Liputan6.com, Jakarta - Seorang seniman asal Los Angeles (Amerika Serikat), Courtney Mattison, membuat instalasi karya unik untuk mengkampanyekan pelestarian terumbu karang dan perubahan iklim.
Mattison dikenal karena ia sudah banyak menciptakan karya pahatan keramik yang diilhami dari keindahan terumbu karang yang rapuh dan terancam lantaran ulah manusia.
Baca Juga
Instalasi pahatan keramik Mattison bahkan dipilih untuk koleksi permanen di berbagai macam institusi, termasuk di Kantor Seni Negara Bagian AS di kedutaan-kedutaan besar AS, Nova Southeastern University Oceanographic Center dan sektor pribadi.
Advertisement
Selain itu, karyanya pun dipamerkan di tempat-tempat terkemuka, seperti markas Departemen Perdagangan AS, American Association for the Advancement of Science (AAAS), Museum Seni Keramik Amerika dan Museum Seni Kontemporer Virginia, dan American Museum of Ceramic Art and the Virginia Museum of Contemporary Art.
Perempuan kelahiran 1985 itu menceritakan, ia memilih tema "terumbu karang" untuk karakteristik karyanya karena biota laut ini dinilainya eksotis, beragam dan indah.
"Mungkin, itu karena saya kecil dan saya mengagumi makhluk kecil yang membangun hal-hal cantik yang besar, tetapi saya merasa seperti punya hubungan dengan karang laut pada tingkat yang sangat dalam," ungkap perempuan kelahiran San Francisco ini di Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Akan tetapi, ia menyayangkan bahwa terumbu karang kini sangat terancam oleh emisi gas rumah kaca, polusi, dan penangkapan ikan secara berlebihan, sehingga ia pun mengamini pendapat para ilmuwan: terumbu karang tidak akan lagi berfungsi pada akhir abad ini.
"Sebagai seorang seniman dan aktivis, saya percaya seni memengaruhi emosi kita dan dapat menggerakkan kita untuk menghargai planet biru yang kita tinggali ini dengan cara yang seringkali tidak bisa dilakukan oleh data ilmiah," terang Mattison yang lulusan Master of Arts di Brown University.
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Belajar Merasakan Seperti Terumbu Karang
Produksi karya pahatan keramik milik Mattinson membutuhkan banyak energi untuk membakar kiln (tungku yang terbuat seperti ruangan, tempat membakar benda-benda tanah liat yang memerlukan suhu tinggi), memberi daya dan mensirkulasi udara pada studio, serta mengangkut potongan-potongan.
Mattinson melakukan segala upaya untuk mendaur ulang, mengurangi limbah, membeli bahan-bahan curah dan lokal, juga hanya menyalakan tungku yang terisi penuh.
"Saya berupaya untuk 'masuk' ke dunia mereka, merasakan perasaan seperti karang, dengan sabar dan metodis membangun struktur berbatu yang besar, halus, dan dapat mengubah suatu ekosistem," papar Mattison lagi.
"Saya membangun bentuk berongga dengan menjepit gulungan tanah liat menggunakan alat sederhana seperti sumpit untuk menciptakan tekstur masing-masing bagian dengan tangan sering menyodok ribuan lubang untuk meniru pertumbuhan berulang koloni karang," imbuhnya.
Selain berkarya seorang diri, ia juga bekerja sama dengan Mission Blue, sebuah inisiatif dari Sylvia Earle Alliance yang didirikan oleh ahli kelautan legendaris Dr. Sylvia Earle untuk menyadarkan publik terhadap perubahan laut dan mendukung jaringan global untuk perlindungan laut --mulai dari laut terdalam hingga ke terumbu yang masih bisa terpapar sinar mentari, dan dari gunung-gunung di laut lepas sampai ke padang lamun pesisir.
"Dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya Hope Spots tersebut, Mission Blue menginspirasi tindakan untuk menjelajahi dan melindungi laut.
Advertisement