Astronaut NASA Rekam Penampakan Siang dan Malam Bumi dari Antariksa

Foto siang dan malam Bumi yang diambil oleh astronaut NASA dari antariksa.

oleh Afra Augesti diperbarui 03 Jun 2019, 17:03 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2019, 17:03 WIB
Bumi Siang dan Malam
Penampakan siang dan malam di Bumi dari antariksa. (NASA/Christina H Koch)

Liputan6.com, Jakarta - Gambar menakjubkan Bumi yang diambil dari perspektif orbital Stasiun Angkasa Luar Internasional (ISS) memberikan gambaran unik dari fenomena sehari-hari di planet kita: siang dan malam, yang tampak terjadi pada satu waktu.

Dalam sebuah foto yang diunggah ke Twitter pada pekan lalu, astronaut NASA Christina Koch menunjukkan seperti apa wujud dari 'kegelapan' yang merayap di separuh Bumi, sementara cahaya cerah terus menyinari sisi lain Bumi.

Gambar menakjubkan Bumi yang diambil dari perspektif orbital Stasiun Angkasa Luar Internasional (ISS) memberikan gambaran unik dari fenomena sehari-hari di planet kita: siang dan malam, yang tampak terjadi pada satu waktu.

Dalam sebuah foto yang diunggah ke Twitter pada pekan lalu, astronaut NASA Christina Koch menunjukkan seperti apa wujud dari 'kegelapan' yang merayap di separuh Bumi, sementara cahaya cerah terus menyinari sisi lain Bumi.

Itu adalah pengamatan yang jarang dilakukan oleh ISS, yang biasanya tidak mengorbit pada titik transisi siang-malam. Para ahli di badan antariksa tersebut mengatakan fenomena alam ini cukup menakutkan, sehingga mereka memanggilnya sebagai terminator alias twilight zone.

"Beberapa kali dalam setahun, orbit @Space_Station kebetulan menyelaraskan garis bayangan siang/malam di Bumi," cuit Koch di akunnya @Astro_Christina, seperti dikutip dari Science Alert, Senin (3/5/2019).

Kami (astronaut) umumnya melayang atau berada di bawah sinar matahari, tidak pernah melewati bayangan Bumi dari matahari, dan kami harus berada di Bumi yang waktunya adalah fajar atau senja.

Inilah titik pandang lain dari fenomena yang dibagikan NASA pada bulan April, ketika ISS melintasi terminator di atas Teluk Guinea di pantai barat-tengah Afrika:

Penampakan siang dan malam di Bumi dari antariksa. (NASA/Christina H Koch)

11 Bulan di Angkasa Luar

Astronaut NASA
Nick Hague (kiri), Christina Koch (tengah), dan Anne McClain (kanan) berlatih untuk spacewalk di ISS. (NASA)

Dalam video terpisah yang diunggah di Twitter pada minggu lalu, Koch juga berbicara tentang bagaimana rasanya memandang Bumi dari orbit ISS.

"Melihat ke luar jendela ISS adalah pengalaman yang bisa membuatku untuk jadi rendah hati dan menginspirasiku," tulis Koch.

Beruntung bagi Koch, dia akan punya banyak waktu untuk menikmati dan merefleksikan pandangan yang menakjubkan itu.

Insinyur dan fisikawan tersebut diperkirakan akan tetap berada di ISS selama 11 bulan penuh, yang merupakan rekor baru bagi seorang astronaut wanita.

NASA Akan Kirim Astronaut Wanita ke Bulan pada 2024

[Bintang] Begini Niat Salat Gerhana Bulan dan Doanya, Jangan Sampai Salah!
Ilustrasi gerhana bulan total. (Sumber foto: unsplash.com)

Sepanjang sejarah berdirinya NASA, hanya ada 12 astronaut yang pernah menginjakkan kakinya di satelit alami Bumi: Bulan. Semuanya adalah laki-laki.

Pada awal minggu ini, badan antariksa milik pemerintah Amerika Serikat itu mengumumkan rencana mereka untuk kembali ke Bulan hanya dalam lima tahun ke depan.

Kali ini, mereka ingin berkemah di Bulan, dan untuk sampai di sana, para ilmuwan NASA mengambil pendekatan yang sama sekali berbeda untuk misi Apollo selanjutnya.

Sebagai permulaan untuk misi lunar 2024, NASA menyediakan satu kursi yang dikhususkan bagi seorang astronaut wanita. Dengan adanya keputusan ini, maka dia akan menjadi astronaut perempuan pertama yang berjalan di Bulan.

Program itu dinamai dengan "Artemis" yang diambil dari nama dewi asal Yunani dan saudara kembar Apollo, Artemis.

"Lima puluh tahun setelah Apollo, program Artemis akan membawa manusia berikutnya dan wanita pertama ke Bulan," kata Bridenstine selama konferensi pers yang dikutip dari Science Alert, Rabu, 15 Mei 2019.

Simbolik atau tidak, momen tersebut diharapkan akan menjadi pertama kalinya seorang perempuan berjalan melintasi permukaan satelit kelabu Bumi.

Meskipun demikian, beberapa pihak tetap mengaggap skeptis terhadap misi itu. Ragu bahwa hal tersebut akan terjadi.

Meskipun ambisius, namun NASA menghadapi tantangan dalam hal waktu, terutama lantaran Kongres belum menandatangani anggaran terbaru yang diminta oleh Donald Trump --yang mencakup dana tambahan US $1,6 miliar-- untuk NASA pada tahun ini (dan kemungkinan miliaran dolar setiap tahun sesudahnya).

Selain pembiayaan dasar, misi "Artemis" juga akan membutuhkan roket paling kuat yang pernah dirancang, sistem peluncuran terbaru, pendekatan baru untuk sistem pendaratan Bulan, sebuah stasiun yang bisa melayang di antara Bumi dan Bulan (yang saat ini tidak ada), serta kostum astronaut baru yang khusus dipakai di Bulan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya