Kevzara, Obat Virus Corona COVID-19 Akan Diuji Coba ke Pasien di Luar AS

Obat Kevzara untuk menyembuhkan sakit akibat Virus Corona jenis baru atau COVID-19 akan diuji coba pada pasien di luar Amerika Serikat.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Mar 2020, 18:35 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2020, 18:35 WIB
Intip Penanganan Pasien Virus Corona di Iran
Petugas medis menguji sampel dari pasien yang diduga terinfeksi virus corona atau COVID-19 di sebuah rumah sakit di Teheran, Iran, Minggu (1/3/2020). Kasus virus corona di Iran mengalami lonjakan tajam dalam beberapa hari. (Ali Shirband/Mizan News Agency via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan farmasi Sanofi dan Regeneron Pharmaceuticals Inc sedang melakukan uji klinis obat rheumatoid arthritis bernama Kevzara untuk menyembuhkan sakit akibat Virus Corona jenis baru atau COVID-19. Kini obat itu akan mulai diuji coba pada pasien di luar Amerika Serikat.

Perusahaan-perusahaan farmasi itu mengatakan, pendaftaran untuk uji coba Kevzara dari tahap pertengahan hingga akhir, kini telah dimulai di Italia, Spanyol, Jerman, Prancis, Kanada, dan Rusia. Sementara uji coba di Amerika Serikat sudah dimulai pekan lalu.

Kevzara merupakan obat pengubah sistem kekebalan yang dikenal sebagai antibodi monoklonal.

Uji coba terhadap sekitar 300 orang ini akan merekrut pasien yang dirawat di rumah sakit dari beberapa negara yang terdampak parah atau kritis dengan infeksi Corona COVID-19.

Virus corona baru, yang disebut SARS-CoV2, kini telah menginfeksi lebih dari 700.000 orang di seluruh dunia, dan lebih dari 30.000 orang telah meninggal akibat infeksi virus tersebut.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Badai Sitokin

Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).
Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).

Para dokter telah melihat bahwa banyak dari mereka yang sakit kritis akibat SARS-CoV2 mengalami apa yang disebut badai sitokin, yakni gangguan kesehatan yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan dan menyerang organ-organ tubuh.

Untuk itu, beberapa peneliti berpikir bahwa obat yang dapat menekan sistem kekebalan, termasuk antibodi monoklonal, mungkin berguna untuk membatasi respons autoimun tersebut, seperti dilansir Antara, Senin (30/3/2020).

Amerika Serikat memiliki kasus infeksi Virus Corona jenis baru paling banyak dibandingkan negara mana pun di dunia, dengan lebih dari 130.000 kasus COVID-19.

Italia dan Spanyol telah menjadi dua negara yang paling terdampak COVID-19 di Eropa, masing-masing mencatat angka kematian tertinggi dan tertinggi kedua di dunia.

Regeneron memimpin uji coba obat Kevzara di Amerika Serikat, sedangkan Sanofi memimpin uji coba di luar AS.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya