Liputan6.com, Jakarta - Hari ini, Minggu 24 Mei 2020, umat Muslim hampir di seluruh dunia merayakan Hari Raya Idul Fitri. Di tengah suka cita tersebut, ada fenomena langit yang mungkin patut disaksikan saat berada di rumah akibat terbelenggu pembatasan selama pandemi Virus Corona COVID-19.
"Selepas Magrib tanggal 24 Mei, Bulan sabit, Merkurius dan Venus membentuk segitiga terbalik di arah Barat Laut," jelas pihak Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) melalui akun pussainsa_lapan.
Menurut Lapan, fenomena langit yang disebut triple Bulan-Merkurius-Venus bisa disaksikan dengan mudah bahkan tanpa alat bantu.
Advertisement
"Teman-teman bisa melihat nya tanpa teleskop alias bisa dilihat dengan mata telanjang selama cuaca cerah dan tidak ada penghalang," tulis akun pussainsa_lapan.
Berikut ini gambarannya:
Sebelum Hari Raya Idul Fitri 2020 pada 23 Mei, Lapan melalui akun pussainsa_lapan mengunggah informasi terkait fase Bulan Baru.
"Pada hari Sabtu, 23 Mei 2020 pukul 00.38 WIB, Bulan akan mengalami fase Bulan Baru. Bulan akan berjarak 403.880 km dari Bumi," papar Lapan.
"15-17 jam kemudian, Bulan sabit muda atau hilal akan mudah diamati tanpa alat bantu optik karena berjarak sekitar 6 hingga 7 derajat terhadap Matahari dengan ketinggian sekitar 5,5 hingga 7 derajat di atas ufuk".
Matahari Lockdown
Beberapa waktu lalu, muncul istilah Matahari lockdown? Apakah Matahari sedang terkena Virus Corona COVID-19?
Jawabannya, bukan. Berikut ini penjelasannya:
"Matahari sedang memasuki fase di mana Matahari lebih sedikit atau tidak sama sekali membentuk bintik matahari (sun spot). Bintik Matahari adalah bintik hitam di permukaan Matahari, yang menandakan adanya konsentrasi medan magnet yang kuat dan suhu yang lebih rendah dibandingkan daerah lain di sekitarnya," jelas pihak Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) melalui akun Instagram lapan_ri yang Liputan6.com kutip Rabu (20/5/2020).
"Jika pada suatu periode tidak muncul satu pun bintik Matahari, berarti aktivitas di Matahari bisa dikatakan minimum (Solar Minimum). Namun, jika bintik Matahari muncul dalam jumlah yang cukup banyak, artinya Matahari sedang dalam keadaan aktif (Solar Maximum)," imbuh pihak Lapan.
Menurut badan antariksa Indonesia itu, kemunculan bintik di Matahari bukan merupakan fenomena acak, melainkan memiliki pola yang teratur.
"Jumlah dan lokasi kemunculan bintik Matahari mengikuti suatu siklus dengan periode sekitar sebelas tahun. Siklus ini dikenal sebagai siklus Matahari," ujar Lapan.
Advertisement
Venus dan Merkurius Berdekatan
Istilah Matahari lockdown atau mengalami PSBB (Pas Siklusnya Baru Berubah) muncul, karena Matahari mengalami penurunan aktivitas dan pergantian dari siklus surya ke-24 menuju siklus surya ke-25.
Namun, di tengah viralnya istilah Matahari lockdown dan PSBB, akhir pekan ini justru Merkurius dan Venus tidak menjaga jarak. Kedua planet nampak berdekatan di langit Barat, seperti dikutip dari laman Pusat Sains Antariksa Lapan, Rabu (19/5/2020).
"Fenomena itu disebut juga sebagai Konjungsi, di mana dua benda langit yang teramati dari Bumi memiliki jarak sudut minimum dan berada pada bujur ekliptika yang sama," jelas Lapan.
Konjungsi Merkurius-Venus terjadi pada Jumat 22 Mei pukul 15.49 WIB dengan jarak sudut pisah sebesar 53 detik busur, hampir 2 kali diameter tampak Bulan.
Tetapi, konjungsi ini dapat diamati selepas Matahari terbenam di arah Barat Daya dekat Konstelasi Auriga untuk Indonesia bagian Barat dan Tengah. Sedangkan untuk Indonesia bagian Timur, dapat diamati tepat pada pukul 17.49 WITA pada arah yang sama.