Penasihat Presiden Korsel Sebut Kim Jong-un Masih Hidup

Agen intelijen AS dan Korea Selatan tidak percaya bahwa Kim Jong-un sudah meninggal, terlepas dari desas-desus yang beredar selama lebih dari sepekan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 27 Apr 2020, 09:44 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2020, 05:33 WIB
Senyum Kim Jong-un Pantau Latihan Militer Korea Utara
Ekspresi Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un saat memantau latihan militer Korea Utara di lokasi yang dirahasiakan pada hari Senin (2/3/2020). Latihan militer digelar ketika perundingan nuklir dengan Amerika Serikat terhenti. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Liputan6.com, Seoul - Penasihat presiden Korea Selatan mengatakan bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un masih hidup dan dalam keadaan sehat.

"Kim Jong-un masih hidup dan sehat. Dia telah tinggal di daerah Wonsan sejak 13 April. Sejauh ini tidak ada gerakan mencurigakan yang terdeteksi," ujar Chung-in.

Pernyataan penasihat dari Moon Jae-in tersebut menjawab banyak pertanyaan dari warga dunia yang menganggap Kim Jong-un telah meninggal, demikian dikutip dari laman Bussines Insider, Senin (27/4/2020).

Spekulasi tentang kesehatan Kim menjadi perbincangan khalayak ramai setelah ia tak terlihat di hadapan publik sejak tanggal 11 April lalu.

Bahkan, Kim Jong-un tidak hadir dalam perayaan spesial yang jatuh pada tanggal 15 April yaitu hari jadi bapak pendiri bangsa, yang merupakan kakeknya sendiri yakni Kim Il-sung.

Menurut sebuah laporan dari The Washington Post, baik pejabat intelijen AS dan Korea Selatan skeptis dengan rumor Kim yang meninggal atau dalam kondisi kesehatan yang buruk.

Agen intelijen AS dan Korea Selatan tidak percaya bahwa diktator Korea Utara sudah meninggal terlepas dari desas-desus yang telah beredar selama lebih dari seminggu.

Kabar yang beredar ini tentu menarik perhatian dunia. Sampai-sampain sudah banyak yang memperkirakan siapa yang akan melanjutkan dapuk kekuasaan apabila Kim Jong-un benar-benar meninggal.

Adik perempuan Kim Jong-un yaitu Kim Yo Jong (31) digadang-gadang sebagai kandidat utama untuk menggantikan Kim Jong-un untuk memimpin negara yang kepemimpinannya selama ini berdasarkan garis keturunan keluarga Kim. Tetapi, apakah dia memiliki apa yang diperlukan untuk memimpin rezim yang lama ditandai dengan kebrutalan ekstrem?

Kim Yo Jong mungkin baik-baik saja.

Menanjaknya karier Kim Yo Jong di dalam Departemen Organisasi dan Bimbingan Mahakuasa Korea Utara (OGD) menjadikannya 'Orang Nomor 2 di Korea Utara' di mata para birokrat Partai Buruh --dan itu menjadikannya bukan hanya pewaris tahta Kim Jong-un yang paling nyata, tetapi juga sudah menjadi figur otoritas sentral rezim saat ini.

Jika, seperti yang telah dilaporkan, Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un kritis dan hampir meninggal setelah prosedur pembedahan, Kim Yo Jong mungkin sudah memiliki kekuatan untuk menangkis setiap tantangan terhadap klaimnya untuk memimpin Korea Utara.

"Dia membuat keputusan tentang apa yang cukup penting dalam rezim Kim Jong-un," kata akademisi Robert Collins, yang menghabiskan lebih dari 40 tahun menganalisis Korea Utara, seperti dikutip dari the Daily Beast, Minggu (26/4/2020).

Collins, penulis studi panjang tentang badan pemerintahan di pusat kekuasaan di Utara, mengatakan Kim Yo Jong menggunakan otoritas semacam itu di sekitar OGD untuk memaksa para pejabat partai "untuk takut dan menghormatinya."

