Liputan6.com, Washington DC - Para ilmuwan yang mengunjungi salah satu pulau terbaru dan paling unik di dunia, tahun lalu, menemukan lumpur lengket yang misterius, kata NASA.
Pulau ini terletak di Pasifik Selatan, dekat dengan Tonga, dan secara tidak resmi dinamakan Hunga Tonga-Hunga Ha'apai (Hunga Tonga).
Dikutip dari CNN pada Rabu (6/2/2019), pulau itu terbentuk setelah letusan gunung berapi pada akhir Desember 2014, yang kemudian menghubungkan dua pulau berusia lebih tua di sekitarnya.
Advertisement
Baca Juga
NASA mengatakan itu adalah pulau pertama dari jenisnya yang terbentuk sejak satelit mulai secara konsisten mengambil gambar Bumi.
Awalnya para ilmuwan memperkirakan pulau itu hanya bertahan beberapa bulan. Tetapi sebuah penelitian NASA yang dirilis pada 2017, menemukan bahwa pulau tersebut mampu bertahan "melawan segala rintangan", dan bisa terus eksis antara enam hingga 30 tahun mendatang.
Para ilmuwan telah memetakan Hunga Tonga dengan cermat sejak pembentukannya, melalui survei udara dan satelit. Tetapi, baru pada saat sebuah tim melakukan perjalanan ke pulau itu dengan perahu, pada Oktober tahun lalu, para peneliti menjadi sadar akan vegetasi uniknya.
When the ash finally settled in January 2015, a newborn island with a 400-foot summit was nestled between two older islands – visible to satellites in space. pic.twitter.com/xbItJdmQUH
— NASA Earth (@NASAEarth) December 11, 2017
"Kami semua seperti anak sekolah yang kebingungan, namun juga antusias," kata Dan Slayback dari Goddard Space Flight Center NASA, dalam sebuah unggahan di blog Earth Expedition NASA pada 30 Januari lalu, yang merinci perjalanan penelitian itu.
Slayback mengatakan "lumpur tanah liat berwarna terang" adalah salah satu kejutan paling menarik yang ia temukan di pulau itu.
"Ini sangat lengket. Jadi meskipun kita telah melihatnya, kita tidak benar-benar tahu apa itu, dan saya masih sedikit bingung dari mana asalnya. Karena itu bukan abu," kata Slayback.
Simak video pilihan berikut:
Tidak Sesuai Prediksi
Sementara itu, Slayback juga mengaku terkejut ketika tahu bahwa vegetasi mulai tumbuh di tanah genting di Hunga Tonga-Hunga Ha'apai.
NASA mengatakan bahwa vegetasi tersebut kemungkinan menjadi subur karena kotoran burung. Hewan-hewan itu kemungkinan hidup di pulau-pulau terdekat yang lebih dulu ada, yang memiliki banyak tanaman hijau.
Para peneliti menggunakan unit GPS presisi tinggi dan drone untuk membuat peta tiga dimensi terhadap pulau yang beresolusi lebih tinggi.
Namun, menurut pengamatan Slayback dan timnya, pulau itu tampaknya mengalami erosi lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya, di mana hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya curah hujan.
"Pulau ini terkikis oleh curah hujan jauh lebih cepat daripada yang saya bayangkan," katanya.
"Kami fokus pada erosi di pantai selatan di mana ombak meruntuhkan lanskap, tapi kini sebagian besar pulau ikut turun tinggi permukaannya," ujar Slayback.
Advertisement