Jelang Pilpres AS 2020: Joe Biden Unggul dalam Jajak Pendapat Nasional

Menjelang pilpres AS 2020, Joe Biden dari Demokrat kini unggul dalam jajak pendapat nasional. Simak selengkapnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 03 Nov 2020, 09:25 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2020, 08:30 WIB
FOTO: Debat Perdana Calon Presiden Amerika Serikat
Calon presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden berbicara selama debat presiden pertama dengan Presiden Donald Trump di Case Western University and Cleveland Clinic, Cleveland, Ohio, Selasa (29/9/2020). (AP Photo/Patrick Semansky)

Liputan6.com, Washington D.C- Kandidat presiden AS dari Partai Demokrat, Joe Biden kini unggul dalam jajak pendapat nasional dan sebagian besar negara bagian tengah bersiap menyambut Hari Pemilu. 

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump bersikeras bahwa hasil pemungutan suara itu salah dan dia akan kembali meraih kemenangannya seperti pada tahun 2016, seperti dikutip dari AFP, Selasa (3/11/2020).

Diketahui bahwa Biden (77 tahun), yang merupakan mantan wakil presiden AS telah menikmati keunggulan kuat atas Trump (74 tahun) dalam jajak pendapat nasional selama berbulan-bulan, yang terkadang mencapai hingga dua digit.

Tetapi, hasil pemilihan presiden AS tidak ditentukan oleh pemungutan suara populer.

Peraihan dapat terlihat dalam 538- anggota Electoral College, di mana setiap negara bagian memiliki jumlah suara elektoral yang setara dengan perwakilannya di DPR dan Senat.

Suara elektoral dari negara-negara bagian yang menjadi medan pertempuran pemilu seperti Florida dan Pennsylvania pun dapat menentukan pemenang pilpres pada Selasa (3/11). 

Dalam laporannya, AFP mengungkap jajak pendapat dan jajak pendapat nasional terbaru di negara bagian medan pertempuran utama pilpres AS 2020.

Saksikan Video Berikut Ini:

Posisi Biden-Trump dalam Jajak Pendapat Nasional

Debat capres antara Donald Trump dan Joe Biden pada Selasa 29 September 2020 yang berlangsung dengan kacau.
Debat capres antara Donald Trump dan Joe Biden pada Selasa 29 September 2020 yang berlangsung dengan kacau. (AFP / JIM WATSON, SAUL LOEB)

Jumlah rata-rata jajak pendapat nasional oleh situs RealClearPolitics (RCP) menunjukkan bahwa Biden unggul 6,8 poin atas Trump, yang memiliki 50,7 persen hingga 43,9 persen.

Angka tersebut kurang lebih sejalan dengan jumlah rata-rata lainnya dari laman FiveThirtyEight.com, yang mengatakan poin Biden naik hingga 8,4 poin secara nasional.

Selain itu, keunggulan Biden secara nasional pun telah mencapai lebih dari dua kali lipat dari Hillary Clinton pada pemilu 2016 lalu, ketika jajak pendapat relatif akurat dalam pemungutan suara populer, yang dimenangkannya ketika kalah di Electoral College.

Biden unggul 1,7 poin atas Trump di Negara Bagian Florida, menurut rata-rata data jajak pendapat negara bagian oleh RCP.

Sementara dalam jajak pendapat Siena College/ New York Times, posisi Biden naik hingga tiga poin di Florida, tetapi jajak pendapat menurut Washington Post / ABC News melaporkan posisi Trump naik dua poin.

Pada tahun 2016, Trump memenangkan Florida dan 29 suara elektoral. Kendati demikian, memenangkan negara bagian lainnya dianggap penting untuk harapan kemenangannya.

Di Pennsylvania, Biden memiliki keunggulan 2,9 poin, menurut rata-rata jajak pendapat oleh RCP di Negara Bagian Keystone tersebut, yang memiliki 20 suara elektoral.

Sementara itu, Michigan dan Wisconsin adalah dua negara bagian Midwestern AS yang dimenangkan Trump dengan tipis pada tahun 2016 tetapi rata-rata jajak pendapat RCP menunjukkan bahwa ia tertinggal di keduanya kali ini.

RCP mengungkap bahwa posisi Biden naik hingga 5,1 poin di Michigan, yang memiliki 16 suara elektoral, dan 6,6 poin di Wisconsin, yang memiliki 10 suara elektoral.

