Virus Corona Meluas, Berlaku Skema Kartu hingga Pembatasan Demi Dapat Masker

Ini ragam cara pembagian masker di beberapa negara di Asia saat wabah Virus Corona kian tersebar luas.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 07 Feb 2020, 18:33 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2020, 18:33 WIB
Takut Virus Corona, Warga Hong Kong Antre Masker Gratis
Warga menerima masker wajah gratis dalam sebuah toko kosmetik di Tsuen Wan, Hong Kong, Selasa (28/1/2020). Hong Kong terkonfirmasi memiliki delapan kasus infeksi virus corona. (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Liputan6.com, Jakarta- Dengan belum adanya tanda - tanda bahwa Virus Corona dapat segera terkendali, masker bedah, yang biasanya dijual dengan harga tertentu, telah menjadi titik fokus politik di seluruh Asia.

Dengan adanya berbagai pendekatan dan pesan mengenai masker, termasuk kebijakan perbatasan, penutupan sekolah, dan pembatasan perjalanan, telah menghasilkan kebingungan di antara jutaan orang di negara – negara di Asia yang mencari solusi juga panduan dari pemimpin mereka tentang cara terbaik untuk melindungi diri mereka sendiri dan keluarga.

Telah didiagnosis di lebih dari 20 negara, Virus Corona juga telah menyebabkan kematian di 3 negara, hingga membuat dampak kebijakan nasional bergerak jauh di luar perbatasan mereka, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat, (7/2/2020). 

Dilansir Aljazeera, angka kematian pasien Virus Corona di China Daratan telah naik menjadi 638 orang pada Jumat dini hari, kata Komisi Kesehatan Nasional China. Dari total 73 kematian baru yang dilaporkan, 69 kasus Virus Corona juga dilaporkan dari Provinsi Hubei termasuk 64 lainnya di ibu kota provinsi, Wuhan.

Saksikan Video Berikut Ini:

Cara Pembagian Masker yang Berbeda

Takut Virus Corona, Warga Hong Kong Antre Masker Gratis
Warga mengantre untuk mendapatkan masker wajah gratis di luar sebuah toko di Tsuen Wan, Hong Kong, Selasa (28/1/2020). Hong Kong terkonfirmasi memiliki delapan kasus infeksi virus corona. (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Pemerintah Singapura dikabarkan telah membuat langkah besar mereka dengan mengerahkan sekitar 1.500 prajurit untuk membantu membagikan 5 juta masker kepada masyarakat, disertai dengan masyarakat dwibahasa, kesehatan masyarakat lintas platform, seperti dikutip dari Bloomberg.

Singapura juga telah menjalankan program persediaan masker sejak wabah SARS yang terjadi pada tahun 2003. Warga Singapura dapat menggunakan program online untuk menemukan informasi lokasi dan waktu untuk mengambil masker.

Persediaan masker dikatakan cukup oleh para pejabat, namun Kementerian Kesehatan Singapura telah memberitahu warga mereka untuk menghentikan pemakaian jika mereka sehat.

Menteri Kesehatan Singapura, Gan Kim Yong pun mengatakan pada 4 Febuari lalu, "Kita harus menghargai bahwa pemerintah yang berbeda memiliki pertimbangan yang berbeda dan situasi lokal mereka juga berbeda dari satu negara ke negara lain".

Namun hal berbeda terjadi di Hong Kong. Ketua Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, dikabarkan telah meminta maaf dengan "kebingungan" yang terjadi setelah adanya pembatasan pemakaian masker untuk para pejabat publik, dengan mengatakan bahwa adanya kesulitan yang Hong Kong hadapi mengenai sumber mereka secara global.

Carrie Lam juga telah meminta masyarakat untuk menggunakan masker lebih sedikit.

Carrie Lam berkata, "Yang ingin saya katakan adalah bahwa pemerintah harus menempatkan suplai masker kepada pekerja medis sebagai prioritas," katanya, yang kemudian berhenti memakai masker untuk briefing pers resminya.

"Karena itu kita perlu mengevaluasi kebutuhan penggunaan masker oleh pejabat di acara-acara publik", tambah Carrie Lam.

Pada 4 Febuari lalu, sebuah perusahaan perdagangan Hong Kong telah mengumumkan bahwa mereka menjual 11.000 kotak masker bedah dengan harga HK $80 (Rp. 141.000) hingga dua hari berikutnya, yang hanya bisa dibeli sebanyak 2 kotak per orang. Dalam beberapa jam, ribuan orang telah berbaris di trotoar untuk membeli masker itu, yang membuat orang – orang menempati kursi dan tenda yang disediakan selama menunggu.

Pemerintah Makau, juga dikabarkan mulai mendistribusikan 20 juta masker pada 24 Januari lalu. Kota yang berpopulasi sebanyak 670.000 ini telah memberikan kartu yang disahkan untuk pembelian 10 masker setiap 10 hari, dan mengharuskan penumpang semua transportasi umum untuk memakainya.

Harus adanya Koordinasi

Virus Corona Mewabah, Pekerja China Sibuk Produksi Pakaian Pelindung dan Masker
Pekerja memproduksi masker di sebuah pabrik di Yangzhou, Provinsi Jiangsu, China, Senin (27/1/2020). Masker tersebut diproduksi untuk mendukung pasokan bahan medis saat wabah virus corona melanda China. (STR/AFP)

"Hal ini memperlihatkan pentingnya koordinasi internasional dalam menanggapi wabah", kata Yanzhong Huang, yang memimpin Global Health Studies di Seton Hall University di South Orange, New Jersey.

Ia juga mengatakan bahwa, "Pemerintah harus memiliki kapasitas lonjakan yang dapat ditangani tidak hanya satu tetapi dua wabah".

"Anda membutuhkan persediaan hal-hal seperti masker pelindung wajah, kacamata, bahkan alkohol - mereka harus menyediakan hal-hal ini", tambahnya.

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa ada keterbatasan dalam masker untuk membantu orang sehat dengan penggunaan. Kelompok Global mengatakan dengan dilakukannya cuci tangan secara rutin akan jauh lebih efektif. Dalam penggunaan, masker direkomendasikan untuk mereka yang sudah memiliki penyakit (atau masalah) pernapasan, juga pengasuh mereka, serta pekerja perawatan kesehatan.

Olivia Lawe Davies, seorang manajer komunikasi WHO yang berbasis di Manila mengatakan, "Masker medis tidak diperlukan untuk anggota masyarakat umum yang tidak memiliki gejala pernapasan, karena tidak ada bukti yang tersedia tentang kegunaannya untuk melindungi orang yang tidak sakit", katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya