Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI beserta seluruh jajaran diplomat, bersama dengan Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia bekerja sama untuk memaksimalkan diplomasi ekonomi negara.
Gagasan ini ada atas inisiatif pihak Kadin yang kemudian mengajak pihak pemerintah untuk kembali memperkuat diplomasi ekonomi Tanah Air.Â
Advertisement
"Menlu Retno Marsudi akan menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Pak Rosan (Ketua Kadin) untuk bersama-sama menjalankan dan membangun sinergi mencapai apa yang menjadi salah satu prioritas pemerintah dan perwakilan RI di luar negeri yaitu diplomasi ekonomi," papar Mahendra Siregar, selaku Wakil Menteri Luar Negeri RI dalam acara cocktail reception yang dihadiri oleh para Duta Besar RI pada Selasa (7/1/2020).Â
Beliau menambahkan bahwa hal pokok yang ingin dicapai dari upaya ini adalah supaya para perwakilan RI yang berada di 132 lokasi, 95 kantor kedutaan besar, 30 konsulat jenderal dan 4 konsulat, akan bekerja sama dengan komite-komite tetap bilateral dan regional dari Kadin yang berjumlah sekitar 40.Â
"Kerja sama ini untuk menyusun dan merumuskan program bersama, komitmen bersama dan aktivitas bersama membangun sinergi," imbuh Mahendra dalam pidato sambutannya itu.Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Produk Ekspor Harus Sesuai Pasar
Kerja sama ini akan dilakukan berdasarkan basis penguatan yang telah lakukan oleh Kemlu dalam memetakan produk-produk unggulan untuk setiap perwakilan. Berbeda dari waktu yang lalu, kali ini Kemlu akan mencoba mengembangkannya dengan detil yang lebih spesifik.
"Apa yang dipromosikan itu memang betul-betul cocok dan dibutuhkan oleh pasar setempat. Karena kalau di waktu yang lalu seringkali pada saat kita mempromosikan, pertama kita tidak tahu apa yang harus dipromosikan, kedua setelah dipromosikan kita tidak tahu barangnya ada atau tidak, setelah barangnya ada, apakah sampai atau tidak itu soal lain lagi," jelas Mahendra mengenai masalah perdagangan yang kerap dihadapi sebelumnya.Â
Faktanya, kini pertumbuhan ekonomi sedang berada di titik terendah selama sepuluh tahun terakhir sejak global financial crisis. Sedangkan dari segi pertumbuhan perdagangan adalah yang terendah selama 25 tahun terakhir. Ditambah lagi, dari segi geopolitik dan perang dagang, situasinya semakin dihadapkan dengan berbagai tantangan.
Namun, hal itu seharusnya tak membuat Indonesia berkecil hati.Â
Penting untuk diketahui bahwa di sisi lain Indonesia tetap mengalami pertumbuhan di atas 5% pada tahun 2019. Trade defisit berkurang dari bulan Januari hingga November sekitar US$7,6 miliar menjadi US$3,1.
Tak hanya itu, investasi juga diperkirakan mencapai 15% lebih tinggi daripada target yang dikisarkan Rp 800 triliun.
Satu hal yang dapat disimpulkan, bahwa di tengah memanasnya isu global dan tantangan di luar sana, performa ekonomi Indonesia tetap baik dan cenderung meningkat. Maka dari itu, pembangunan sinergi dan mobilisasi melalui gagasan Kadin ini penting itu segera dilaksanakan.
Advertisement
Diplomasi Ekonomi Jadi Poin Penting
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang turut hadir pun menyampaikan bahwa penting adanya bagi pemerintah yang bekerja sama dengan swasta untuk melakukan diplomasi ekonomi.
"Core business perdamaian dan kemanusiaan tentu tidak akan kita tinggalkan, tetapi diplomasi ekonomi terus akan kita perkuat," ucap Menlu Retno Marsudi.
Menlu Retno menyampaikan bahwa Kemlu sudah bekerja sama dengan Kadin dan pihak swasta selama kurang lebih 1,5 tahun terkait hubungan ekonomi dengan Afrika.Â
Capaiannya meliputi kontrak senilai US$ 2 juta di bidang infrastruktur, layanan konstruksi, keuangan serta sejumlah industri strategis.Â
Tak ketinggalan, Retno Marsudi juga menambahkan bahwa tujuan akhirnya adalah supaya bisa menurunkan satu konsep geopolitik yang sangat strategis hasil gagasan Presiden Jokowi.
"Konsep Indo-Pasifik menjadi konsep ekonomi yang diturunkan kemudian menjadi kerja sama yang konkret, sehingga misi diplomatik kita ke depan juga akan kita perkuat di wilayah Indo-Pasifik,"Â ungkap Retno.
Ia meyakini gagasan tersebut sangatlah strategis lantaran kawasan Indo-Pasifik akan menjadi mesin utama dalam pertumbuhan ekonomi di masa depan.Â