Singapura Berduka Atas Bencana Banjir Bandang di Sentani Papua

Presiden dan Perdana Menteri Singapura menulis surat kepada Presiden RI Joko Widodo untuk menyampaikan belasungkawa atas banjir bandang di Jayapura, Papua.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 18 Mar 2019, 17:38 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2019, 17:38 WIB
banjir papua
Suasana terkini jalanan di Sentani (foto: Liputan6.com / Katharina Janur)

Liputan6.com, Singapura - Presiden Singapura Halimah Yacob dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong telah menulis surat kepada Presiden RI Joko Widodo untuk menyampaikan belasungkawa atas banjir bandang di Jayapura, Papua, Indonesia pada 16 Maret 2019.

"Atas nama rakyat Singapura, saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya atas banjir bandang di Jayapura, Papua pada 16 Maret 2019. Saya sedih mendengar hilangnya nyawa, cedera, dan kerusakan. Pikiran dan doa kami bersama orang-orang Indonesia dan orang-orang terkasih dari mereka yang terkena dampak," kata Presiden Halimah Yacob dalam siaran pers yang dimuat Liputan6.com, Senin (18/3/2019).

"Singapura berdiri dalam solidaritas dengan Indonesia selama periode ini. Kami yakin dengan kemampuan Indonesia untuk mengatasi bencana yang tidak menguntungkan ini. Harap beri tahu kami jika Singapura dapat membantu," lanjutnya.

Sementara itu, PM Lee mengatakan, "Saya sangat sedih mengetahui hilangnya nyawa dan penderitaan tragis yang ditimbulkan oleh banjir bandang di Jayapura, Papua pada 16 Maret 2019. Atas nama Pemerintah Singapura, saya menyampaikan belasungkawa sepenuh hati kepada keluarga dan masyarakat yang terkena dampaknya."

"Saya memiliki keyakinan penuh bahwa pemerintah Indonesia akan mengelola upaya bantuan dengan kekuatan dan ketabahan yang khas. Kami berdiri bahu-membahu dengan rakyat Indonesia dan siap membantu," jelasnya.

Kedutaan Singapura di Jakarta menjelaskan dalam keterangan tertulis sedang memantau situasi dengan cermat.

Saat ini tidak ada laporan tentang warga Singapura yang terkena dampak banjir bandang di Sentani, Papua.

"Setiap warga Singapura di daerah yang terkena dampak disarankan untuk memantau berita lokal dengan cermat, dan mengindahkan instruksi dari otoritas setempat," kata pihak kedutaan.

"Warga Singapura juga disarankan untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan teman-teman Anda sehingga mereka tahu Anda aman."

Warga Singapura yang membutuhkan bantuan konsuler dapat menghubungi Kedutaan Besar atau Kantor Departemen Luar Negeri di:

Kedutaan Besar Singapura di JakartaTel: + 62- (21) 2995-0400 / + 62-811 863-348. Email: singemb_jkt@mfa.sg

Kantor Tugas Kementerian Luar Negeri (24 jam). Tel: +65 6379 8800/8855Email: mfa_duty_officer@mfa.gov.sg

 

Simak video pillihan berikut:

Banjir Bandang Sentani, 79 Orang Wafat dan 43 Hilang

Banjir Bandang di Sentani
Rumah-rumah yang rusak akibat banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Minggu (17/3/2019). Berdasarkan data BNPB, banjir bandang yang terjadi pada Sabtu (16/3) tersebut mengakibatkan lebih dari 60 orang tewas. (Netty Dharma Somba / AFP)

Banjir bandang dan longsor yang terjadi Sabtu malam, 16 Maret 2016 di Sentani menimbulkan sejumlah kerusakan termasuk korban jiwa.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Sebanyak 79 orang meninggal dunia, 43 orang belum ditemukan dan 74 orang luka luka per pukul 14.00 WIB, Senin (18/3/2019).

Korban jatuh di Kota Jayapura diakibatkan oleh bencana longsor, sementara korban di Kabupaten Jayapura terdampak akibat kombinasi banjir dan longsor.

Dari 9 kelurahan yang terkena banjir, dampak paling parah terjadi di tiga kelurahan, yakni Dobonsolo, Doyo Baru, dan Hinekombe.

Sebanyak 4.226 orang mengungsi di 6 titik yang tersebar, yakni BTN Gajah Mada, BTN Bintang Timur, Doyo Baru, Sekolah HIS Sentani, Posko Induk Gunung Merah dan di SIL Sentani.

Total sebanyak 11.725 keluarga terdampak bencana banjir ini. Kerusakan yang ditimbulkan adalah rumah yang rusak atau terendam banjir. Selain itu terjadi pula kerusakan tempat umum seperti tempat ibadah, sekolah, jembatan, ruko hingga kerusakan drainase dan pesawat yang berada di lokasi.

Menurut Sutopo, banjir ini terjadi akibat curah hujan yang sangat ekstrem. Curah hujan yang besarnya 248.5 mm biasanya terjadi dalam kurun waktu sebulan, namun pada malam itu turun selama 7 jam saja.

"Ini kelompok yang sangat ekstrem sekali, 248 rata-rata biasanya satu bulan turunnya. tetapi ini diturunkan dalam periode waktu 7 jam, yaitu pukul 17 sampai pukul 24 WIT." Jelas Sutopo di Gedung BNPB, Jl Pramuka Raya, Jakarta, Senin (18/3/2019).

Sejak Sabtu malam dan hingga saat ini Tim SAR gabungan masih terus melakukan evakuasi dan penyisiran.

"Ini data sementara, evakuasi masih berlangsung, masih penyisiran apalagi 43 orang belum ditemukan masih dalam pencarian." kata Sutopo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya