Liputan6.com, Anchorage - Sebuah studi ilmiah terbaru menunjukkan bahwa kutub utara magnet Bumi begerak pindah, semakin cepat dalam beberapa dekade terakhir. Hal itu membuat para ilmuwan meyakini bahwa perkiraan kutub yang berlaku saat ini, tidak akan lagi cukup akurat untuk navigasi.
Pada Senin 4 Februari, sekelompok ilmuwan merilis pembaruan tentang lokasi terkini kutub utara magnet, lebih cepat setahun dari rencana pengumuman yang dijadwalkan sebelumnya.
Dikutip dari The Guardian pada Selasa (5/2/2019), kutub utara magnet bergerak sekitar 34 mil (setara 55 kilometer) setahun. Melintasi garis tanggal internasional pada 2017, dan meninggalkan Kutub Utara Kanada dalam perjalanan menuju Siberia.
Advertisement
Baca Juga
"Pergeseran konstan adalah masalah untuk kompas di ponsel pintar dan beberapa perangkat elektronik konsumen. Pesawat dan kapal juga mengandalkan magnet utara, biasanya sebagai navigasi cadangan," kata Arnaud Chulliat, seorang ahli geofisika dari University of Colorado.
Namun, menurut penulis utama pada World Magnetic Model edisi terbaru itu, GPS tidak terpengaruh oleh perubahan kutub magnet itu, karena menggunakan teknologi satelit.
Sementara itu, pihak militer Amerika Serikat (AS) menggunakan kutub utara magnetik untuk navigasi dan penentuan titik terjun.
Selain itu, nama landasan pacu bandara juga banyak yang didasarkan pada kaitan arah dengan pusat magnetik di utara.
Nama titik koordinat mereka akan berubah jika kutub utara magnet berpindah tempat.
Sebagai contoh, bandara di Fairbanks, negara Alaska, berganti nama dari landasan pacu 1L-19R menjadi 2L-20R pada 2009, guna memberikan lokasi tepat untuk pendaratan armada terbang dan latihan terjung pasukan militer AS.
Terkait dengan pergerakan tersebut, otoritas kelautan AS dan Inggris dan cenderung memperbarui lokasi kutub utara magnet setiap lima tahun sekali. Namun, pembauran paling baru ini datang lebih awal karena pergerakan kutub yang lebih cepat.
Simak video pilihan berikut:
Pergerakannya Tercatat Sejak 1831
Sejak pertama kali diukur di Arktik Kanada pada 1831, kutub utara magnet telah bergerak sekitar 1.400 mil (setara 2.300 kilometer) menuju Siberia. Dan sejak 2000, kecepatannya melonjak dari sekitar 9 mil (setara 15 kilometer) menjadi 34 mil per tahun, atau 55 kilometer.
Alasannya adalah turbulensi di inti luar cairan Bumi.
"Ada samudera berisi cairan panas yang terdiri dari besi dan nikel di inti Bumi, tempat di mana gerakannya mampu hasilkan medan listrik,", kata Daniel Lathrop, ahli geofisika dari University of Maryland.
"Ini memiliki perubahan yang mirip dengan cuaca," kata Lathrop. "Kita mungkin menyebutnya cuaca magnetik."
Sementara itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kutub selatan magnet bergerak jauh lebih lambat dari utara.
Secara umum, menurut para ilmuwan, bahwa medan magnet Bumi semakin lemah dari waktu ke waktu, yang pada akhirnya akan terbalik, di mana kutub utara dan selatan mengubah polaritasnya seperti magnet batang yang terbalik.
Itu telah terjadi beberapa kali dalam sejarah Bumi, tetapi tidak dalam 780.000 tahun terakhir. "Ini bukan pertanyaan apakah itu akan terbalik, pertanyaannya adalah kapan itu akan terbalik," kata Lathrop.
Ketika berbalik, hal tersebut tidak akan terjadi seperti memutar koin, tetapi perlu 1.000 tahun atau lebih, kata para ahli.
Advertisement