Liputan6.com, Beijing - Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh jaringan berita pemerintah China Daily, badan antarika Negeri Tirai Bambu, China Aerospace Science and Technology Corporation, mengumumkan rencana pengiriman astronaut terbaik mereka ke permukaan Mars pada 2037.
"Mengirim astronaut ke sana akan memberi manusia peluang lebih baik untuk mencari jejak kehidupan di Mars," kata Pang Zhihao, seorang peneliti teknologi ruang angkasa di Beijing, mengatakan kepada China Daily.
"Ada teori bahwa Mars sangat mirip dengan Bumi pada miliaran tahun," imbuhnya, seperti dikutip dari futurism.com, Sabtu (9/11/2019).
Advertisement
Baca Juga
Menurut pernyataan itu, ambisi tersebut menandai "pertama kalinya industri ruang angkasa China secara terbuka meluncurkan rencana misi berawak ke Planet Merah."
Usaha ke Mars disebutkan Pang akan menghadapi tantangan besar. Perjalanannya sendiri bisa memakan waktu lebih dari 500 hari dan mungkin tidak membuahkan hasil sebelum tahun 2050.
"Kemudian ada ancaman lain, seperti penurunan kepadatan mineral tulang, radiasi ruang dan kesehatan mental," tambah Pang.
Sementara itu, belum ada informasi mengenai kapan NASA akan secara resmi mengumumkan rencana pengiriman astronaut mereka ke Mars.
Sebuah laporan independen yang dikutip badan antariksa Amerika Serikat tersebut (diterbitkan pada April), menyimpulkan bahwa misi orbital Mars dapat dilakukan tidak lebih awal dari 2037 tanpa menerima pengembangan teknologi besar, penundaan jadwal, pembengkakan biaya, dan risiko kekurangan anggaran.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dobrakan Baru China, Pesawat Ruang Angkasa Pengirim Manusia ke Bulan
Namun, pemberhentian pertama Tiongkok adalah Bulan. Pada Oktober tahun ini, China baru saja memamerkan pesawat ruang angkasa generasi berikutnya yang nantinya akan digunakan untuk membawa astronaut ke Bulan dan kembali pada akhir 2020-an, menurut Space.com.
Tiongkok menjadi negara ketiga yang secara independen meluncurkan astronaut pada 2003, ketika antariksawan dari China National Space Administration, Yang Liwei, mengorbit Bumi dengan Shenzhou-5.
Sementara negara itu berencana untuk membangun stasiun ruang angkasa modular, China tampaknya sudah mampu memetakan misi akhirnya ke Bulan -- dan berpotensi melampaui negara lain, termasuk Amerika Serikat.
Video promo terbaru dari China Academy of Space Technology (CAST), pabrik pembuat pesawat ruang angkasa dan satelit milik pemerintah, memperlihatkan bentuk dari pesawat tak bernama itu.
Pesawat ruang angkasa tersebut terdiri dari modul ganda, yakni modul kru dan modul layanan, yang akan memberikan dukungan tenaga, daya, dan kehidupan untuk kru yang diangkut.
Panjang kendaraan antariksa itu adalah 30 kaki (9 meter) dan memiliki massa maksimum saat lepas landas sekitar 22 ton (20 metrik ton).
China saat ini menggunakan pesawat ruang angkasa Shenzhou berbobot 8,6 ton (7,8 metrik ton), yang dapat membawa tiga astronaut ke orbit Bumi rendah (LEO).
Namun, Shenzhou tidak dirancang untuk lingkungan radiasi yang keras di ruang angkasa, juga tidak dapat bertahan ketika masuk kembali ke atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi.
Sedangkan pesawat ruang angkasa baru ini disebut mampu menjelajah daerah luar LEO dan membawa empat hingga enam astronaut, demikian seperti dikutip dari Space.com, Rabu, 2 Oktober 2019.
Advertisement
Tanggapan AS
Pada 2016, China meluncurkan versi skala kecil dari modul kru untuk menguji kendaraan tersebut masuk kembali dan mendarat di Bumi.
"Kemampuan ini memberi tahu kita bahwa Tiongkok berkomitmen untuk melakukan perjalanan antariksa jangka panjang, dengan membawa manusia, pada kecepatan lambat namun konsisten," kata Joan Johnson-Freese, seorang profesor di Departemen Urusan Keamanan Nasional di U.S. Naval War College di Newport, Rhode Island.
Johnson-Freese berpendapat: "Apa yang AS lakukan adalah seperti kelinci. Cepat, tetapi sporadis. China sekarang bak kura-kura. Lambat dan metodis."
Johnson-Freese juga mencatat bahwa AS memiliki beberapa program yang sangat menarik dalam berbagai tahap perkembangan dan tingkat komitmen anggaran, yang akan memungkinkan pencapaian eksplorasi signifikan.
NASA sedang mengembangkan pesawat ruang angkasa Orion yang dapat digunakan untuk menjelajah angkasa luar, dengan modul layanan buatan Eropa, yang bakal menjadi kendaraan awak utama untuk program eksplorasi Artemis.
Sementara itu, SpaceX bekerja pada Starship, sistem peluncuran yang sepenuhnya dapat digunakan kembali, yang dirancang untuk membantu umat manusia menjajah Mars.
Pesawat ruang angkasa Tiongkok yang baru itu diperkirakan akan melakukan uji terbang tanpa awak pada paruh pertama 2020, pada peluncuran pertama roket Long March 5B, menurut China Manned Space Agency (CMSA). Namun, jadwal itu tergantung pada kembalinya penerbangan Long March 5.