Pemerintah Australia Kehilangan Suara Mayoritas di Parlemen

Hasil pemilu khusus yang digelar pada pekan lalu, memicu hilangnya suara mayoritas kelompok penguasa Australia yang berhaluan tengah-kanan.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Okt 2018, 10:01 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2018, 10:01 WIB
Bendera negara Australia - AFP
Bendera negara Australia - AFP

Liputan6.com, Canberra - Anggota Parlemen Australia berhaluan tengah-kanan kehilangan mayoritas suara, menyusul kekalahan dalam pemilu khusus di Sydney, negara bagian New South Wales, pekan lalu. 

Pemilu khusus itu digelar karena Perdana Menteri Malcolm Turnbull disingkirkan oleh partainya sendiri, yang membuat rakyat Australia menuntut pemilihan khhusus terhadap anggota parlemen baru, pasca-ditunjuknya Scott Morrison sebagai suksesor. 

Dikutip dari VOA Indonesia pada Senin (22/10/2018), kekalahan Partai Liberal yang tengah berkuasa itu dipandang pengamat sebagai tindakan balas dendam pemilih di Sydney, atas cara mantan anggota Parlemen Malcolm Turnbull disingkirkan dari jabatannya sebagai perdana menteri.

Turnbull disingkirkan oleh rekan-rekannya di partai dalam sebuah jajak pendapat tertutup pada Agustus lalu, dan kemudian mengundurkan diri sebagai anggota Parlemen Australia.

Untuk pertama kali, kursi yang mewakili Wenworth --komunitas bisnis terbesar Australia yang diisi oleh keturunan Yahudi-- tidak berada di tangan Konservatif. Kelompok yang banyak bermukim di Sydney itu akan diwakili oleh Kerryn Phelps, seorang dokter setempat dan pendukung kuat hak kaum LGBT.

Phelps menuduh pemerintah Australia mengabaikan suara pemilih dan berbuat terlalu sedikit dalam menangani dampak perubahan iklim.

Pada awal kampanye, kecil peluang baginya untuk menan, namun kini hal tersebut berbalik 180 derrajat. Ia mengatakan, "Masyarakat sudah sangat lama prihatin dengan arah yang diambil pemerintah, dan kami melihat tidak adanya kesopanan, tidak adanya integritas, dan kami benar-benar ingin melihat kembali apa sesungguhnya Dewan Perwakilan itu, yang seharusnya mewakili rakyat".

 

Simak video pilihan berikut:

 

Dinilai Suram

Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Perdana Menteri Australia Scott Morrison di Istana Kepresidenan, Bogor
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Perdana Menteri Australia Scott Morrison di Istana Kepresidenan, Bogor (foto: Biro Pers Setpres)

Oleh banyak pengamat, hasil pemilu khusus ini merupakan pergeseran terbesar terhadap pemerintah Federal dalam sejarah Australia.

Hasilnya merampas mayoritas satu suara di Majelis Rendah Parlemen, yang tadinya berada di tangan pemerintah berhaluan tengah-kanan pimpinan Perdana Menteri Scott Morrison.

Sang perdana menteri mengaku menerima kesalahannya, namun menandaskan ia akan maju terus.

PM Morrison mengatakan: "Hasil pemilu hari ini merugikan kami, Partai Liberal. Tetapi kepemimpinan menghendaki Anda tetap tangguh pada hari yang sulit dan hari yang baik, dan itulah yang senantiasa akan Anda peroleh dari saya sebagai pemimpin Partai Liberal."

Menurut pengamat, pemerintahan Morrison mungkin bisa bertahan saat ini dengan dukungan para anggota fraksi independen di Parlemen.

Namun dengan pemilihan Federal dijadwalkan berlangsung pada bulan Mei mendatang, prospek jangka panjangnya dinilai suram.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya