Raja Baru Malaysia Akan Ditentukan Hari Ini

Majilis Raja-Raja Malaysia akan memilih Yang di-Pertuan Agong (Raja) baru pada Kamis 24 Januari 2019 waktu lokal.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 24 Jan 2019, 12:27 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2019, 12:27 WIB
Bendera Malaysia (iStockphoto via Google Images)
Bendera Malaysia (iStockphoto via Google Images)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Majilis Raja-Raja Malaysia, yang beranggotakan sultan dari 9 negara bagian Negeri Jiran, akan memilih Yang di-Pertuan Agong (Raja) baru,Ā di Istana Nasional di Kuala Lumpur pada Kamis 24 Januari 2019 waktu lokal.

Pemilihan itu dilakukan setelah raja terakhir, Sultan Muhammad V, turun takhta usai dikabarkan menikah dengan seorang ratu kecantikan Rusia.

Meski pengganti Muhammad V belum dipastikan, karena harus menunggu hasil akhir pemilihan yang dilakukan oleh Konferensi, namun ada satu nama yang menjadi kandidat utamanya.

Penggantinya kemungkinan adalah Sultan Abdullah (59) dari negara bagian Pahang, seorang atlet yang memegang serangkaian posisi di badan-badan olahraga, termasuk di dewan badan sepak bola dunia, FIFA, demikian seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (24/1/2019).

Muhammad V duduk di singgasana sekitar 2 tahun, sejak ia dilantik menjadi Yang di-Pertuan Agong pada 13 Desember 2016.

Menurut tradisi Monarki Negeri Jiran, seharusnya Sultan Muhammad V baru akan turun takhta jika ia telah memegang jabatan selama lima tahun --atau tepatnya pada Januari 2021-- untuk kemudian dirotasi dengan sultan dari negara bagian lain.

Sebelumnya, tidak ada raja Malaysia yang memutuskan mundur dini sejak negara itu memperolah kemerdekaan dari Inggris, lebih dari 60 tahun lalu.

Muhammad V dikabarkan turun takhta setelah muncul laporan dia menikah dengan mantan Miss Moskow, Oksana Voevodina yang masih berusia 25 tahun. Pernikahan dilakukan ketika Muhammad V mengambil cuti medis.

Malaysia adalah monarki konstitusional, dengan pengaturan unik di mana takhta nasional berpindah tangan setiap lima tahun antara penguasa sembilan negara bagian.

Berdasarkan sistem rotasi, Pahang berada di urutan berikutnya untuk menominasikan Yang di-Pertuan Agong Malaysia, menjadikan Sultan Abdullah sebagai kandidat kuat dan utama.

Namun, yang lain percaya bahwa mungkin Sultan Ibrahim Sultan Iskandar dari Johor dapat menjadi Yang di-Pertuan Agong.

Pada 2016, penguasa Johor yang memiliki beberapa bisnis dan merupakan penggemar sepeda motor itu mengatakan bahwa ia telah melewatkan kesempatan untuk menjadiĀ Raja karena menghormati sistem rotasi. Dia juga dikabarkan bertemu dengan Perdana Menteri Mahathir Mohamad segera setelah pengunduran diri Muhammad V.

Proses Pemilihan

Majilis Raja-RajaĀ akan berkumpul untuk memilih raja berikutnya berdasarkan pada urutan khusus dari sembilan penguasa Melayu --sebuah tradisi yang memiliki rekam jejak awal ketika kantor Yang di-Pertuan Agong pertama kali didirikan pada tahun 1957.

Pemilihan didasarkan pada sistem rotasi di mana penguasa negara berikutnya biasanya dipilih.

Negara bagian berikutnya adalah Pahang, namun penguasa negara itu baru dilantik pada 15 Januari, mempertanyakan apakah ia akan mendapatkan suara yang cukup, menurut kantor beritaĀ Bernama, mengutip ahli hukum konstitusi Malaysia, Shamrahayu A Aziz.

Kesembilan penguasa Melayu akan diberikan kertas suara dengan hanya satu nama, biasanya nama sultan dari negara di baris berikutnya. Mereka kemudian akan menunjukkan secara anonim jika mereka pikir sultan yang dimaksud cocok atau tidak untuk peran itu.

Seorang penguasa harus mengamankan mayoritas lima suara untuk menjadi raja berikutnya. Jika dia tidak mendapatkan suara yang cukup atau menolak posisi itu, proses pemilihan diulangi dengan nama sultan dari negara berikutnya.

Untuk memastikan anonimitas, kesembilan penguasa diberikan kertas suara yang tidak bernomor dengan pena dan tinta yang sama.

Ā 

Simak video pilihan berikut:

Profil Singkat Sultan Abdullah

Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah dari Negara Bagian Pahang (file photo / Bernama)
Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah dari Negara Bagian Pahang (file photo / Bernama)

Sultan Abdullah, dinobatkan sebagai penguasa baru Pahang --menggantikan ayahnya yang sakit-- beberapa hari setelah pengunduran diri Muhammad V, dalam suatu langkah yang dipandang sebagai cara membuka jalan baginya untuk menjadi raja nasional berikutnya.

Selain menjadi anggota dewan FIFA, ia adalah presiden Asosiasi Hoki Asia dan mantan ketua Asosiasi Sepak Bola Malaysia.

Setelah bersekolah di Malaysia, pemain polo yang aktif itu melanjutkan belajar di Inggris, di mana ia masuk akademi militer Sandhurst, menurut sebuah biografi yang diterbitkan di kantor berita resmi Bernama.

Jika Abdullah tidak menjadi raja --entah menolak jabatan itu, atau dianggap tidak cocok-- maka calon penerus takhta adalah sultan dari negara bagian Johor.

Raja baru akan dilantik pada 31 Januari dalam upacara mewah.

Sementara peran mereka bersifat seremonial, keluarga kerajaan Malaysia sangat dihormati, terutama dari mayoritas Muslim Melayu di negara itu, dan mengkritik mereka dilarang keras oleh hukum lokal.

Potret raja dan ratu menghiasi gedung-gedung pemerintah di seluruh negeri. Raja juga merupakan kepala simbolis Islam di negara ini, serta kepala militer.

Para sultan Malaysia menelusuri garis keturunan kembali ke kesultanan Melayu abad ke-15.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya