Liputan6.com, Amman - Rencana pembangunan bandara terbaru oleh Israel, yang dinamakan Ramon, memicu kontroversi.
Pasalnya, bandara yang dibangun 18 kilometer dari Kota Eilat itu dianggap melanggar kedaulatan Kerajaan Yordania, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Selasa (22/1/2019).
Siaran televisi Al-Mamlaka milik Yordania melaporkan bahwa sejumlah pejabat di ibu kota Amman mengatakan, lokasi bandar udara Israel tersebut melanggar kedaulatan udara kerajaan yang dipimpin oleh Raja Abdullah II.
Advertisement
Baca Juga
Meski demikian, belum ada komentar resmi dari pemerintah Yordania dalam laporan tersebut.
Pembangunan Bandara Ramon setidaknya telah direncanakan oleh Isarel sejak 2013, namun kemudian rancangan proyek tersebut diperbarui setahun setelahnya, saat Perang Gaza.
Menurut Chanan Moscowitz selaku Kepala Operasi Bandara Wilayah Eilat, Ramon akan menjadi sebuah bandara regional.
"Itu (Ramon) akan menjadi bandara regional dan apabila banyak turis akan mengunjungi Aqaba dan Taba, bandara itu ide bagus," tutur Moscowitz.
Simak video pilihan berikut:
Alternatif bagi Bandara Tel Aviv
Berdasarkan informasi yang didapat dari situs bandara, Ramon dapat menampung hingga dua juta penumpang setiap tahunnya. Bahkan, kapasitas tersebut akan ditingkatkan hingga 4,2 juta penumpang pada 2030 mendatang.
Bandara yang memiliki panjang landasan 3.600 meter dan memakan biaya pembangunan US$ 455 juta (setara Rp 6,4 triliun) ini, tidak hanya bermanfaat bagi pesawat yang membawa penumpang.
Dalam keadaan darurat, pesawat tambahan milik Israel juga dapat mendarat dan parkir di sana, kata otoritas bandar udara ISrael (IAA).
Selain itu, bandara tersebut juga dapat dijadikan alternatif darurat bagi operasional Bandara Ben-Gurion di Tel Aviv.
Hal itu mengingat pada 2014, penerbangan internasional terpaksa ditunda selama 24 jam pasca-serangan roket Hamas di Gaza.
Untuk melindungi Bandara Ramon, Israel telah membangun pertahanan anti rudal setinggi 26 meter dan sepanjang 4,5 kilometer,
Advertisement