Liputan6.com, Jakarta - Jembatan ambruk di Taiwan pada 1 Oktober 2019 menelan korban jiwa. Warga Negara Indonesia (WNI) yang jadi anak buah kapal (ABK) dilaporkan meninggal dunia.
Kabar terbaru dari Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI dan BHI) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Joedha Nugraha menyatakan, jasad korban sudah ditemukan pasca-insiden jembatan ambruk di Taiwan.
Baca Juga
"Tim pencarian otoritas Taiwan telah menemukan dua dari tiga WNI yang hilang. Keduanya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia,” kata Joedha, Rabu (2/10/2019).
Advertisement
"Kedua jenazah telah dievakuasi ke Rumah Sakit Veteran di Yilan. Otoritas Taiwan masih terus mencari satu orang WNI yg masih hilang," imbuh Joedha Nugraha.
Direktur PWNI dan BHI Kemlu tersebut juga menambahkan bahwa pihaknya hingga saat ini masih melakukan koordinasi dengan otoritas Taiwan. Upaya pencarian korban WNI yang masih belum ditemukan masih terus diupayakan.
WNI korban meninggal dunia itu, sambung Joedha, sedang dalam proses pemulangan ke Indonesia.
"Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei berkoordinasi dengan Kemlu RI akan mengurus repatriasi jenazah dan hak-hak ketenagakerjaan para korban WNI," kata Direktur PWNI dan BHI itu.
"Keseluruhan korban WNI baik luka maupun meninggal adalah pekerja migran Indonesia yang resmi bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di kapal ikan milik Taiwan," tambahnya.
Sebelumnya dilaporkan 12 orang terluka, termasuk enam orang Filipina dan tiga orang Indonesia yang bekerja sebagai nelayan atau di industri perikanan Taiwan.
Berdasarkan informasi terkini Direktur PWNI dan BHI Kemlu, didapati ada tujuh WNI menjadi korban. Empat di antaranya terluka, tiga lainnya dinyatakan hilang -- kemudian dua di antaranya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Mereka merupakan Anak Buah Kapal (ABK) yang bekerja untuk kapal ikan Taiwan.
Korban Warga Negara Non-Taiwan
Sebelumnya, media Taiwan menyebutkan bahwa tim penyelamat berupaya menyelamatkan enam orang yang dikhawatirkan terperangkap reruntuhan jembatan ambruk.
Badan Pemadam Kebakaran Nasional melaporkan setidaknya 12 orang terluka, termasuk enam orang Filipina dan tiga orang Indonesia yang merupakan pekerja perikanan. Serta pengemudi truk tanker bensin Taiwan.
Badan tersebut turut menyebutkan enam orang belum ditemukan. Serta, terperangkap dalam perahu yang berada di bawah struktur jembatan yang runtuh, seperti dilansir channelnewsasia.com.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen juga turut berkomentar perihal insiden itu.
"Kami berharap untuk menyelamatkan semua dengan aman, dalam waktu singkat untuk meminimalkan kerusakan," kata Presiden Tsai Ing-wen.
Advertisement
Pernyataan dan Konfirmasi Otoritas Setempat
Pada Selasa 1 Oktober lalu, petugas penjaga pantai awalnya mengatakan setidaknya 14 orang terluka. Petugas pemadam kebakaran setempat kemudian mengatakan pengemudi truk tanker itu termasuk salah satu yang dilarikan ke rumah sakit.
Dua pejabat pemerintah kota pelabuhan Suao mengatakan para penyelam kini tengah mencari orang-orang yang dikhawatirkan terperangkap di beberapa perahu nelayan.
Sekretaris Wali Kota Suao, Shih I-chun menyatakan kronologis kejadian dan kekhawatiran terhadap korban yang masih dalam upaya penyelamatan.
"Jembatan itu runtuh sekitar jam 09.30 pagi ketika kendaraan tanker minyak berada di atasnya, membakar kendaraan itu," kata sekretaris wali kota Suao.
"Kami khawatir beberapa nelayan mungkin terperangkap di kapal," pungkas Shih I-Chun.
Pihak berwenang sejauh ini mendesak tentara ke dalam upaya penyelamatan dan mendirikan pusat darurat untuk menjalankan operasi.
Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang turut memberi komentar melalui laman media sosial Facebook terkait ambruknya jembatan tersebut.
"Menyelamatkan nyawa adalah prioritas," kata Perdana Menteri Taiwan.
"Saya akan meminta otoritas terkait untuk melakukan semua upaya penyelamatan yang memungkinkan," tutup PM Taiwan tersebut.
Penyebab Ambruk Masih Diselidiki
Hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab jembatan yang dibangun tahun 1998 dan membentang di pelabuhan kecil tersebut runtuh.
Sebelumnya, Taiwan diguncang topan pada Senin malam, yang membawa hujan lebat serta angin kencang ke beberapa bagian pantai timur wilayah. Namun, pada saat jembatan runtuh, cuaca baik-baik saja.
Taiwan memiliki industri perikanan yang besar, dan mayoritas pekerjanya adalah imigran bergaji rendah dari negara-negara seperti Filipina, Indonesia, dan Vietnam.
Menteri Transportasi Lin Chia-lung mengatakan Jaksa penuntut telah meluncurkan penyelidikan tentang penyebab insiden itu.
Ia juga menambahkan bahwa jembatan itu masih dalam umur 50 tahun yang diperkirakan masih (layak pakai).
"Kondisi cuaca terkini, gempa bumi dan penilaian jembatan sebelumnya akan dipertimbangkan. Kami akan sepenuhnya bekerja sama dengan penyelidikan," ucap Menteri Transportasi Taiwan.
Reporter: Hugo Dimas
Advertisement