Persaingan Sengit di Arizona dan North Carolina

Debat capres AS yang terakhir antara Donald Trump dan Joe Biden.
Debat capres AS yang terakhir antara Donald Trump dan Joe Biden. Dok: C-SPAN

Negara Bagian Arizona dan North Carolina, yang keduanya dimenangkan Trump pada 2016, juga melihat persaingan sengit.

Menurut RCP, Biden unggul 0,5 poin di Arizona, yang memiliki 11 suara elektoral, sementara Trump unggul dengan 0,5 poin di North Carolina, yang memiliki 15 suara elektoral.

Disebutkan dalam laporan CNN pada Agustus 2020, bahwa seorang profesor sejarah, yakni Allan Lichtman memprediksi Presiden Donald Trump akan kalah dalam pilpres AS 2020. Prediksinya, diketahui selalu tepat sejak tahun 1984. 

Profesor sejarah tersebut menggunakan metode "13 kunci" yang menimbang faktor termasuk ekonomi, keadaan sosial, berita miring, dan  kharisma pribadi.

Lichtman menjelaskan, "Rahasianya adalah tetap memperhatikan gambaran besar dari kekuatan dan performa petahana. Dan jangan memperhatikan jajak pendapat, pakar, pasang surut kampanye tiap harinya. Dan itulah kuncinya. Gambaran Besar".

Pada tahun 2000, prediksi Lichtman meleset ketika Al Gore kalah dari George W. Bush, meski ia telah memenangkan suara suara populer. 

Namun, Lichtman kini tetap optimis sistem prediksi pilpres AS yang digunakannya tetap bisa efektif di tengah pandemi COVID-19.

"Perhatikan, secara retrospektif dan prospektif, kuncinya sudah ada sejak tahun 1860. Itulah yang kita sebut sistem yang kuat. Jadi, saya tidak mengotak-atiknya. Mereka telah bertahan melalui perubahan besar dalam politik kita, dalam ekonomi kita, dalam demokrasi kita, " jelasnya.

Dikutip dari VOA News, Lichtman adalah profesor sejarah di American University, Washington D.C.

 

Posisi Trump di 4 Negara Bagian

Banner Infografis Covid-19 Isu Panas Debat Capres Joe Biden Vs Donald Trump. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis Covid-19 Isu Panas Debat Capres Joe Biden Vs Donald Trump. (Liputan6.com/Abdillah)

Empat negara bagian lain juga melihat persaingan ketat kali ini, yakni Georgia dengan 16 suara elektoral, Iowa dengan 6 suara elektoral, Ohio dengan 18 suara elektoral, dan Texas yang miliki 38 suara elektoral.

 Posisi Trump naik 0,2 poin di Georgia, menurut jumlah rata-rata RCP, negara bagian yang dimenangkannya dengan 5,1 poin pada 2016.

Selain itu, kenaikan posisi Trump juga tercatat di Iowa yakni 1,4 poin, dan 1,4 poin di Ohio, selisih yang jauh lebih kecil daripada kemenangan 8,1 poinnya sebelumnya.

Trump juga menang di Texas dengan keunggulan 1,2 poin menjelang pemungutan suara pada Selasa (3/11).

Selain Lichtman, adapun profesor ilmu politik di State Univesity of New York di Stony Brook, yakni Helmut Norpoth.

Berbeda dari Lichtman, model Utama Norpoth menggunakan representasi statistik dari pemilihan presiden AS dengan satu metrik utama — pentingnya pemilihan pendahuluan (primary) presiden.

Dikutip dari VOA News, model ini menggunakan data dari tahun 1912 ketika pemilihan pendahuluan pertama kali diluncurkan dan menyimpulkan bahwa kandidat dengan suara utama yang lebih baik cenderung memenangkan pemilihan umum.

Disebutkan bahwa Joe Biden memenangkan 8,4 persen suara di pemilihan pendahuluan di New Hampshire dan 48,4 persen di Carolina Selatan.

Sedangkan Donald Trump memenangkan pemilihan pendahuluan di New Hampshire dengan 85,6 persen suara.

Dalam prediksinya, Norpoth mengatakan bahwa Trump memiliki peluang 91 persen untuk terpilih kembali dan Biden memiliki peluang 9 persen untuk menang.

Namun, prediksi Norpoth tidak tidak secara langsung menyebutkan apakah Trump akan menang atau kalah dalam pemilihan umum 2020, tetapi memproyeksikan bahwa petahana dari Republik tersebut akan memperoleh 363 suara elektoral sementara Biden akan memperoleh 175 suara elektoral.

Meskipun sebagian besar jajak pendapat menunjukkan bahwa Biden unggul dari Trump, Norpoth menyatakan bahwa prediksinya adalah "tak bersyarat dan final". 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya