Rasisme Terjadi Lagi, Warga China Diserang di Melbourne karena Virus Corona COVID-19

Kasus rasisme yang melanda warga Asia terus terjadi selama pandemi Virus Corona COVID-19.

diperbarui 23 Apr 2020, 10:32 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2020, 10:32 WIB
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)

Melbourne - Keluarga asal China yang sudah jadi warga Australia menjadi sasaran serangan rasisme terkait dengan Virus Corona COVID-19. Serang itu terjadi selama dua malam berturut-turut di Melbourne.

Rumah mereka di kawasan Knoxfield dilempari batu dan garasinya dicoret-coret dengan tulisan terkait Virus Corona baru, seperti dikutip dari laman ABC Australia, Rabu (22/4/2020). 

"COVID-19, China die" demikian tulisan di pintu garasi rumah keluarga tersebut, hari Senin (20/4/2020) pagi.

Dan hari Selasa pagi sekitar pukul 2.30 dini hari, seseorang melempar kaca jendela rumahnya dengan batu ukuran besar.

Warga bernama Jackson yang meminta nama keluarganya tidak disebutkan tersebut mengaku sudah melaporkan kejadian dua malam berturut-turut kepada polisi.

"Saya takut. Saya sekarang harus membeli sistem CCTV, memperbaiki kaca jendela dan membeli lampu," kata Jackson kepada ABC.

"Saya takut mereka akan kembali lagi malam ini."Kepolisian Negara Bagian Victoria mengatakan pihaknya sedang menyelidiki insiden ini, dan untuk sementara "tidak bersedia mau memberikan komentar lebih lanjut."

Rekaman CCTV yang diperlihatkan Jackson menunjukkan adanya seseorang yang berada di luar rumahnya pada Selasa pagi.

Dalam rekaman beberapa menit kemudian, suara keras terdengar sebelum orang tersebut berlari di depan rumah dan melompati pagar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Peningkatan Kewaspadaan

Petugas Medis Tangani Pasien Virus Corona di Ruang ICU RS Wuhan
Liu Huan (kanan), petugas medis dari Provinsi Jiangsu, memasuki sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Tenaga medis dari seluruh China mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit itu. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Sebuah kelompok masyarakat China-Australia yang aktif secara online, SOS-AUS, sudah memperingkatkan kepada para anggotanya di Victoria atas kejadian tersebut.

Mereka juga menyerukan agar warga tetap waspada.

Pejabat Sementara Menteri Imigrasi Australia Alan Tudge dalam komentarnya di Twitter mengecam tindakan rasis dan kriminal tersebut.

"Ini sangat menjijikan. Pelakunya adalah pengecut dan mudah-mudahan bisa ditangkap," katanya."Tidak ada satu keluarga pun yang harus mengalami hal seperti ini. Rasisme adalah hal yang tidak bisa diterima dalam masyarakat multikultural seperti kita."

Apa yang terjadi di Knoxfield, sekitar 35 km dari pusat kota Melbourne tersebut merupakan serangkaian kejadian bermotifkan rasisme yng terjadi di negara bagian Victoria di masa pandemik COVID-19.

Akhir pekan lalu, seorang dokter keturunan China yang tinggal di Geelong, sekitar 60 km dari Melbourne mendapat cacian rasis, ketika dia sedang menunggu antrian di sebuah restoran untuk membeli makanan.

Minggu lalu, dua mahasisiwi internasional asal Asia diserang dua perempuan di pusat kota Melbourne.

Salah satu pelakunya sudah berhasil diidentifikasi oleh polisi dan sekarang dibebaskan dengan jaminan.

Berbicara dalam jumpa pers hari Selasa, Perdana Menteri Scott Morrison mengecam mereka yang sengaja mencari sasaran warga China yang tinggal di Australia dan mengatakan "sekarang waktunya untuk saling mendukung."

"Hentikan ini. Itu pesan saya. Dan saya kira ini juga pesan dari seluruh warga Australia," katanya.PM Morrison mengatakan warga China Australia menjadi 'pertahanan terbesar' bagi warga Australia lainnya di saat-saat awal pandemik.

"Mereka adalah yang paling pertama melakukan isolasi sendiri, mereka adalah yang pertama kembali setelah mengunjungi keluarga mereka di China."

"Karena perhatian, komitmen, kesabaran mereka, Australia terlindungi dalam gelombang pertama," katanya.

"Jadi saya sangat mengecam tindakan seperti ini terhadap siapa saja warga Australia, tidak masalah latar-belakang etnis atau agama mereka."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya