Sri Lanka Siaga Tinggi terhadap Ancaman Teror Jelang Ramadan

Pasukan keamanan Sri Lanka mempertahankan tingkat siaga tinggi pada Selasa 30 April 2019 setelah pemboman Minggu Paskah, kata para pejabat.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 30 Apr 2019, 17:35 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2019, 17:35 WIB
Tentara Sri Lanka berjaga. (AP)
Tentara Sri Lanka. (AP)

Liputan6.com, Kolombo - Pasukan keamanan Sri Lanka mempertahankan tingkat siaga tinggi pada Selasa 30 April 2019 setelah pemboman Minggu Paskah, kata para pejabat.

Hal itu diumumkan setelah ancaman dua teror yang beredar pada akhir pekan lalu, hampir seminggu usai tragedi 21 April 2019; serta laporan intelijen bahwa teroris merencanakan serangan baru sebelum dimulainya Ramadan pada Mei mendatang.

"Keamanan akan tetap ketat selama beberapa hari karena militer dan polisi masih melacak para tersangka," kata seorang pejabat senior intelijen kepolisian Sri Lanka seperti dikutip dari NDTV, Selasa. (30/4/2019)

Sumber pemerintah lainnya mengatakan kepada Reuters bahwa sebuah dokumen telah diedarkan di antara lembaga-lembaga keamanan utama yang menginstruksikan semua polisi dan pasukan keamanan di seluruh Negeri Ceylon untuk tetap siaga tinggi karena para teroris diperkirakan akan mencoba melakukan serangan sebelum Ramadan.

Ramadan dijadwalkan akan dimulai di Sri Lanka pada 6 Mei 2019.

Ancaman Terbaru Pekan Lalu

99 Orang Tewas dalam Ledakan Gereja dan Hotel di Sri Lanka
Prajurit Angkatan Darat Sri Lanka mengamankan sekitar Gereja St Anthony Shrine usai ledakan di Kochchikade, Kolombo, Sri Lanka, Minggu (21/4). Menurut laman News18 dikutip pada Minggu (21/4/2019), saat ini terdapat sekitar 450 orang yang telah dibawa ke rumah sakit. (AP Photo/Eranga Jayawardena)

Kepala divisi keamanan kementerian kepolisian Sri Lanka telah mengatakan dalam sebuah surat kepada anggota parlemen dan pejabat lainnya bahwa serangan diperkirakan terjadi pada hari Minggu 28 April atau Senin 29 April 2019 oleh teroris yang mengenakan seragam militer.

Tidak ada serangan pada hari yang dimaksud, tetapi keamanan di Sri Lanka yang mayoritas penduduknya beragama Budha terus meningkat, dengan sejumlah tersangka ekstremis ditangkap sejak serangan 21 April 2019 di hotel dan gereja yang menewaskan lebih dari 250 orang, termasuk 42 warga negara asing.

Namun, pemerintah telah tak lagi memblokir platform media sosial seperti Facebook, WhatsApp, dan viber, kata seorang sumber di kantor presiden. Blokir sempat diberlakukan setelah serangan 21 April untuk mencegah penyebaran hoaks dan desas-desus.

Para Terduga Dalang Teror Bom

Otoritas keamanan Sri Lanka berjaga-jaga di area sekitar lokasi teror bom beruntun di ibu kota Kolombo (AP Photo)
Otoritas keamanan Sri Lanka berjaga-jaga di area sekitar lokasi teror bom beruntun di ibu kota Kolombo (AP Photo)

Pihak berwenang mencurigai anggota dari dua kelompok ekstremis yang sebelumnya kurang dikenal --National Thowheeth Jamaath (NTJ) dan Jammiyathul Millathu Ibrahim-- sebagai dalang serangan, meskipun ISIS telah mengaku bertanggungjawab.

Otoritas juga meyakini bahwa Zahran Hashim, pendiri NTJ, adalah dalang dan salah satu dari sembilan pelaku bom bunuh diri.

Di India, polisi mengatakan mereka telah menangkap seorang pria berusia 29 tahun di negara bagian selatan Kerala, dekat dengan Sri Lanka, karena merencanakan serangan terinspirasi 21 April 2019 di sana.

Pria itu telah dipengaruhi oleh pidato yang dibuat oleh Zahran, kata Badan Investigasi Nasional Sri Lanka dalam sebuah pernyataan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya