Liputan6.com, Jakarta - Senjata pemusnah massal (WMD) diproduksi dalam berbagai bentuk dan wujud. Dalam strategi pertahanan yang digunakan oleh sebuah negara, umumnya mereka akan mengerahkan segala jenis kekuatan untuk melawan musuh skala besar.
Baca Juga
Advertisement
NATO mengklasifikasikan senjata pemusnah massal dalam empat kategori: biologis, kimia, nuklir, dan radiologis. Militer dan pihak-pihak berwenang lain telah mencari jenis dari alat teror ini dan hasilnya pun amat beragam.
Berikut adalah 4 senjata pemusnah massal yang diklaim paling menakutkan di dunia, yang berhasil diciptakan oleh kecerdasan manusia, menurut situs Top Tenz, Kamis (4/4/2019).
Saksikan video pilihan berikut ini:
1. Virus Buatan
Senjata pemusnah massal paling mengerikan adalah virus buatan yang dirancang dan diciptakan oleh komputer.
Berkat kemunculan teknik penyuntingan gen CRISPR, pada akhirnya, mereka yang berkonflik akan mencari cara untuk membuat virus kombinasi yang dapat dilepaskan di mana saja yang mereka inginkan.
Dunia pun akan berada dalam 'perang biologis'. Untungnya, agen (senjata pemusnah massal) ini tidak mungkin ada di sebuah negara, karena hampir setiap wilayah di dunia ini telah menandatangani kesepakatan Biological Weapons Convention pada tahun 1975, yang secara eksplisit melarang penggunaan dan pengembangan senjata semacam itu.
Namun, itu tidak berarti bahwa sejumlah orang atau organisasi yang memiliki akses ke CRISPR --dan pengetahuan yang cukup-- tidak dapat memproduksi virus buatan.
Katakanlah cacar, yang konon telah dimodifikasi secara artifisial untuk menyerang musuh. Tohoh-tokoh ternama seperti John Sotos dan Bill Gates, secara khusus memperingatkan dunia tentang ancaman sejenis ini.
Begitu pula para ahli biosains dari era Uni Soviet, yang konon sudah pernah memperingatkan umat manusia tentang bahaya virus chimera yang direkayasa.
Advertisement
2. Tsar Bomba
Bom Hiroshima dan Nagasaki adalah tragedi absolut yang tidak akan dilupakan dari sejarah dunia, tetapi dari sudut pandang teknis, ada bom atom yang jauh lebih berbahaya daripada "Little Boy" dan "Fat Man" (nama dari dua jenis nuklir yang dijatuhkan oleh AS di dua kota di Jepang itu).
Pada 1961, Uni Soviet memutuskan untuk menguji bom besar yang disebut "Tsar Bomba", monster dengan panjang 7,9 meter dan berbobot 27 ton.
Senjata ini bahkan tidak muat ketika dimasukkan ke dalam pesawat Tupolev yang mengangkutnya ke lokasi uji coba: sebuah semenanjung di Novaja Zemlya yang berpenduduk jarang --kepulauan di Samudra Arktik di utara Rusia dan titik ekstrem timur laut di Eropa di Tanjung Zhelaniya.
Menjatuhkan Tsar Bomba adalah misi bunuh diri dengan perbandingan 50:50, meski Soviet sendiri mengaku telah menyediakan tindakan pencegahan, antara lain mengecat Tupolev dengan warna putih untuk mengurangi efek radioaktif.
Selain itu, Tsar Bomba juga dilengkapi dengan satu ton parasut raksasa agar bisa memberikan kesempatan kepada pesawat pengangkutnya untuk mencapai jarak yang aman sebelum Tsar Bomba meledak pada ketinggian 13.000 kaki.
Dalam sekejap mata saat meledak, Tsar Bomba melepaskan 57 megaton energi atom --10 kali lebih banyak daripada semua amunisi dan bahan peledak yang digunakan dalam keseluruhan Perang Dunia II.
