Mahkota Ratu Kecantikan Malaysia Ini Dicopot dalam 72 Jam

Perempuan bernama lengkap Sharifah Haneesya Sayed Sahlan ini mengakui kesalahannya pada konferensi pers dan gelarnya pun dicopot.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 22 Jan 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2019, 18:00 WIB
Ilustrasi kecantikan
Ilustrasi kecantikan. Sumber foto: pexels.com/StockSnap.

Liputan6.com, Jakarta - Pemenang kontes kecantikan Malaysia, Dewi Remaja, Haneesya Hanee kehilangan gelarnya setelah sebuah video online menunjukkan dia dan rekan-rekan finalis lain tengah berpesta di sebuah kelab malam.

Asia One yang dikutip pada Selasa (22/1/2019) melaporkan, putri kecantikan salah satu ajang di Malaysia yang bernama lengkap Sharifah Haneesya Sayed Sahlan sudah mengakui kesalahannya. Perempuan berusia 19 tahun itu mengatakannya pada konferensi pers di Shah Alam Kamis 17 Januari.

Dia juga mengimbau masyarakat untuk berhenti menyalahkan ibunya. Ia mengatakan itu adalah kesalahannya sendiri, setelah gelarnya dicabut oleh penyelenggara karena melanggar peraturan kontes.

Video itu menjadi viral sehari setelah Haneesya dimahkotai sebagai pemenang kontes yang diselenggarakan oleh majalah Remaja pada Minggu 13 Januari lalu. Dalam rekaman tersebut, terlihat seorang wanita menyerupai Haneesya dan finalis lainnya di sebuah klub malam tengah mengonsumsi minuman beralkohol dan menari dengan iringan musik di kelab.

Video-video tentang pestanya itu memicu kontroversi.

Worldofbuzz melaporkan, Haneesya yang mengikuti kontes kecantikan Dewi Remaja 2018/2019 dicabut gelarnya dalam 72 jam setelah dirinya dimahkotai.

 

Saksikan juga video berikut ini:

Ratu Kecantikan Myanmar Dicopot Usai Mengkritik Rohingya

Shwe Eain Si (sosial media)
Shwe Eain Si (sosial media)

Gelar Ratu Kecatikan lain yang pernah dicopot dialami seorang perempuan asal Myanmar. Ia tak lagi menyandang jabatan itu gara-gara melontarkan kritik seputar krisis kemanusiaan Rohingya.

Shwe Eain Si (19 tahun) mengaku, gelar Miss Grand Myanmar-nya dicopot usai dirinya mengunggah sebuah video yang berisi ujaran kritik terhadap kelompok militan Muslim Rohingya (ARSA). Demikian seperti dikutip dari New York Post, Rabu 4 Oktober 2017.

Dalam video yang ia unggah ke Facebook pada pekan lalu itu, Shwe menyebut para militan Rohingya sebagai 'perintis teror dan aksi kekerasan'. Ia juga mengatakan, 'para pendukung militan melakukan kampanye media besar-besaran, sehingga membuat mereka (ARSA) seolah-olah sebagai kelompok yang terundung opresi'.

Ia juga menyebut, 'pergerakan bergaya kekhalifahan' yang dilakukan ARSA 'sangat kelewat batas'.

Video itu tidak menyebutkan mengenai tuduhan tentang Tatmadaw (Militer Myanmar) yang diduga telah melakukan kekejaman luas terhadap minoritas Muslim Rohingya.

Promotor Miss Grand Myanmar, Hello Madam Media Group, mencopot gelar Shwe pada Minggu 1 Oktober lalu. Mereka beralasan, perempuan muda itu 'tak bersikap layaknya seorang panutan'.

Meski begitu, Shwe berpendapat bahwa dirinya tidak melanggar peraturan apapun dengan mengutarakan opini tentang isu politik.

"Saya membuat video yang menceritakan bagaimana militan ARSA menebar teror di Rakhine. Namun hal itu tentunya tidak melanggar peraturan apapun tentang bagaimana seharusnya ratu kecantikan bersikap," ujar sang ratu kecantikan lewat akun Facebook-nya pada Selasa kemarin.

"Saya memiliki obligasi, memanfaatkan kepopuleran untuk berbicara soal kebenaran yang terjadi di negara saya."

Di lain pihak, kepala promotor Hello Madam Media Group Soe Yu Wai mengatakan, "pencopotan (gelar) itu tidak berhubungan dengan video Rakhine tersebut." Demikian seperti dilansir BBC.

Meski begitu, kasus pencopotan gelar usai mengutarakan komentar bermuatan politik sempat terjadi pada Ratu Kecantikan Turki 2017. Itir Esen (18 tahun) dilengserkan dari gelarnya setelah mengomentari isu upaya kudeta Turki 2016.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya