Liputan6.com, Jakarta - Freweini Mebrahtu telah diumumkan menjadi CNN Hero of The Year 2019. Ia dikenal karena memproduksi pembalut yang dapat digunakan kembali bagi anak-anak perempuan di Ethiopia, di mana menstruasi masih dianggap sebagai suatu hal yang tabu.
Advertisement
Freweini Mebrahtu ingat ketika ia kembali ke kampung halamannya di bagian utara Ethiopia dan melihat bagaimana perempuan terpaksa jongkok di atas lubang di tanah. Tanpa pembalut untuk digunakan saat menstruasi, para perempuan ini dipaksa melakukan langkah-langkah yang memalukan. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (2/2/2020).
"Bagaimana mungkin? Mereka mengatakan kepada saya mereka bahkan tidak menggunakan celana dalam. Hal itu membuat saya tertampar. Saya merasa ada getaran dari kepala hingga ke kaki saya. Itulah kita saya mengatakan pada diri sendiri bahwa saya harus melakukan sesuatu. Mengapa hal ini mengganggu saya, lagi dan lagi. Itu latar belakangnya," kata Freweini.
Semakin mengkaji masalah ini, Freweini semakin melihat masalah yang mengganggu. Ia mendapati bahwa dua dari lima anak perempuan terpaksa bolos sekolah selama masa menstruasi, dan akhirnya banyak yang putus sekolah. Perempuan dewasa terpaksa menggunakan kain-kain tua atau rumput sebagai pembalut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Produksi Pembalut
"Kita bicara tentang kesetaraan gender dan semua hal itu. Tetapi bagaimana mungkin kebutuhan dasar seorang anak perempuan tidak dapat terpenuhi? Bagaimana suatu negara dapat berkembang ketika lima puluh persen masyarakatnya -kaum perempuannya- diterlantarkan sepert ini? Ini gila!" kata Freweini.
Pada 2009, Freweini mendirikan Mariam Seba Products Factory (MSPF) di kota Mekelle, di bagian utara Ethiopia.
Pabrik itu memproduksi pembalut yang dapat digunakan kembali atau reusable pads, yang dapat bertahan hingga 18 bulan, dengan harga 90 persen lebih murah dibanding pembalut sekali pakai. Lebih dari 150 ribu pembalut dan alat kebersihan lain yang dapat digunakan selama dan setelah menstruasi telah didistribusikan secara gratis dengan bantuan kelompok nirlaba yang dijuluki 'Dignity Period'.
Dampak positifnya sangat nyata. Sekolah-sekolah yang mendapat mendapat bantuan pembalut gratis, jumlah siswi yang masuk sekolah meningkat pesat hingga 24%.
Akhir tahun lalu Freweini terpilih menjadi CNN Hero of The Year dan menerima AS$100 ribu untuk mendukung upayanya.
Freweini mengatakan, waktu pemberian anugrah bergengsi ini semakin menegaskan keputusannya bertahun-tahun lalu untuk pindah dari Amerika ke Ethiopia bersama putrinya yang berusia tiga tahun, guna mencapai tujuan utama: menyediakan kebutuhan dasar bagi anak perempuan di sana. Kini anak perempuannya sudah berusia 18 tahun dan akan segera kuliah.
"Ini merupakan momentum dari perjalanan yang sangat luar biasa. Orang-orang mengira saya menangis karena seluruh peristiwa ini. Tetapi sebenarnya lebih pada soal waktu. Tentu ini merupakan hal yang sudah digariskan Tuhan, kapan dan bagaimana terjadinya," kata Freweini.
Upaya Freweini belum berakhir. Ia mencatat adanya 30 juta perempuan usia reproduktif di Ethiopia dan sebagian besar di antara mereka sama sekali tidak memiliki akses untuk mendapatkan pembalut yang terjangkau dan aman.
Advertisement