi politik --yang melibatkan entitas negara, pemerintah, politisi dan organisasi internasional.

"Tanpa adanya solusi politik, akan banyak anak-anak yang meninggal ke depannya," lanjut Relano.

Saat ini, tambah Relano, UNICEF dan didukung oleh Bank Dunia tengah mengalirkan dana bantuan darurat kepada mereka yang membutuhkan.

Tercatat, ada sekitar 1,3 juta kepala rumah tangga di Yaman atau sekitar 8 juta orang yang memerlukan dana bantuan darurat tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya