Liputan6.com, Teheran - Kementerian Luar Negeri Iran mendesak adanya klarifikasi atas dugaan insiden sabotase kapal asing di kawasan Teluk Timur Tengah, tepatnya di lepas pantai Fujairah, Selat Hormuz, Uni Emirat Arab (UEA) pada Minggu 12 Mei 2019.
Belum ada pihak yang menyalahkan siapapun, namun, insiden itu semakin menyulut tensi antara negara Arab dengan Iran.
UEA mengatakan pada hari Minggu bahwa empat kapal komersial --termasuk dua dari Arab Saudi-- diserang sabotase di dekat pelabuhan Fujairah, salah satu pusat peti kemas terbesar di dunia, yang terletak tepat di luar Selat Hormuz (terletak antara Teluk Persia dan Teluk Oman).
Advertisement
Insiden itu terkuak hanya beberapa jam setelah media Iran dan Lebanon menyiarkan laporan --yang kemudiaan diklarifikasi sebagai palsu-- tentang ledakan di pelabuhan UEA terdekat, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian.
Baca Juga
Juru bicara Kemlu Iran, Abbas Mousavi pada Senin 13 Mei 2019 menyatakan kekhawatirannnya atas insiden tersebut dan menyatakan "perlu ada informasi yang lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi," demikian seperti dilansir Associated Press, Senin (13/5/2019).
Mousavi mengatakan, keamanan pengiriman dan transportasi laut di kawasan itu sangat penting.
Kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah juga mengutip Mousavi pada hari Senin yang memperingatkan terhadap setiap "konspirasi yang diatur oleh orang-orang yang berkeinginan buruk" dan "ekspedisi orang asing" untuk melemahkan stabilitas dan keamanan kawasan.
Otoritas UEA sendiri tidak memberi rincian lanjut tentang sifat sabotase atau siapa dalang di belakangnya. Mereka hanya mengatakan tidak ada korban jiwa, dan operasional di pelabuhan Fujairah berjalan normal.
Selat Hormuz adalah bagian dari rute pelayaran migas paling penting di dunia, di mana memisahkan negara-negara Teluk dan Iran, yang telah terlibat perang retorika panas dengan Amerika Serikat (AS) terkait sanksi terhadap Negeri Para Mullah dan keberadaan armada perangnya di Teluk Timur Tengah.
Tanggapan Arab Saudi
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengutuk "tindakan sabotase" yang menargetkan dua tanker minyaknya di Teluk Oman di dekat pantai Uni Emirat Arab.
Sebuah pernyataan kementerian yang diterbitkan pada Saudi Press Agency (SPA) yang dikelola pemerintah pada Senin 13 Mei 2019 mengatakan, "tindakan kriminal ini merupakan ancaman serius bagi keamanan dan keselamatan lalu lintas maritim, yang mencerminkan secara negatif pada perdamaian dan keamanan regional dan internasional," demikian seperti dilansir Associated Press.
Ia menambahkan bahwa Arab Saudi berdiri di samping UEA "dalam semua langkah yang diambil untuk menjaga keamanan dan kepentingannya."
Kerajaan itu mengatakan tindakan sabotase yang tidak ditentukan tidak menyebabkan korban atau tumpahan minyak.
Sebelumnya, SPA juga mengutip menteri energi Saudi, Khalid Al-Falih, yang mengatakan insiden pada Minggu 12 Mei lalu bertujuan untuk merusak kebebasan navigasi maritim, dan "keamanan pasokan minyak untuk konsumen di seluruh dunia."
Dia juga menekankan "tanggung jawab bersama masyarakat internasional untuk melindungi" keselamatan navigasi maritim dan keamanan kapal tanker minyak.
Advertisement
Tanggapan Amerika Serikat
AS telah mengeluarkan peringatan baru untuk lalu lintas maritim atas dugaan "tindakan sabotase" kapal di lepas pantai Uni Emirat Arab di tengah meningkatnya ketegangan regional antara Amerika dan Iran.
Administrasi Maritim AS (MARAD) menekankan insiden itu belum dikonfirmasi, dan memperingatkan agar pengiriman pada Senin 13 Mei 2019 untuk berhati-hati ketika bepergian melewati Fujairah, demikian seperti dilansir Associated Press.
MARAD memberi koordinat dugaan sabotase, menempatkannya tepat di utara Fujairah.
UAE pada hari Minggu mengatakan sabotase menargetkan empat kapal, tanpa menjabarkan atau menyebutkan nama tersangka.
Itu terjadi hanya beberapa jam setelah outlet-outlet media Iran dan Lebanon menyiarkan laporan palsu tentang ledakan di pelabuhan Emirat terdekat di Fujairah, yang menyimpan bunker dan mengapalkan minyak.