Liputan6.com, Washington DC - Ribuan orang menuntut perusahaan raksasa pakaian olahraga, Nike, atas tuduhan bahwa desain sepatu Air Max 270-nya yang paling menyinggung umat Islam.
Hal itu, sebagaimana dikutip dari situs Fox News pada Kamis (31/1/2019), merupakan buntut dari penampakan logo yang menyerupai lafaz Allah yang ditulis dalam aksara Arab.
Hingga berita ini ditulis, petisi yang diunggah ke situs Change.org pada Rabu, 30 Januari telah menjaring lebih dari 14.000 dukungan terhadap tuntutan terkait.
Advertisement
Baca Juga
Penggerak tuntutan tersebut, Saiqa Noreen, mengatakan bahwa logo menyerupai lafaz Allah pada sepatu Nike itu, "Pasti akan diinjak-injak, ditendang, dan menjadi kotor oleh lumpur atau bahkan kotoran".
"Sangat keterlaluan dan mengerikan bagi Nike untuk mengizinkan nama Tuhan disematkan pada desain sepatu," tulis Noreen. "Ini tidak sopan dan sangat menyinggung Muslim, sekaligus menghina Islam."
Noreen juga menuntut Nike menarik kembali "sepatu yang menghujat dan ofensif, serta semua produk dengan logo desain yang menyerupai lafaz Allah, dari penjualan di seluruh dunia segera."
Simak video pilihan berikut:
Klarifikasi Langsung dari Nike
Di lain pihak, seorang juru bicara Nike mengatakan kepada Fox News bahwa logo itu tidak lebih dari versi merek dagang Air Max yang "lebih modern".
"Nike menghormati semua agama dan kami memperhatikan hal ini dengan serius," kata juru bicara itu dalam pernyataan tertulis.
"Logo AIR MAX dirancang untuk menjadi representasi gaya dari merek dagang AIR MAX Nike. Logo ini dimaksudkan untuk mencerminkan merek AIR MAX saja. Arti atau perwakilan yang dirasakan lainnya tidak disengaja," ucapnya menjelaskan.
Bukan kali ini saja Nike terlibat kontroversi terkait isu agama.
Pada 1997 silam, perusahaan yang berbasis di negara bagian Oregon itu, menuai kritik luas lantaran logo api dalam salah satu produknya, dituding menyerupai lafaz Allah.
Kasus tersebut membuat Nike menarik 38.000 pasang sepatu kets-nya di seluruh dunia, dan memperbaiki nama baik dengan menyumbangkan US$ 50.000 (setara Rp 700 juta) ke sebuah sekolah dasar Islam di Amerika Serikat.
Advertisement