Pentingnya Kim Yo Jong di OGD, yang memiliki otoritas penting atas 26 juta warga negara itu, menambah kesan yang berkembang bahwa dia telah dipersiapkan selama bertahun-tahun untuk mengabdi sebagai penerus Kim Jong-un jika dia absen karena masalah medis atau, jika dia mati, sambil menunggu putra Kim Jong-un, seorang putra yang masih berusia sekitar 10, untuk mengambil alih mantel kepemimpinan berikutnya.

Simak video pilihan berikut:

Kekuasaan yang Sudah Jelas

Korea Utara-Korea Selatan
Ekspresi Kim Yo Jong saat melakukan pertemuan dengan Presiden Korsel, Moon Jae-in di Seoul, Korea Selatan, Sabtu, (10/2). Presiden Moon mengadakan makan siang untuk pejabat senior Korut termasuk adik Kim Jong-Un. (Kim Ju-sung/Yonhap via AP)

Tidak ada keraguan tentang tempat adik perempuan Kim Jong-un dalam dinasti yang berkuasa di Korea Utara.

Buktinya terletak pada meningkatnya kebebasan Kim Yo Jong berbicara tentang masalah kebijakan --hak istimewa yang hanya bisa dia miliki dengan persetujuan penuh jika bukan kolaborasi dari saudara lelakinya-- dan itu termasuk hubungannya dengan Presiden AS Donald Trump.

Munculnya Kim Yo Jong sebagai 'perwakilan' saudaranya datang setelah bertahun-tahun di mana ia telah secara perlahan mengubah posisinya menjadi penguasa.

Pada awal tahun 2002, Pemimpin Tertinggi Kim Jong-il dengan bangga mengatakan kepada lawan bicara asing bahwa putri bungsunya, Kim Yo Jong, tertarik dalam politik, kata Bruce Bennett, pakar Korea Utara di Rand Corporation.

"Kami tahu bahwa ia ingin menggunakan kekuasaan dan otoritas di Korea Utara,” dan bahkan ingin berkarier di "sistem politik" negara itu.

Bennett berspekulasi bahwa pernyataan penting Kim Yo Jong, yang ditulis pada awal Maret menegur Korea Selatan karena mengkritik Korea Utara untuk salah satu dari uji coba rudal jarak pendek yang dipesan oleh saudara lelakinya, mungkin telah ditulis olehnya Kim Jong-un tetapi "dikeluarkan dengan namanya untuk membuat dia tampak menonjol."

Sejauh yang dapat diketahui siapa pun, ia tidak membuat pernyataan besar ketika memulai debut internasional dengan menghadiri Olimpiade Musim Dingin 2018 di kota pegunungan Pyeongchang, Korea Selatan. Bahkan ketika dia bertemu Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, memberikan kepadanya surat dari saudara lelakinya yang mengundangnya untuk pertemuan puncak, dia pada dasarnya hanya menyampaikan harapan bahwa keduanya dapat segera bertemu.

Kunjungannya sarat dengan makna khusus. Para pejabat tinggi Korea Utara tentu saja mengunjungi Korea Selatan pada acara-acara khusus di masa lalu, tetapi belum pernah ada anggota keluarga penguasa Korea Utara menginjakkan kaki di Korea Selatan.

David Straub, yang juga menganalisis Korea Utara sebagai diplomat senior AS, percaya Kim Yo Jong memiliki cara untuk menyampaikan apa yang dia pikirkan hanya dengan ekspresinya.

"Saya tidak akan pernah lupa ketika dia datang ke Olimpiade Korea Selatan dan duduk tepat di belakang Wakil Presiden Mike Pence,” katanya. "Pence secara resmi mengabaikannya, tapi matanya (Kim Yo Jong)! Seandainya mata bisa membunuh!"

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya