Liputan6.com, Kashmir - Ribuan orang turun ke jalanan Kashmir yang dikelola India, marah oleh dugaan kekerasan seksual terhadap bocah perempuan berusia tiga tahun oleh seorang tetangga yang mengajaknya ke kamar mandi sekolah.
Dikutip dari Al Jazeera pada Selasa (14/5/2019), aksi unjuk rasa tersebut dengan cepat meningkat menjadi bentrokan sengit antara demonstran dan pasukan pemerintah India.
Salah seorang pejabat lokal Kashmir, Baseer Khan, mengatakan pada hari Senin bahwa polisi menangkap tersangka pemerkosa di sebuah desa di kota Sumbal, dan membawanya dalam penyelidikan yang tengah berlangsung.
Advertisement
Baca Juga
Adapun korban, menurut polisi, masih berada di rumah sakit setelah perawatan intensif akibat kekerasan seksual yang dialaminya pada 8 Mei lalu.Â
Unjuk rasa terkait meletus pada Minggu 12 Mei di Kashmir, dan dengan cepat menyebar ke daerah-daerah baru di India pada awal pekan ini, setelah orang tua tersangka dituding merevisi akta kelahiran anaknya.
Pengunjuk rasa tidak percaya bahwa tersangka berusia 13 tahun, sebagaimana klaim akte kelahiran yang ditunjukkan oleh orang tuanya.
Tersangka dituduh memanipulasi usia menjadi lebih muda beberapa tahun agar terhindar dari ancaman hukuman penjara seumur hidup.
Juga pada hari Senin, muncul dugaan bahwa kepala sekolah tempat tersangka belajar, mengeluarkan sertifikat plasu yang menunjukkan dia masih di bawah umur.
Polisi India masih menyelidik berbagai tudingan terkait kasus kekerasan seksual itu, dan pelaku telah diamankan di tempat yang dirahasiakan di Kashmir.
Unjuk Rasa Meluas ke Berbagai Kota India
Setidaknya puluhan orang, termasuk personil pasukan pemerintah, terluka ketika gas air mata dan senapan pelet ditembakkan untuk meredakan protes di banyak kota, kata perwira tinggi kepolisian Swayam Prakash Pani kepada kantor berita AFP.
"Salah satu pengunjuk rasa mengalami luka parah," kata Pani. "Kami telah mendaftarkan kasus terpisah terhadap kepala sekolah dan menahannya untuk diinterogasi."
Ribuan orang lainnya juga dilaporkan berunjuk rasa di Srinagar, dan sempat terlibat bentrok dengan pasukan pemerintah.
Sementara di seberang Lembah Kashmir, ribuan pasukan keamanan yang mengenakan perlengkapan anti huru hara, dikerahkan untuk mengatasi unjuk rasayang menyebar di banyak titik.
Sebuah pernyataan polisi India pada Senin malam, mengatakan bahwa aksi unjuk rasa telah menyebar ke distrik Baramulla Kashmir utara, di mana 47 personil keamanan dan tujuh pengunjuk rasa terluka dalam bentrokan terkait.
Para pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah pasukan keamanan, yang membalas dengan tembakan gas air mata. Sekolah-sekolah di seberang lembah ditutup secara spontan seperti halnya toko-toko dan bangunan umum lainnya.
Ratusan siswa di tiga kampus universitas Kashmir juga melakukan aksi protes, menuntut hukuman mati bagi tersangka dan tindakan tegas terhadap kepala sekolahnya.
Advertisement
Kecaman Berbagai Pihak
Para pemimpin dari berbagai spektrum politik di India menyerukan kepada warga Kashmir untuk bersikap tenang.
Tidak terkecuali oleh pemimpin separatis teratas, Mirwaiz Umar Farooq, yang mengatakan pada hari Senin, bahwa insiden itu adalah "kejahatan terhadap kemanusiaan".
Pemimpin separatis lain dengan banyak pengikut di Kashmir, Syed Ali Geelani, mengatakan kejahatan yang dituduhkan atas kasus kekerasan seksual itu adalah "noda hitam pada tatanan sosial".
Sementara itu, pada Januari 2018, seorang gadis berusia delapan tahun diculik, dan dibiarkan kelaparan selama seminggu, sebelum kemudian diperkosa dan dibunuh oleh beberapa orang di wilayah Kathua selatan.
Insiden itu menyebabkan kemarahan dan protes yang meluas di Kashmir dan berbagai kota di India.