100 Orang Biang Kerok Demo Tolak Kenaikan BBM Iran Ditangkap

Biang kerok, sekitar 100 pemimpin protes terhadap kenaikan harga bahan bakar kendaraan (BBM) atau bensin ditangkap oleh pemerintah Iran.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 23 Nov 2019, 13:22 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2019, 13:22 WIB
Demonstrasi di Iran yang berawal terjadi pada Kamis, 28 Desember 2017. Demo dilaporkan terjadi berlarut-larut dan menyebar ke beberapa kota (AFP)
Demonstrasi di Iran yang berawal terjadi pada Kamis, 28 Desember 2017. Demo dilaporkan terjadi berlarut-larut dan menyebar ke beberapa kota (AFP)

Liputan6.com, Teheran - Pemerintah Iran telah menangkap biang kerok, sekitar 100 pemimpin protes terhadap kenaikan harga bahan bakar kendaraan (BBM) atau bensin, kata pengadilan. Mereka diidentifikasi dan ditahan di berbagai bagian negara oleh Revolutionary Guards atau Pengawal Revolusi Iran.

Juru bicara pengadilan Gholamhossein Esmaili mengatakan kepada TV pemerintah pada hari Jumat bahwa 100 pemimpin protes dan tokoh-tokoh terkemuka sudah ditahan, "jumlah yang jauh lebih besar" telah diidentifikasi dan akan segera ditangkap.

Pengumuman itu mengemuka ketika AS menjatuhkan sanksi pada menteri komunikasi Iran karena membatasi akses internet selama kerusuhan.

BBC yang dikutip Sabtu (23/11/2019) melaporkan bahwa Amnesty International mengatakan lebih dari 100 orang tewas dalam protes yang melanda beberapa kota.

Sumber lain mengatakan bahwa jumlahnya mungkin jauh lebih tinggi. Pejabat Iran awal pekan ini mengkonfirmasi 12 kematian.

Sementara itu, Presiden Iran pada Rabu 20 November mengklaim kemenangan terhadap "komplotan musuh", dengan mengatakan bahwa "elemen subversif" yang didukung oleh AS, Israel dan Arab Saudi berada di belakang kerusuhan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sekilas Awal Mula Protes

Demonstrasi di Iran yang berawal pada Kamis, 28 Desember 2017. Demo dilaporkan terjadi berlarut-larut dan menyebar ke beberapa kota (AFP)
Demonstrasi di Iran yang berawal pada Kamis, 28 Desember 2017. Demo dilaporkan terjadi berlarut-larut dan menyebar ke beberapa kota (AFP)

Protes meletus Jumat 15 November lalu, setelah pemerintah mengumumkan harga bensin akan naik sekitar 50%.

Harga satu liter naik menjadi 15.000 real ($ 0,12; £ 0,09 pada nilai tukar pasar tidak resmi).

Pengemudi diberitahu bahwa mereka akan diizinkan untuk membeli hanya 60 liter setiap bulan, sebelum harga naik menjadi 30.000 real.

Presiden Hassan Rouhani mengatakan pemerintah bertindak untuk kepentingan umum, dan bahwa uang yang terkumpul akan dibagikan kepada warga negara yang paling membutuhkan.

Namun keputusan itu disambut dengan kemarahan yang meluas, di negara yang ekonominya tengah terguncang akibat sanksi AS. Padahal negeri ini baru pulih tahun lalu ketika Presiden Donald Trump meninggalkan perjanjian internasional 2015 dengan Iran untuk mengekang ambisi nuklirnya.

Ekspor minyak Iran telah runtuh; nilai real telah anjlok; dan harga barang-barang pokok melonjak.

Bank dan pompa bensin dibakar ketika protes menyebar ke seluruh negeri dan demonstran bentrok dengan pasukan keamanan.

Protes Memicu Pemutusan Akses Internet

Demonstrasi di Iran yang berawal pada Kamis, 28 Desember 2017. Demo dilaporkan terjadi berlarut-larut dan menyebar ke beberapa kota (screengrab)
Demonstrasi di Iran yang berawal pada Kamis, 28 Desember 2017. Demo dilaporkan terjadi berlarut-larut dan menyebar ke beberapa kota (screengrab)

Pemerintah Iran kemudian memblokir akses internet sejak Sabtu 16 November, sehingga sulit untuk mengumpulkan informasi dan menilai situasi di jalanan.

Pihak berwenang mengatakan mereka mulai mengembalikan konektivitas, tetapi internet sebagian besar tetap diblokir di negara itu pada Jumat 22 November.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan Washington memberlakukan sanksi pada Menteri Komunikasi Mohammad-Javad Azari Jahromi "karena membatasi akses internet, termasuk ke aplikasi perpesanan populer yang membantu puluhan juta rakyat Iran tetap terhubung satu sama lain dengan dunia luar".

"Para pemimpin Iran tahu bahwa internet gratis dan terbuka mengekspos legitimasi mereka, sehingga mereka berusaha menyensor akses internet untuk memadamkan protes anti-rezim," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya