Ikuti Jejak AS, Rusia Tunda Kesepakatan Nuklir Pascaperang Dingin

Pemerintah Rusia memutuskan untuk turut menangguhkan kesepakatan nuklir dengan AS. Apa alasannya?

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 03 Feb 2019, 16:05 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2019, 16:05 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin (AP/Alexei Nikolsky)
Presiden Rusia Vladimir Putin (AP/Alexei Nikolsky)

Liputan6.com, Moskow - Senada dengan langkah yang telah diambil oleh Amerika Serikat (AS), pemerintah Rusia juga mengumumkan penangguhan keterlibatan dalam Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah-era Perang Dingin (INF).

Di saat bersamaan, Vladimir Putin mengatakan Rusia akan mulai mengembangkan rudal baru, demikian sebagaimaan dikutip dari BBC pada Minggu (3/2/2019).

Sebelumnya, pada Jumat 1 Februari, AS secara resmi mengumumkan akan menangguhkan kewajibannya atas perjanjian terkait.

Ditandatangani pada 1987 oleh AS dan Uni Soviet, kedua negara melarang penggunaan rudal jarak pendek dan menengah untuk alasan apapun.

"Mitra kami di Amerika mengumumkan bahwa mereka menangguhkan partisipasi dalam perjanjian itu, dan kami juga melakukan hal serupa," kata Putin, Sabtu 2 Februari.

"Semua proposal kami di bidang ini, seperti sebelumnya, tetap di atas meja, pintu untuk pembicaraan masih terbuka," tambahnya.

Sebelumnya pada hari Sabtu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada BBC: "Semua sekutu (Eropa) setuju dengan Amerika Serikat karena Rusia telah melanggar perjanjian selama beberapa tahun. Mereka menyebarkan semakin banyak rudal berkemampuan nuklir baru di Eropa."

Dia juga mengatakan periode enam bulan yang telah diberikan AS kepada Rusia untuk kembali ke kepatuhan penuh harus dimanfaatkan.

AS Klaim Punya Bukti tentang Senjata Rusia 

AS mengklaim telah memiliki bukti bahwa rudal Rusia yang baru jatuh dalam jarak 500-5.500 kilometer, di mana hal itu dilarang oleh perjanjian INF.

Beberapa pejabat AS mengatakan bahwa sejumlah rudal 9M729 --yang dikenal NATO sebagai SSC-8-- telah dikerahkan.

Bukti telah diajukan ke sekutu NATO,dan mereka semua mendukung klaim yang dituduhkan oleh AS pada Rusia.

Sementara pada Desember lalu, pemerintahan Donald Trump memberi Rusia waktu selama 60 hari untuk kembali ke aturan INF, atau AS juga akan berhenti menghormati persyaratannya.

Selain membantah melanggar perjanjian INF, Rusia mengatakan bahwa pencegat rudal anti-balistik milik AS, yang dikerahkan di Eropa Timur, berpotensi melanggar ketentuan perjanjian.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Tanggapan Pemerintah Rusia

Jelang Pemilihan Presiden Rusia, Kampanye Vladimir Putin Dihadiri 130 Ribu Orang
Seorang peserta mengibarkan bendera Rusia saat mendegarkan pidato Vladimir Putin dalam sebuah kampanye di stadion Luzhniki di Moskow (3/3). Putin pun telah bersiap untuk memperoleh periode keempatnya sebagai presiden Rusia. (AFP/Kirill Kudryavtsev)

Pada pertemuan hari Sabtu dengan menteri luar negeri dan pertahanannya, Putin mengatakan pekerjaan akan dimulai untuk menciptakan senjata baru bagi keamanan Rusia.

Ini, katanya, termasuk versi darat dari rudal jelajah Kalibr yang diluncurkan di laut Rusia, serta senjata hipersonik baru yang dapat melakukan perjalanan lebih dari lima kali kecepatan suara.

Namun Putin mengatakan Rusia tidak akan terseret ke dalam perlombaan senjata yang mahal, serta memastikan tidak akan menggunakan rudal jarak pendek dan menengah, kecuali jika senjata AS dikerahkan di sana terlebih dahulu.

Meski begitu, perlombaan senjata semacam itu akan menjadi perhatian utama bagi negara-negara Eropa.

"Rudal baru ini bergerak, sulit dideteksi, berkekuatan nuklir, dapat mencapai kota-kota Eropa, dan hampir tidak memiliki waktu peringatan sama sekali sehingga mengurangi ambang batas potensi penggunaan senjata nuklir dalam konflik," kata Jens Stoltenberg dari NATO.

Ditandatangani oleh AS dan Uni Soviet pada tahun 1987, kesepakatan kontrol senjata melarang semua rudal nuklir dan non-nuklir dengan jarak pendek dan menengah, kecuali senjata yang diluncurkan melalui laut.

AS mengaku sangat prihatin dengan penyebaran sistem rudal SS-20 milik Rusia, dan menanggapinya dengan menempatkan Pershing dan rudal jelajah di Eropa, di mana hal itu justru memicu protes luas

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya