Liputan6.com, Jakarta - Produsen pesawat, Boeing akan berdiskusi dengan sejumlah maskapai penerbangan melalui panggilan konferensi pada Selasa 20 November 2018 waktu setempat. Seperti dikutip dari VOA News, pembicaraan terkait sistem pada model 737 MAX yang mengalami kecelakaan di Laut Jawa.
Pesawat Lion Air JT610, yang menggunakan model Boeing 737 MAX, jatuh di Laut Jawa pada 29 Oktober 2018. Seluruh orang yang ada di dalamnya, 189 penumpang dan awak pesawat tewas. Ini adalah kecelakaan besar pertama yang melibatkan model pesawat berbadan sempit buatan Boeing yang sangat populer.
Advertisement
Baca Juga
Setelah kecelakaan, Badan Penerbangan Sipil Federal AS memperingatkan maskapai penerbangan mengenai kesalahan masukan dari sensor sistem anti-stall atau sistem yang mencegah pesawat kehilangan daya angkat, kemungkinan membuat kapal terbang secara otomatis menukik turun meski pilot otomatis sudah dimatikan. Akibatnya, pilot kesulitan mengontrol pesawat.
Para penyelidiki Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), seperti dikutip oleh Reuters, mengatakan sistem tersebut tidak dipaparkan secara rinci dalam buku pedoman penerbangan Lion Air.
Bloomberg yang pertama kali melaporkan rencana Boeing menggelar panggilan konferensi pada Selasa. Tapi, salah satu sumber Reuters mengatakan, Boeing kemungkinan akan menunda panggilan konferensi tersebut.
Boeing pekan lalu mengatakan sudah memberikan dua pembaruan kepada para maskapai penerbangan di seluruh dunia, untuk menekankan kembali prosedur yang tersedia untuk menangani situasi terkait MCAS. Boeing menolak memberikan komentar lebih jauh.
Dalam pesannya kepada para karyawan, Senin (19/11), CEO Boeing, Dennis Muilenburg, mengatakan berita-berita mengenai klaim bahwa Boeing tidak memberitahukan mengenai sistem MCAS kepada maskapai penerbangan adalah "tidak benar", Reuters melaporkan.
Muilenburg menambahkan fungsi tersebut sudah dipaparkan dalam pedoman operasi kru penerbangan, kata wartawan dirgantara, Jon Ostrower.
KNKT dijadwalkan akan merilis laporan awal kecelakaan Lion Air pada 28 atau 29 November, Reuters melaporkan. Tapi hingga saat ini, bagian kotak hitam yang merekam pembicaraan di kokpit pesawat atau Cockpit Voice Recorder (CVR) belum bisa ditemukan. CVR bisa mengungkap informasi penting interaksi antar pilot untuk menangkap gambaran yang lebih lengkap mengenai kecelakaan tersebut.
Gugatan ke Boeing
Sebelumnya, gugatan dilayangkan pada Boeing, produsen pesawat terbesar di dunia. Penggugatnya adalah H. Irianto, ayah Rio Nanda Pratama, dokter yang menjadi korban kecelakaan Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 di Laut Jawa pada Senin, 29 Oktober 2019.
Gugatan dilayangkan pada Rabu, 14 November 2018, di Pengadilan Chicago, di mana Boeing bermarkas. Ini adalah gugatan pertama yang dilayangkan ke produsen pesawat itu terkait musibah Lion Air.
Dalam gugatan tersebut, Irianto mengklaim, sistem kontrol penerbangan baru dalam pesawat Boeing 737 MAX 8 memicu kecelakaan. Ia meminta pertanggungjawaban Boeing, meskipun tak menyebut soal ganti rugi.
Seperti dikutip dari The Straits Times, Sabtu (17/11/2018), para penyelidik meyakini sensor yang keliru memicu sistem keamanan komputer untuk mendorong pesawat melakukan penurunan (dive) ketika pilot sedang berusaha mengatasi sejumlah malafungsi yang terjadi di dalam pesawat.
Saat ini Boeing dan regulator penerbangan AS sedang mempertimbangkan, apakah akan menambah perangkat lunak untuk memperbaiki performa Boeing 737 MAX 8.
Sebelumnya, tiga serikat pilot di AS menyuarakan keprihatinan, tentang apa yang mereka sebut sebagai kurangnya informasi yang disediakan Boeing terkait sistem keamanan di pesawat anyarnya.
Air Line Pilots Association, yang merepresentasikan para penerbang di United Continental menulis surat kepada pejabat administrator Federal Aviation Administration (FAA), Dan Elwell.
"Dikhawatirkan bahwa ada potensi kekurangan dalam sistem penerbangan keamanan yang signifikan," demikian cuplikan surat tersebut. Pihak serikat pilot juga meminta penjelasan lebih rinci.
Sementara itu, Southwest Airlines Pilots Association dan Allied Pilots Association, yang merepresentasikan para penerbang di American Airlines Group juga menyuarakan hal serupa.
Juru bicara Boeing, Chaz Bickers menolak untuk mengomentari gugatan atau penyelidikan terkait kecelakaan Lion Air, yang kali pertama menimpa Boeing 737 MAX 8 bikinannya.
Ia hanya mengulangi pernyataan sebelumnya yang dikeluarkan pihak perusahaan. "Kami mengambil setiap langkah untuk sepenuhnya memahami semua aspek dari insiden ini, bekerja sama dengan tim investigasi dan semua pihak berwenang yang terlibat," kata Bickers. "Kami percaya diri dengan keamanan 737 MAX."
Advertisement