Liputan6.com, Jakarta - Neil Armstrong dan Edwin Aldrin adalah dua pria yang masih muda saat berhasil menginjakkan kaki di permukaan Bulan, dalam misi berbahaya milik NASA. Keduanya kelahiran 1930, berusia 39 tahun pada momentum bersejarah 20 Juli 1969.
Siapa sangka, mereka memiliki mimpi yang sama sejak kecil: mengangkasa, melambung melintasi langit. Keduanya mengawali karier di dunia militer dan sempat bertempur di medan Perang Korea.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Aldrin muda berambisi menjadi pilot jet tempur, mengutip situs Biography.com, Sabtu (20/7/2019). Takdir sejalan dengan harapan, ia berhasil menjadi anggota Angkatan Udara AS kemudian berhasil mengudara dengan F-86 Sabre Jets dalam 66 misi tempur.
Ia tak kunjung berpuas diri. Terlepas dari sejumlah prestasi, ia tetap mendaftar pada sekolah pilot di Massachusetts Institute of Technology (MIT) untuk gelar master. Tak hanya itu, ia melanjutkan studi doktoral dalam aeronautika dan astronotika.
Nasib mujur, berkat usaha kerasnya menyelesaikan tesis tentang pesawat ruang angkasa, Aldrin dilirik NASA. Saat itu, Badan Penerbangan dan Antariksa AS tengah merekrut tim untuk merintis penerbangan angkasa luar.
Ia segera ditugaskan ke kru Gemini 12. Dalam misi itu ia berhasil mengambil swafoto (selfie) pertama di luar angkasa. Kala itu terjadi, Aldrin berjuluk Dr. Rendezvous dan hanya kru pendukung untuk Apollo 8.
Kemampuan intelektual Aldrin ditambah dengan antusiasmenya dalam mengemban tugas, menyedot perhatian badan antariksa. Situs NASA menyebut, Aldrin adalah sosok ideal sebagai astronot.
Simak video pilihan berikut:
Rekan yang Tak Kalah Hebat
Rekan Edwin Aldrin tak kalah hebat dalam mengejar mimpinya. Neil Armstong yang dibesarkan di tanah pertanian kakek-neneknya, memiliki ambisi besar: bukan sekedar menatap langit, namun menjelajahinya.
Motivasi itu datang sejak Armstrong diajak ayahnya ke National Air Races di Cleveland, Ohio. Kala itu ia berusia dua tahun.
Singkat cerita ia berhasil menjadi pilot pada usia 16 tahun. Armstrong belajar teknik penerbangan di Purdue University dengan beasiswa Angkatan Laut AS dan dilatih sebagai pilot Angkatan Laut. Seperti Aldrin, ia bertugas dalam Perang Korea, dan Armstrong terbang dalam 78 misi tempur.
Waktu berjalan, Armstrong dilirik oleh Komite Penasihat Nasional untuk Aeronautika (NACA) yang merupakan awal dari Administrasi Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA). Saat itu, Armstrong menjalankan banyak peran dari insinyur hingga pilot, dan berakhir menjadi astronot.
Ia orang yang pemberani, di mana menerbangkan lebih dari 200 jenit pesawat penelitian milik NASA pada tahun 1950an. Tak elak, ia menerima gelar master di bidang teknik kedirgantaraan dari University of Southern California di periode yang sama.
Status astronot ia dapatkan tahun 1962. Misi awalnya, Gemini VII. Karena terampil, ia lalu diangkat menjadi komandan pesawat ruang angkasa untuk Apollo 11.
Berkat Kerja Keras
Dengan pengalaman yang mumpuni, keduanya disatukan sebagai kolega. Mengemban misi berbahaya dan ambisius, disandingkan dengan Michael Collins dalam Apollo 11.
"Kami semua bekerja keras, dan kami merasakan beban dunia menimpa kami."
Dedikasi, kemampuan, dan kerja keras menjadikan mereka tim yang sempurna hingga berhasil mendaratkan kaki di Bulan pada hari ini, 50 tahun silam.
Siapapun yang menatap Bulan di sepanjang malam yang akan datang, mereka menyaksikan Aldrin dan Armstrong. Dua orang yang bekerja keras untuk mimpi mereka sedari kecil: mengangkasa, menjelajah antariksa.
Advertisement