8 Hari Ikut Misi di ISS, Ini Cara Astronaut Arab Salat di Antariksa

Hazza Al Mansouri melihat 16 matahari terbenam dan terbit dalam satu hari selama berada di ISS.

oleh Afra Augesti diperbarui 15 Okt 2019, 16:40 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2019, 16:40 WIB
Astronaut Pertama Uni Emirat Arab yang ke ISS
Hazza Al Mansouri, astronaut Uni Emirat Arab, sebelum ujian praktek preflight terakhirnya dengan tiruan pesawat ruang angkasa Soyuz di Pusat Pelatihan Angkasa Luar Rusia di Star City, di luar Moskow. (Foto AP)

Liputan6.com, Riyadh - Rabu, 25 September 2019 menjadi hari bersejarah bagi Uni Emirat Arab (UEA). Sebab, ini adalah kali pertamanya negara tersebut mengirim seorang astronautnya ke Stasiun Angkasa Luar Internasional (ISS).

Ialah Hazza Al Mansouri, mantan Angkatan Bersenjata UEA dan pilot jet tempur, yang terbang ke ISS dengan pesawat ruang angkasa Soyuz-MS 15 (milik Rusia) dari Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan.

Al Mansouri menghabiskan waktu selama delapan hari berada di ISS, bertemu dengan astronaut-astronaut lain dari berbagai dunia, seperti NASA, ESA, Roscosmos, JAXA dan CSA, serta melakukan sejumlah eksperimen.

Dalam wawancara melalui panggilan radio dari ISS (sebelum menginjakkan kakinya dengan selamat di Bumi pada Kamis, 3 Oktober 2019), lulusan sekolah militer Khalifa bin Zayed Air College tersebut mengatakan bahwa banyak pelajaran penting yang ia dapatkan dari pengalaman perdananya berada di ruang angkasa.

Ia mempelajari kehidupan sehari-hari di ISS, cara bertahan hidup di lingkungan nol gravitasi, dan melakukan salat lima waktu di sana. 

"Sebagai pilot profesional, saya terbiasa salat sambil terbang dengan kecepatan tinggi," kata Al Mansoori, dikutip dari Gulf News, Selasa (15/10/2019). "Tentu saja ketika berada di ruang angkasa, itu berbeda."

Lalu, bagaimana Al Mansouri mencari tahu arah Kiblat? Sedangkan ISS mengorbit Bumi setiap 90 menit, yang berarti dia akan menyaksikan 16 matahari terbenam dan terbit setiap hari.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

Tetap Menghadap Bumi

Astronaut NASA
Nick Hague (kiri), Christina Koch (tengah), dan Anne McClain (kanan) berlatih untuk spacewalk di ISS. (NASA)

Untuk urusan ibadah, pemerintah Dubai telah menangani dilema tersebut dengan memberinya sebuah buku doa.

Dubai Islamic Affairs merekomendasikan Al Mansouri untuk mengikuti pengaturan waktu Makkah di Arab Saudi ketimbang negara di mana ia diluncurkan--Kazakhstan.

Dalam buklet itu, para ulama di UEA mengatakan bahwa Al Mansouri tidak akan dibebaskan dari salat atau puasa, dan ia harus tetap menajalankan kewajiban sebagai seorang muslim. 

Umat ​​Islam harus salat lima waktu sehari, yang ditentukan oleh ketinggian matahari. Namun, saat di ruang angkasa, Al Mansouri disarankan salat mengikuti waktu Dubai.

Saat berada di stasiun yang mengorbit Bumi pada kecepatan 27.500 km per jam, lalu ke arah mana Al Majouri harus menghadap kiblat?

"Astronaut yang sedang berada di ruang angkasa menyaksikan 16 matahari terbit dan 16 matahari terbenam dalam sehari, sehingga menjadi tidak jelas kapan mereka bisa salat atau puasa," kata Dr Mohammed Al Ahbabi, Direktur Jenderal Badan Antariksa UEA.

Dalam buku panduan, para ulama menasihati Al Mansouri untuk menghadap Bumi ketika salat--jika memungkinkan. Akan tetapi bila tidak, maka ia diperbolehkan menghadap ke arah mana pun.

"Karena itu (kapsul) akan terlepas dari Bumi dan berputar dengan sangat cepat di rute yang berbeda, tidak ada gunanya mengikuti pengaturan waktu dari negara peluncuran, dan Makkah sebagai tempat turunnya wahyu menjadi preseden," demikian bunyi buklet itu.

 

Bagaimana Dengan Air Wudu?

Ilustrasi Stasiun Ruang Angkasa Internasional, atau ISS (AP)
Ilustrasi Stasiun Ruang Angkasa Internasional, atau ISS (AP)

Sebelum salat, umat Islam wajib berwudu atau mensucikan diri menggunakan air. Namun, bila tidak ditemukan air, Muslim boleh tayamum--bersuci dengan debu (pasir, tanah) yang bersih.

Buklet itu mengatakan ISS menyediakan air untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi menyarankan para astronaut untuk membawa segenggam pasir atau batu yang dapat digunakan sebagai pengganti air untuk wudu--ketika air tidak tersedia.

Di lain cerita, astronaut Malaysia, Sheikh Muszapher Shukor, yang melakukan perjalanan ke ISS selama Ramadan pada 2007, menghadapi dilema yang sama dengan Hazza Al Mansouri. Sebagai seorang Muslim yang taat, ia ingin salat tepat waktu sambil menghadap Makkah.

"Ketika Sheikh Muszapher Shukor mengunjungi kami pada 2015, ia bertanya tentang kiat-kiat sebelum meluncur ke ISS, bagaimana ia tetap bisa salat lima waktu saat berada di angkasa luar," kenang Dr Mohammed Al Ahbabi, Direktur Jenderal Badan Antariksa UEA.

Al Ahbabi menambahkan, agensi Angkasa Negara Malaysia (ANGKASA) juga mengadakan pertemuan puncak yang mencakup 150 cendekiawan Islam untuk menjawab pertanyaan mengenai arah kiblat dan waktu salat bagi astronaut Islam ketika berada di angkasa luar.

"Dia memberi tahu kami bahwa ulama di Negeri Jiran telah mengeluarkan fatwa untuk mengikuti waktu salat dari lokasi peluncuran, yaitu Kazakhstan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya