Kematian Akibat Corona COVID-19 New York Lampaui Korban Tewas Tragedi Teror 9/11

Kota New York tercatat menjadi pusat penyebaran COVID-19 di Amerika Serikat. Jumlah pasien meninggalnya telah melampai korban tewas tragedi 9/11.

diperbarui 08 Apr 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2020, 18:00 WIB
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

New York - Hingga saat ini korban meninggal akibat Virus Corona COVID-19 di New York Amerika Serikat versi Johns Hopkins University sudah mencapai lebih dari 3.485 orang. Jumlah tersebut telah melampaui korban tewas dalam serangan 11 September 2001 (9/11).

Kota New York tercatat menjadi pusat penyebaran Virus Corona COVID-19 di Amerika Serikat.

Serangan terhadap gedung World Trade Centre (WTC) di New York tahun 2001 menewaskan 2.753 orang dan lebih 200 lainnya di luar New York.

Langkah Pembatasan Menampakkan Hasil

Negara bagian New York mencatat 731 kematian akibat COVID-19 per Selasa 7 April, sehingga jumlah kematian sudah hampir 5.500 di seluruh negara bagian tersebut.

"Di balik angka-angka ini, ada seorang individu. Ada keluarga, ibu, ayah, dan saudara. Jadi banyak rasa duka lagi hari ini untuk warga New York," ujar Gubernur New York Andrew Cuomo.

Namun dia menunjukkan langkah-langkah pembatasan sosial yang telah diberlakukan kini menampakkan hasilnya.

"Coba perhatikan kurva yang melandai. Hal itu terjadi karena apa yang kita lakukan. Jika kita tidak melakukannya, maka kurva (penyebaran COVID-19) akan jauh berbeda," katanya seperti dikutip dari ABC Australia, Rabu (8/4/2020).

"Jadi tetaplah menjalankan social distancing," kata Gubernur Cuomo.

 Lebih Banyak Dibanding Italia

Meski Gubernur New York Andrew Cuomo menyatakan tetap optimis, jumlah kasus infeksi di New York sudah melampaui Italia.

Negara bagian New York melaporkan 138.836 kasus, sementara Italia 135.586 kasus. Amerika Serikat secara keseluruhan mencatat 380.000 kasus.

Pekan ini, AS bersiap memasuki apa yang oleh seorang pejabat disebut sebagai "puncak kematian" akibat COVID-19.

Untuk negara-negara Eropa, khususnya Italia dan Spanyol yang paling terpukul, mulai mempertimbangkan untuk mengurangi batasan 'lockdown'.

Di Spanyol, laju kematian akibat COVID-19 meningkat untuk pertama kalinya dalam lima hari, tapi masih ada harapan jika lockdown nasional akan segera dilonggarkan.

Italia memberlakukan lockdown nasional pada 9 Maret lalu untuk memperlambat penyebaran virus dan disusul oleh Spanyol yang melakukannya pada 14 Maret.

Negara bagian New York sendiri telah mewajibkan seluruh warganya untuk tinggal di rumah, kecuali untuk urusan penting sejak 20 Maret.

Sekarang lebih dari 94 persen warga Amerika berada dalam pembatasan yang sama.

Di seluruh dunia, hingga hari ini lebih dari 1,3 juta orang dipastikan terinfeksi Corona COVID-19 dan lebih dari 75.000 orang meninggal.

Jumlah kasus yang sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi, karena terbatasnya tes, perbedaan aturan di tiap negara dalam menghitung kasus kematian, serta ada pula sejumlah negara yang sengaja tidak melaporkannya.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan juga Video Berikut:

Presiden Trump Salahkan WHO 

Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)
Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)

Namun di saat Amerika Serikat sedang mengalami krisis akibat penyebaran COVID-19, Presiden Donald Trump justru mengecam Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Trump dalam unggahan di akun Twitternya menyindir WHO yang dianggap lebih mengutamakan China.

Ia juga sesumbar bahwa pemerintahannya akan "tunjukkan kinerja yang bagus".

"WHO benar-benar telah gagal. Untuk beberapa alasan, sebagian besar dananya [WHO] berasal dari Amerika Serikat, namun justru sangat terpusat pada China. Kami akan tunjukkan kinerja yang bagus," tulisnya.

Trump juga telah menyingkirkan Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan Glenn Fine, yang ditugasi memimpin pengawasan paket ekonomi US$2,2 triliun untuk membantu pengusaha dan individu yang terdampak COVID-19.

Glenn telah dipilih oleh rekan-rekannya bulan lalu untuk menjalankan pengawasan paket stimulus tersebut.

Tapi Trump malah menominasikan Irjen baru dan untuk sementara menunjuk pelaksana tugas untuk menggantikan Glenn.

Artinya Irjen Glenn tidak bisa lagi melakukan pengawasan, seperti yang ditugaskan oleh Kongres. Dia akan kembali ke jabatannya semula sebagai Irjen Dephan AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya