Liputan6.com, Idlib - Amerika Serikat, pada akhir pekan ini, melancarkan serangan militer di Suriah bagian utara, menargetkan lokasi yang diduga sebagai tempat persembunyian bos ISIS Abu Bakr al-Baghdadi --kata tiga pejabat AS.
Operasi yang dilaksanakan oleh Pasukan Khusus AS berfokus di Provinsi Idlib di Suriah bagian utara, kata seorang pejabat yang berbicara dalam syarat anonim.
Media AS Newsweek, mengutip seorang narasumber pejabat lain, melaporkan bahwa Abu Bakr al-Baghdadi tewas dalam serangan itu. Namun, kabar tersebut masih diverifikasi, demikian seperti dilansir Bloomberg, Minggu (27/10/2019).
Advertisement
Baca Juga
Jika serangan itu berhasil, al-Baghdadi akan menjadi pemimpin teroris peringkat tertinggi yang terbunuh atau ditangkap oleh AS sejak Osama bin Laden terbunuh pada tahun 2011.
Gedung Putih pada Sabtu 27 Oktober malam mengumumkan rencana bahwa Presiden Donald Trump akan melakukan pengumuman pukul 9 pagi EST pada hari Minggu, segera setelah Trump mengatakan di Twitter bahwa "sesuatu yang sangat besar baru saja terjadi!"
Pengumuman akan dibuat di Ruang Resepsi Diplomatik, lokasi yang sama di mana Trump mengumumkan pada 23 Oktober untuk mencabut sanksi yang dijatuhkan terhadap Turki setelah negara itu memenuhi perjanjian gencatan senjata dengan pasukan Kurdi di Suriah.
Para staf komunikasi Gedung Putih menolak memberikan komentar ketika diminta untuk mengonfirmasi berita yang akan diumumkan Trump tentang Abu Bakr al-Baghdadi.
Simak video pilihan berikut:
Kabar Positif?
Penangkapan atau pembunuhan al-Baghdadi akan menjadi kabar positif bagi Trump, yang telah menghadapi kritik bipartisan tanpa henti menyusul pengumuman 6 Oktober bahwa ia akan menarik pasukan AS dari Suriah utara, yang kemudian membuka jalan bagi invasi Turki ke sana.
Langkah itu bahkan mendorong para pendukung Partai Republik Trump untuk mengatakan ia meninggalkan sekutu Amerika Kurdi yang telah membantu mengalahkan "kekhalifahan" ISIS.
Provinsi Idlib, tempat serangan itu dilakukan, tidak berada di wilayah tempat pasukan AS berada. Militer AS dilaporkan telah mundur dari sana menyusul keputusan Trump.
Sebaliknya, itu telah menjadi tempat perlindungan bagi militan teroris --dengan sejumlah di antaranya memiliki hubungan dengan al-Qaeda. Mereka telah menahan upaya militer Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk merebut kembali wilayah tersebut.
Wilayah itu telah semakin menjadi fokus dari upaya Suriah, yang didukung oleh Rusia, untuk mengamankan kontrol atas negara itu setelah lebih dari delapan tahun perang saudara.
Advertisement