Liputan6.com, Teheran - Presiden Iran Hassan Rouhani, pada 24 Oktober 2018, ikut angkat bicara seputar kasus kematian jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.
Dalam sebuah pidato di kabinet yang disiarkan televisi pemerintah Iran, Rouhani melontarkan tuduhan kepada Amerika Serikat, yang menurutnya, mendukung Saudi untuk melancarkan operasi "pembunuhan keji" terhadap Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018.
"Saya tidak berpikir bahwa negara manapun akan berani melakukan hal seperti itu tanpa dukungan AS," kata Rouhani seperti dikutip dari The Japan Times, Kamis (25/10/2018).
Advertisement
"Tidak akan terpikirkan bahwa di zaman sekarang ini kita akan menyaksikan kejahatan yang terorganisir seperti itu."
Baca Juga
"Sungguh signifikan bahwa sebuah institusi merencanakan pembunuhan keji seperti itu."
"Kelompok suku (Keluarga Saud) yang memerintah negara itu (Arab Saudi) memiliki keuntungan di sisi keamanan. Keuntungan itu bergantung pada dukungan AS. Kekuatan super inilah yang mendukung mereka."
Jamal Khashoggi, seorang kritikus pemerintah yang tinggal di pengasingan di Amerika Serikat, dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober saat dia mengurus dokumen untuk mempersiapkan pernikahan dengan tunangannya di Turki.
Kasus ini telah memicu kecaman internasional terhadap Arab Saudi. Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa mengkritisi Riyadh karena berupaya untuk menutup-nutupi kasus tersebut.
Komentar Rouhani merupakan tanggapan lanjutan dari pemerintahan Negeri Para Mullah, yang sebelumnya sempat bungkam untuk menanggapi kasus tersebut.
Pada Senin 22 Oktober 2018, Ketua Mahkamah Agung Iran mengecam Arab Saudi atas kematian Jamal Khashoggi.
"Pembunuhan keji ini lebih lanjut mengungkapkan sifat Saudi, kerajaan mereka dan pemuda yang mencari ketenaran dan membunuh orang yang tidak bersalah," kata Sadegh Amoli Larijani seperti dikutip oleh kantor berita kehakiman Mizan Online. Pemuda yang ia sebut, mereferensi pada Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.
Simak video pilihan berikut:
Putra Mahkota Arab Saudi: Pembunuhan Jamal Khashoggi Kejahatan Keji
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) akhirnya buka suara terkait kasus kematian jurnalis The Washington Post pada Rabu 25 Oktober 2018 waktu setempat. Ia menyebut pembunuhan seorang pengritiknya, Jamal Khashoggi sebagai "kejahatan keji yang tidak bisa dibenarkan."
"Kejahatan itu sangat menyakitkan bagi semua orang Saudi. Menyakitkan dan kejam bagi setiap manusia di dunia," demikian komentar publik pertamanya tentang kematian Khashoggi tiga pekan lalu di dalam konsulat Saudi di Istanbul, Mohammed mengatakan pada konferensi investasi Riyadh, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (25/10/2018).
Pangeran MBS menambahkan, "Mereka yang berada di balik kejahatan ini harus bertanggung jawab, pada akhirnya keadilan akan menang."
Komentar itu muncul, setelah Presiden Donald Trump mengatakan bahwa akhirnya putra mahkota yang bertanggung jawab atas kematian Jamal Khashoggi.
Trump mengatakan kepada harian The Wall Street Journal, "Nah, pangeran Saudi yang berkuasa di sana pada tahap ini. Dia melakukan banyak hal, jadi jika ada seseorang yang melakukannya, itu adalah dia."
Tanggapan terbaru Trump tentang kematian Khashoggi itu muncul setelah dia mengatakan kepada wartawan Selasa 23 Oktober bahwa pemerintah Saudi telah melakukan salah satu perbuatan "menutup-nutupi yang terburuk" dalam sejarah dengan tanggapan mereka terhadap pembunuhan Khashoggi --seorang pengkritik putra mahkota di kolom yang ditulisnya untuk harian The Washington Post.
Pada hari Rabu, Inggris juga bergabung dengan AS dalam mencabut visa bagi orang yang dicurigai membunuh Khashoggi, sementara Amerika dan beberapa pemerintah Barat mempertimbangkan tindakan lebih lanjut terhadap Riyadh, termasuk kemungkinan memangkas penjualan senjata.
Sejauh ini pihak berwenang Saudi telah memecat lima pejabat terkait dengan kematian Jamal Khashoggi dan menangkap 18 orang lain. Putra Mahkota Saudi itu juga mengatakan bahwa para pejabat Saudi akan terus menyelidiki pembunuhan itu dengan Turki.
Advertisement