Faktanya, Tsar Bomba berkekuatan 1.500 kali lebih dahsyat daripada gabungan bom Hiroshima dan Nagasaki. Bola api sepanjang 5 mil, dapat dilihat dari jarak 630 mil dan seorang juru kamera kemudian membandingkannya dengan Jupiter.
Awan jamur membumbung setinggi 40 mil dan lebar 63 mil, serta seluruh semenanjung hancur. Sebuah desa berjarak 34 mil dari lokasi uji coba, luluh lantak. Distrik sejauh ratusan mil melaporkan kerusakan fisik pada bangunan. Komunikasi radio terputus selama satu jam penuh.
3. Rinderpest dan Rice Blast
Tidak semua senjata pemusnah massal dirancang untuk menghilangkan nyawa manusia dengan segera, tetapi sebaliknya merencanakan membunuh semua kehidupan yang ada di suatu tempat dalam jangka panjang.
Contoh utama dari hal ini adalah virus rinderpest (Rinderpest morbillivirus), penyakit ternak yang telah diperangi umat manusia selama 5.000 tahun, dan akhirnya dapat diberantas dari Bumi pada tahun 2010-an.
Rinderpest telah menyebabkan penderitaan bagi banyak orang, dalam jumlah tak terukur. Virus ini mengakibatkan munculnya wabah kelaparan lantaran seluruh ternak mati secara mendadak.
Beberapa pihak percaya bahwa penyakit ini telah digunakan sebagai senjata setidaknya sekali, ketika rinderpest tiba-tiba menyebar di Ethiopia selama Abad ke-19.
Selain hewan, ada virus lain yang menyerang tanaman, yakni rice blast atau jamur busuk leher (Magnaporthe grisea). Ini adalah jamur jahat yang mampu menghancurkan seluruh tumbuhan, termasuk padi yang mampu menghasilkan cukup beras untuk memberi makan 60 juta orang setiap tahun.
Pada 1960-an, pemerintah AS bereksperimen dengan rice blast di setidaknya dua lokasi di Okinawa, meskipun untungnya, AS mengakhiri program percobaan senjata kimianya ini pada tahun 1969.
Advertisement
4. Gas VX
Gas VX adalah agen saraf yang sangat berbahaya yang dikembangkan oleh Britania Raya pada 1950-an, khususnya untuk perang kimia.
VX berbentuk cair, tidak berwarna dan tidak berbau, yang mampu mengganggu sistem saraf tubuh dan digunakan sebagai racun saraf.
Sepuluh milligram saja sudah cukup untuk membunuh seorang manusia dewasa melalui kontak pada kulit. Sebagai sebuah senjata kimia, VX digolongkan sebagai senjata pemusnah massal (weapon of mass destruction atau WMD) sesuai dengan Resolusi DK PBB 687.
Produksi dan penyimpanan VX melebihi 100 gram per tahun dilarang oleh Konvensi Senjata Kimia 1993. Pengecualian hanya untuk "keperluan penelitian, medis, atau, farmasi di luar fasilitas skala kecil tunggal, jumlah yang diperbolehkan tidak melebihi 10 kilogram per tahun per fasilitas".
Agen saraf VX merupakan racun saraf seri-V dan jauh lebih kuat dari sarin, agen saraf lainnya yang bekerja dengan mekanisme yang serupa.
Efeknya juga menumpuk dari waktu ke waktu. Bahkan jika seseorang selamat dari serangan awal, zat-zat yang terkandung pada agen VX dapat pecah begitu lambat di dalam tubuh Anda. VX juga dapat digunakan untuk mencemari makanan.
Ketika masuk ke dalam tubuh, VX mencegah enzim beroperasi dan 'menyetrum' otot dan kelenjar manusia, sehingga tubuh korban terus-menerus kejang dan pada akhirnya, ia kelelahan dan tidak bisa bernapas lagi.