Pesawat Boeing 737-800 Tergelincir ke Sungai di Florida

Sebuah pesawat Boeing 737-800 rute penerbangan Guantanamo - Florida, tergelincir ke sungai saat mendarat di lokasi tujuan pada Jumat 3 Mei 2019 malam waktu lokal.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 05 Mei 2019, 10:11 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2019, 10:11 WIB
Pesawat Boeing 737-800 maskapai Miami Air International, rute penerbangan Guantanamo - Florida, tergelincir ke sungai saat mendarat di lokasi tujuan pada Jumat 3 Mei 2019 malam waktu lokal (kredit: Office of Sheriff Jacksonville Police)
Pesawat Boeing 737-800 maskapai Miami Air International, rute penerbangan Guantanamo - Florida, tergelincir ke sungai saat mendarat di lokasi tujuan pada Jumat 3 Mei 2019 malam waktu lokal (kredit: Office of Sheriff Jacksonville Police)

Liputan6.com, Jacksonville - Sebuah pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan Miami Air International, rute penerbangan Guantanamo - Florida, tergelincir saat mendarat di lokasi tujuan pada Jumat 3 Mei 2019 malam waktu lokal.

Pesawat itu keluar dari landasan di Pangkalan Udara Angkatan Laut AS (Naval Air Station) Jacksonville dan tersungkur di Sungai St. Johns yang berdekatan pada Jumat malam, kata Walikota Jacksonville Lenny Curry.

Burung besi terhenti di bagian perairan dangkal sungai dan tidak tenggelam. Terlihat pada sebuah gambar bahwa hidung pesawat copot usai insiden itu.

Tidak ada korban jiwa pada pesawat yang membawa 136 penumpang dan 7 kru --yang mayoritas adalah personel militer dan pegawai negeri. Namun beberapa dilaporkan menderita luka ringan.

"Semua orang masih hidup," kata Kantor Sheriff Jacksonville, seperti dikutip dari CNN, Minggu (5/5/2019).

Penyelidik telah menemukan perekam data penerbangan yang tidak rusak dari pesawat penumpang yang disewa militer tersebut, kata Wakil Ketua Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), Bruce Landsberg dalam konferensi pers Sabtu 4 Mei 2019 waktu lokal.

Perekam data telah dikirim ke Washington untuk diperiksa, katanya. Perekam suara kokpit, bagaimanapun, tetap di ekor Boeing 737-800 dan berada di bawah air, kata Landsberg.

NTSB masih belum mengetahui penyebab kecelakaan itu.

Pesawat diketahui tergelincir dari sisi kanan di ujung landasan dan "menubruk tembok pembatas rendah yang terbuat dari batu, untuk kemudian berhenti di perairan dangkal Sungai St Johns," kata Landsberg.

Seorang penumpang mengatakan kepada CNN, "saat mendarat, kami mendarat dengan keras," ujar Cheryl Bormann.

"Kemudian pesawat memantul, terseret dan memantul lagi ... bergeser ke sebelah kanan dan bergeser lagi ke sebelah kiri. Dan kemudian semacam membelok, dan kemudian sontak berhenti."

Pesawat Boeing 737-800 itu tetap berada di sungai pada Sabtu malam waktu lokal.

Berbagai Potensi Penyebab Kecelakaan

Ilustrasi Kecelakaan Pesawat
Ilustrasi Kecelakaan Pesawat (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Aspal landasan pacu di Naval Air Station Jacksonville yang tidak beralur adalah satu hal yang sedang diselidiki sebagaia potensi penyebab kecelakaan, kata NTSB.

Landasan pacu yang beralur memungkinkan air mengalir lebih cepat daripada landasan pacu yang mulus jika terjadi hujan lebat, kata Landsberg.

NTSB juga melihat aspek kontribusi manusia dari apa yang mungkin menyebabkan insiden tersebut, termasuk awak pesawat dan awak kabin. Awak kapal belum diwawancarai, kata Landsberg.

Penyelidik juga akan melihat bandara, cuaca dan kontrol lalu lintas udara, tambahnya.

Cheryl Bormann, seorang penumpang pesawat, mengatakan bahwa burung besi yang ditumpanginya memang terbang di tengah petir dan badai saat menuju ke Jacksonville.

Pengamat cuaca untuk CNN menambahkan, wilayah Jacksonville dan Florida timur laut sedang dilanda "badai tropis kecil" yang memicu badai petir pada Jumat 3 Mei 2019 --hari ketika pesawat itu tergelincir.

"Terbang di sekitar atau melalui area badai bisa berbahaya karena dapat menciptakan turbulensi berat di udara dan landasan pacu basah, yang mengarah ke ancaman hydroplaning (landasan yang basah) saat mendarat," katanya.

Maskapai Sewaan Militer AS

Boeing 737 MAX
Ilustrasi Boeing 737. (iStockphoto)

Operator pesawat dalam kecelakaan itu, Miami Air International, merupakan maskapai yang disewa oleh militer atau pemerintah AS untuk mengangkut personel atau pegawai negeri aktif yang bertugas di Pangkalan Militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba.

"Beberapa dari mereka kembali untuk melihat keluarga mereka, beberapa dari mereka melanjutkan perjalanan ke rumah mereka di luar Florida," kata Komandan Pangkalan Udara Angkatan Laut AS (Naval Air Station) Jacksonville, Kolonel (Laut). Michael Connor.

Militer sering menggunakan pesawat sipil sewaan, sehingga kemungkinan "itu adalah penerbangan militer rutin," tambah pensiunan Letnan Jenderal Mark Hertling, seorang analis militer AS kepada CNN.

"Mereka kemungkinan sebuah unit penempatan, baik itu yang akan berdinas di atau kembali dari Teluk Guantanamo," lanjutnya.

"Kebanyakan orang Amerika berpikir bahwa ketika pasukan militer bergerak di seluruh dunia, mereka selalu berada dalam jet Angkatan Udara. Itu, sebenarnya, tidak terjadi. Sebagian besar waktu kita menggunakan pesawat sewaan sipil."

Miami Air International memiliki lima pesawat Boeing 737, salah satunya terlibat dalam kecelakaan pendaratan keras di State College, Pennsylvania, pada November 2015, kata Landsberg.

Pesawat itu dibuat pada tahun 2001 dan tidak memiliki riwayat kecelakaan atau insiden, kata Landsberg.

Lebih dari 900 Boeing 737-800 beroperasi di Amerika Serikat dan lebih dari 4.000 beroperasi di seluruh dunia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya