Liputan6.com, Jakarta - Ribuan pelajar di Australia dan Selandia Baru turun ke jalan-jalan hari Jumat, mengawali hari protes internasional menentang kurangnya tindakan menghadapi perubahan iklim.
Menurut laporan dari VOA Indonesia, Sabtu (25/5/2019), para penyelenggara memperkirakan lebih dari satu juta orang muda di sedikitnya 120 negara akan berpartisipasi dalam berbagai protes terkait perubahan iklim tersebut.
Baca Juga
Para demonstran menuntut agar politikus dan pimpinan bisnis mengambil langkah cepat untuk memperlambat pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca yang merusak planet bumi.
Advertisement
Pelajar yang berdemonstrasi di Frankfurt, Jerman, berpawai menuju markas besar Bank Sentral Eropa (ECB) untuk memintanya berhenti mendanai industri bahan bakar fosil.
Menurut para ilmuwan lingkungan hidup, gas-gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil telah menyebabkan perubahan iklim seperti kekeringan dan gelombang panas, melelehnya gletser, meningkatkan permukaan air laut dan banjir yang merusak.
Awal Mula Protes Perubahan Iklim
Protes di berbagai penjuru dunia itu diilhami oleh Greta Thunberg, aktivis Swedia yang berusia 16 tahun, yang memulai aksi protesnya sendirian di luar gedung parlemen Swedia pada Agustus lalu.
Sejak itu, gerakan bolos sekolahnya, The Fridays for Future, atau Jumat untuk Masa Depan, telah berkembang pesat.
Emisi karbon global mencapai rekor tertinggi tahun lalu, meskipun telah ada peringatan dari Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim yang didukung PBB pada Oktober lalu bahwa emisi gas harus dikendalikan selama 12 tahun mendatang untuk menstabilkan iklim.
Advertisement